Case 6 - c

5.5K 930 110
                                    


Bagus membuat replika jantung pasien menggunakan lilin mainan anak. Mengukir dengan rapi agar sesuai dengan aslinya.

Mentornya meminta dia untuk menanamkan imej secara tepat, maka inilah yang dia lakukan.

Ken adalah pembimbingnya dari awal. Orang yang sering mengerjainya macam-macam dan Bagus sangat menghormatinya.

Dia ingat saat pertama kali menginjakkan kaki sebagai dokter residen di rumah sakit ini, kerjanya hanya membuntuti Ken ke sana-sini.

Ketika mereka sedang berjaga, tiba-tiba ada panggilan darurat. Pemuda yang terkena sakit perut akut. Pemeriksaan awal ternyata terkena radang usus buntu akut dan harus segera di operasi.

Wajah dokter Ken sangat tenang, seakan tidak peduli saat mereka bersiap-siap. Ketika sudah memasuki ruang operasi, Ken malah bersender di dinding dan berkata ke Bagus, "kamu yang operasi."

Bagus serasa disambar geledek. Dia hanya dokter residen. Dipikirnya dia hanya akan membantu seadanya saja, bukan diterjunkan seperti ini.

"Dok, saya masih residen, dok," ucap bagus dengan suara bergetar, mencoba mengingatkan.

"Itu fungsi residen kan? Belajar mengoperasi." Jawab Ken singkat.

Kepala Bagus langsung pening seketika namun tak berani membantah.

"Pisau bedah...." pinta Bagus ke perawat operasi. Operasi radang usus buntu seharusnya bukan operasi yang sulit, pikir Bagus dalam hati.

Menurut buku harus dimulai dengan mengiris otot perut secara diagonal sesuai dengan alurnya sampai ke otot langsung perut, maka bagus mulai menorehkan pisau bedahnya sesuai petunjuk buku.

"Dok, anda yang tanggung-jawab kan?" tanya Bagus untuk meringankan perasaannya yang tertekan di ruang operasi yang sunyi ini.

"Loh... kok saya, kan kamu yang operasi. Ya kamu lah yang tanggung jawab," ucap Ken dingin.

Tangan Bagus langsung gemetaran. 'dokter Ken berengsek!!' maki Bagus berkali-kali, dalam hati.

"Tolong pasang alat penahan lubang retractor!" pinta Bagus ke perawat sekaligus memberi waktu agar tangannya tidak gemetaran lagi.

Saat sudah berhasil masuk ke dalam rongga perut, selanjutnya hanya tinggal memotong usus buntu saja. Bagus mengulurkan tangan ke dalam rongga perut, mencari di mana letaknya. Namun ternyata tidak ketemu.

Dimana usus buntunya????

Bagus panik. Keringat di keningnya yang dari tadi muncul, bertambah deras.

"Dok...." Perawat operasi yang berada di dekatnya jadi terlihat panik juga melihat Bagus merogoh-rogoh tanpa hasil.

"Masukan tangan ke lubang douglas!!" Perintah Ken.

*Lubang douglas adalah cekungan yang terletak diantara anus dan rahim.

Bagus langsung menuruti dan seperti sulap, ada!!!!

'ya ampun, bahaya sekali, sudah mau pecah.' pikir Bagus saat melihat kondisinya.

"Memotong usus buntu.

Penjahitan kembali!!"

Setelah 20 menit yang menegangkan, akhirnya selesai juga. Dokter Ken bahkan tidak menoleh untuk memeriksa.

"Ga ada penyakit yang sesuai teori, Bagus. Makanya dokter bedah tak akan berkembang selain dengan banyaknya jumlah pembedahan yang dilakukannya.

"Follow me... akan saya buat kamu membedah dan terus membedah sampai kamu muak. Dari sana, baru kamu bisa berkembang."

Doctors in Blue Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang