Interval

208 22 0
                                    

Berlin, Jerman, 24 Oktober 2018

Pukul 09.43

Wajah pria berambut pirang itu mendadak pucat pasi usai mengakhiri percakapan via telepon di ruangan pribadinya. Raut gusar nampak jelas tersirat di mimik mukanya. Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh sang penelpon beberapa saat yang lalu masih menggaung di dalam benaknya.

"Sang Führer sudah menunggu terlalu lama. Beliau ingin segera bertemu dengan aset investasi terbesar miliknya."

Dua kalimat terakhir yang diucapkan oleh penelpon misterius itu tak berhenti menggelayuti pikirannya. Ia sadar betul apa konsekuensi yang akan diterimanya apabila mengabaikan permintaan Sang Führer. Bukan hanya karir politiknya yang terancam, tetapi juga keselamatan diri dan keluarga besarnya.

Jabatan bergengsi yang disandangnya sebagai juru bicara Bundesministerium der Verteidigung (BMVG), Kementerian Pertahanan Jerman, tak lantas menjamin posisinya aman. Agen-agen rahasia lain yang tersebar di sejumlah institusi pemerintahan federal Jerman telah lama mengawasi gerak-geriknya. Sedikit saja ia membuat kecerobohan, mereka tak akan segan bertindak, baik dengan melapor pada Sang Führer atau langsung menghabisi nyawanya.

Tak ingin terlalu lama larut dalam kegusaran, pria berambut pirang memutuskan untuk segera bertindak. Tangan kanannya bergerak cepat meraih gagang telepon untuk melakukan panggilan. Sementara itu, tangan kirinya memungut sebendel buku panggilan yang berisi nomor-nomor kode panggilan internasional. Jari telunjuk tangan kirinya melakukan gerakan memindai sementara matanya tampak serius menekuri satu demi satu kode yang tertera di dalam buku panggilan.

Tak lama berselang, putaran bola matanya terhenti pada satu titik selepas menemukan nomor kode panggilan yang dicarinya. Telunjuk kirinya segera menari-nari dengan lincah di atas tombol-tombol angka di perangkat telepon yang berada di atas meja kerjanya.

Tuuut... Tuuuttt... Tuuuuuuuutttt... Tuuuuuuuttttttt...

"Verdammt, Blönd Arzt!"

Darah pria itu meluap seketika mengetahui panggilannya tak mendapatkan respons. Sembari melontarkan kalimat bernada umpatan itu, tangannya yang mengepal melampiaskan kekesalan dengan menggebrak meja di hadapannya. Dadanya tampak kembang kempis, berusaha mengendalikan napasnya yang terengah-engah lantaran dilanda emosi yang berlebihan.

Namun, selang beberapa menit ia terdiam dalam luapan amarahnya, ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah saat melihat perangkat komputer di ujung ruangan pribadinya. Sejurus kemudian, ia menyorongkan kursinya yang beroda itu menuju ke depan layar komputer itu.

"Email!" Dengan nada bergumam, ia mengucapkan kata 'email' dengan penekanan.

Segera setelah tangannya bergerak memutar kursor mouse perangkat komputer itu, dia memilih fitur program surat elektronik yang berada di bagian Desktop. Seraya menggumamkan kata-kata yang tengah ditulisnya dalam kotak surat elektronik, jari-jarinya menari lincah di atas keyboard komputernya.

"Innerhalb eines Monats muss der Junge für die Reise bereit sein."

"Sekarang sudah waktunya. Sebulan lagi anak itu harus segera siap menempuh perjalanan."

*****

LEGIUNWhere stories live. Discover now