#satu

3.7K 128 12
                                    

*******
    Suara bel masuk kelas sudah terdengar sampai ke depan pintu gerbang SMP Nusantara.

"Aduh...udah bel lagi." Seorang gadis berkacamata tampak terburu-buru melewati pintu gerbang yang hanya dalam hitungan detik dapat tertutup rapat, seolah-olah bagaikan pintu surga yang tidak akan terbuka bagi orang yang berdosa.

Setelah melewati pintu gerbang.

Bruk..!!

Buku terjatuh dari tangan si gadis berkacamata. Wajah gadis itu terlihat sangat kesal. Rupanya,  ada seorang laki-laki yang tidak sengaja menabrak gadis itu dari belakang. Laki-laki itu berparas seperti pangeran, berpostur tinggi namun, dalam berpakaian tidak setampan wajahnya. Dasi birunya masih digenggam di tangan, dan bajunya tidak dimasukkan.
"Sorry ya...saya tidak sengaja menabrak kamu." Laki-laki itu meminta maaf. "Sini, biar saya bantu." Laki-laki itu ikut mengambil buku yang sudah berada di tanah. Tetapi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, gadis itu langsung berdiri mengambil buku yang ada di tangan orang yang menabraknya, dan berlari meninggalkan laki-laki itu.
"Tunggu...kamu udah maafin saya belum? Oh iya, kita belum kenalan, nama kamu siapa?!!" Sambil berteriak laki-laki itu bertanya. "Emang ya cewek jaman sekarang tuh harus dikasih tahu cara berterimakasih." Namun, tetap saja gadis itu tidak memperdulikannya.
Laki-laki itu tidak menyadari bahwa sebenarnya dia sudah menjadi pusat perhatian orang-orang di sekelilingnya.
    Sepanjang perjalanan ke kelas, laki-laki itu selalu teringat dengan wajah gadis berkacamata itu.

   
*

Saat istirahat, laki-laki itu melihat gadis yang tidak sengaja dia tabrak pagi tadi. Dia gadis itu keluar dari kelas IX.5, yang kebetulan bersebelahan dengan kelasnya yaitu kelas IX.4. Laki-laki itu berlari mengejar si gadis berkacamata, dan langsung menyamakan posisinya dengan sang gadis.
"Eh...kamu yang tadi di gerbang, kan?" Laki-laki itu memulai percakapan. Gadis itu menengok ke arah laki-laki itu dan melihat ke arah name tagnya. "Re-no." Mulut gadis itu mengeja nama yang tertera  pada name tag laki-laki tinggi di sebelahnya. Dan dibalas senyuman manis dari laki-laki tersebut.
"Iya, kenalin nama saya Reno. Nama kamu siapa? Saya anak baru di sekolah ini." Reno melanjutkan percakapan. Dan gadis yang diajak berdialog pun menjawab dengan nada yang datar, "Kamu nggak perlu tahu nama saya."
Tidak terasa, ternyata mereka sudah berjalan sampai di depan perpustakaan.

"Anggita." Suara Tari, si cewek mungil, cerewet, cerdas dalam berbicara, tiba-tiba terdengar dari belakang Reno dan gadis berkacamata itu.
"Anggita, dari tadi lo gue panggil, kenapa kagak nengok?!" Tari berteriak kesal.
"Oh ya...?Maaf, gue nggak denger. Emang ada apaan?"
Dari percakapan Tari dan si gadis berkacamata itu, Reno akhirnya tahu nama sang gadis berkacamata. "Jadi, nama kamu Anggita. Okay, kamu nggak perlu memperkenalkan diri." Reno membalik badannya, berjalan meninggalkan Anggita dan Tari.                                              "Terserah deh!" Anggita berteriak ke arah Reno.

Kemudian setelah Reno pergi, Anggita berdebat dengan Tari."Ihh...tuh kan gara-gara lo Tar, dia jadi tahu nama gue." Tari pun membela diri, "Kok jadi lo yang marah-marah sih.. , seharusnya gue yang marah. Dari tadi lo gue panggilin malah so'-so'an conge. Makanya Git, kalo libur semester itu beli korek kuping jangan beli buku mulu."

"Ya udah deh, gue yang salah. Sekali lagi maaf." Anggita memadamkan api yang terlihat dari muka Tari, karena sudah tidak tahan mendengarkan naskah pleidoi dari mulut mercon Tari. Dan Tari kembali berbicara,  "Tuh kan gue jadi lupa. Lo disuruh Bu Lina buat nyariin novel-novel di perpustakaan, terus dipinjem, bawa ke kelas tapi, besok. Soalnya besok setelah istirahat, pelajaran Bahasa Indonesia materinya tentang 'mengetahui sifat tokoh dalam novel'." Tari menjelaskan. Kemudian Anggita bertanya, "Gue sendirian gitu? Kan berat."
Tari menjawab, "Ya sama gue lah, mau sama siapa lagi? Sama anak baru yang tadi? Nggak kan." Tari sedikit membuat Anggita jengkel. "Apaan sih..lo, jangan bikin gue naik darah deh."
"Mohon dimaklumi, mulut gue susah direm." Tari memutus pembicaraan dan mereka berjalan masuk ke perpustakaan.
   

***

Anggita dan Tari sering menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan. Mereka berdua itu seperti makanan dan minuman, dimana ada Anggita pasti ada Tari.

Nice to Meet youWhere stories live. Discover now