Chocolate

11 0 0
                                    

"Aku akan membeli bunga itu sendiri, Nyonya Sanathorya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku akan membeli bunga itu sendiri, Nyonya Sanathorya. Taman kota dekat dengan toko bunga. Dan jika untuk dia yang kusayang, haruslah aku yang mencium aroma wangi bunganya, kucocokkan dengan moodnya hari ini, dan tak lupa kupastikan tetesan embun ada di atasnya. Kita tidak boleh kehilangan moment 'Warm May' untuk seorang calon santa," kataku.

"Santa?" tanya mamaku. Mama adalah istri dari Sanathorya. Namaku, Shulathorya. Ia mengatakan bahwa nama itu adalah nama sahabat Ayah di Termina. Ia seorang Thai-Termina. Shulathorya tiba-tiba ada dalam benaknya, dan ia pun memberiku nama seperti itu. Sama sekali bukan nama yang indah, but what is a name. Dan zaman merubahnya menjadi Chocolate.

"Eh, yah .... whatever, Ma. Aku berangkat dulu!", aku memecah percakapan, mengakhirinya dengan kejang-kejang kakiku yang sudah tak sabar untuk lari-lari pagi. "Aku akan membeli bunga itu sendirian." Dan lari pagi menghantarkanku ke sebuah kedai bunga.

Aku tinggal di Distrik Skriptura. Distrik terbesar selain Ventura dan Uraskarcha – dua distrik terdekat dengan Skriptura di Valhalland. Distrik tempatku tinggal memiliki taman kota yang indah dan strategis. Ia berada di tengah kota dan rimbun. Aku menganggapnya sebagai hutan kecil, yang jika masuk ke dalamnya kita tidak usah takut tersesat. Jalan saja lurus, ikuti langkah kaki, dan ia akan membawamu keluar ke jalan mana saja, jalan utama yang disambut keramaian kota. Tapi distrik ini tidak terlalu ramai dengan polusi udara dan suara. Sama di distrik-distrik lain di Valhalland, sepeda dan pejalan kaki mendominasi. Jarak antara rumah dengan taman kota, kurang lebih 3 km. Jika aku lewat perkampungan kecil, maka akan memakan waktu sangat lama. Tapi jika aku memakai jalan utama – Skriptura II, maka aku hanya perlu menyusuri jalan raya, melewati Salon-Spa 'Village', beberapa Bank dan pertokoan, kemudian aku menuju arah Barat, dan berada di jalan Greeny-Granny IV yang sekelilingnya hijau dengan pohon-pohon yang usianya sudah sangat tua, ratusan tahun lamanya. Jalan Greeny-Granny ini merupakan nama jalan utama yang menuju Taman Kota "Skriptura Park".

Toko Bunga "Tina's" tidak jauh dari taman kota. Toko itu tidak terlalu besar, tapi aku selalu dibuat terkejut ketika pintu depan dibuka. Bunga dimana-mana – tentu saja; segar. Selalu.

"Oh ... bunga. Pagi yang indah. Dia pasti menyukainya."

"Oh hai ... Choco. Apa kabar? Lama tak bertemu. Gimana khabar mamamu? And by the way, ini sudah siang, sayang", sambut si penjual bunga – Tina. Ia sedang berada dalam rimbunnya dedaunan yang tinggi, jelas aku tak tahu apa nama tanaman itu. Pakaian khasnya, Celemek dan gunting ditangan kanan adalah pemandangan yang sering kulihat. Terutama saat keluarga besarku akan mengadakan pesta.

"Oh Tina, nyonya Sanathorya, mamaku tercinta, ia mendapatkan hari-hari yang indah bersama putri tercintanya. Aku mengalami gempa waktu, dan kukira ini masih pagi." Aku tertawa kecil. Dan Tina menimpali, "Dan akan mengadakan pesta?"

Dia seolah membaca maksud kedatanganku.

Tapi dia salah. "Tidak, kali ini untuk sahabatku. Dia sedang berulang tahun. Ia menyukai seseuatu yang hijau, tanaman hias, kaktus. Tidak banyak bunga di taman kecilnya, jadi aku akan membelikannya bunga. Aku suka Lili, dikelilingi dengan Mawar. Buat kombinasi yang indah. Tapi mawar tidak tahan lama. Umm .. tapi biarlah. Lili dan Mawar."

Tina mencatat apa yang kuminta.

"Ya itu saja cukup. Tahun lalu aku memberinya sebuah buku harian. Aku suka menulis buku harian, begitu pula dengannya."

Aku menerocos banyak omong, dan tangan Tina bekerja menyiapkan bunga-bunga untukku.

"Well, Kalian pasangan yang serasi", timpal Tina.

"Ohhh ... tentu saja!" jawabku berbunga-bunga, "Kita juga berencana untuk menulis bersama. Tahun lalu ia memenangkan kompetisi aktris teater paling bergengsi. Ia seperti lima tahun di atasku. Kau tahu maksudku, khan ... Tina?"

"Ya. Sepertinya. Dan ini bunganya, uang kembaliannya, serta salam untuk mamamu yah," tukas Tina.

"Thank you, Tina. Oh .. and have a nice day!", jawabku. Ia menjawab dengan senyuman, "You too."

"Oh, Choco ...", Tina memanggilku. Aku yang hendak melaju ke pintu keluar pun menoleh, membalikkan seluruh badanku, dan ...

"Nice T-Shirt!", seru Tina mengerlingkan mata.

Nice T-Shirt? Ini khan Cuma T-Shirt biasa. Kaos hitam, size L yang pas ditubuhku yang berukuran 60Kg/160cm, dengan gambar piramida emas dan tulisan melengkung "Ramtha Zona". Tak ada yang spesial, kecuali ... ini memang kaos baru. Aku mendapatkannya kemarin di Sekolah. Mungkin aku terlihat seksi dengan kaos hitam sport seperti ini. Well, she's right. 

Ageman BaruWhere stories live. Discover now