#dua-Tamu tak terduga

1.2K 94 3
                                    

    Pulang sekolah.
Sampai di rumah, Anggita melihat banyak orang di sebelah rumahnya. Dia bertanya kepada Pak Jajang (satpam di rumah Anggita)."Pak, itu ada apaan sih...kok rame banget?" Berjalan melewati pagar rumahnya. "Oh, maksud non Gita rumah sebhelah?" Menunjuk ke rumah sebelah.
"Iya." Wajah Anggita tampak sangat penasaran.
"Jadhi, rumah sebhelah sing tadine hampir seperti rumah hantu, dhibeli sama orang Semarang. Terus sekarang mereka bakhal tingghal dhisitu. Jadhi, kitha akhan punya tetanggha baru, non." Pak Jajang menjelaskan dengan logat orang Jawa.
"Oh..gitu to." Anggita meladeni dengan kata-kata yang biasa diucapkan Pak Jajang. Lalu, Anggita berjalan ke dalam rumahnya. "Saya masuk dulu ya, Pak."
"Nggeh non." Jawab Pak Jajang.
    Sampai di dalam rumah, Anggita melihat ibunya sedang sibuk membuat kue.Anggita bingung untuk apa ibunya membuat kue? Padahal tidak ada acara keluarga. "Mah, mama ngapain bikin kue? Emang ada acara apa?" Ibunya pun menjawab. "Eh...Gita udah pulang. Gini loh nak..kan kita bakal punya tetangga baru jadi, seperti biasa mama akan ngasih kue bikinan mama. Terus nanti kalau sudah jadi kamu yang antar ya."
"Oh gitu, ya udah nanti aku yang antar kuenya." Anggita menurut, dan langsung pergi ke kamarnya di lantai dua.
Saat dia membuka jendela yang menghadap langsung ke rumah tetangga barunya itu, dia melihat wajah yang sudah tak asing lagi buatnya. Anggita seperti sudah pernah melihat orang itu, tapi dia lupa. "Kayanya gue pernah lihat orang itu deh. Tapi, dimana ya? Udahlah mungkin perasaan gue aja."

Saat hari sudah malam.
"Git, Gita..." Suara mama memanggil Gita untuk turun.
"Iya mah, sebentar."
"Cepetan..."Mamah berteriak lagi.
"Iya mah ada apa?" Anggita menuruni tangga. Dan dia melihat ke arah ruang tamu. Entah apa yang membuat raup wajahnya seketika berubah. "Gita, itu ada tamu, mereka itu tetangga sebelah yang mau mama kasih kue. Ehh...malah mereka yang ngasih kue duluan. Jadinya, mama batal ngasih deh." Sambil melihat ke ruang tamu. "Kata ibu Nita, anaknya yang cowok sudah kenal sama kamu." Mata Anggita terbelalak melihat seorang ibu dan anak laki-lakinya duduk di ruang tamu. Ibu Anggita langsung menarik tangan anaknya dan membawanya duduk diruang tamu, yang sebenarnya sangat horor buat Anggita karena, disitu duduk laki-laki yang menabraknya di sekolah.
    Suasana menjadi sangat canggung, dan akhirnya Reno memecahkanya. "Hai Git. Kamu Anggita kan? Yang tadi pagi di sekolah nggak sengaja saya tabrak. Maaf ya, mungkin kamu sangat kesal sama saya." Wajah Anggita menjadi sangat merah. Bukan merah yang menunjukkan kemarahan, tetapi merah yang menunjukkan bahwa dia sangat malu. Karena, di ruangan itu bukan hanya Anggita dan Reno saja namun,juga ada ibu Nita dan mamanya Anggita, yang tertawa melihat anak mereka. Anggita tak mampu membuka mulutnya, seakan-akan mulutnya terkunci oleh ratusan gembok. Tangannya sangat dingin, dan dia pun sudah  tidak  mampu menahan malu. "Mah, a-ku ke ka-mar du-lu ya. Ba-nyak PR so-alnya." Mulut Gita gemetar, ucapannya terbatah-batah seperti balita yang baru belajar berbicara. "Loh. Kok ke kamar? Kan ini masih ada tamu." Anggita tak menghiraukan perkataan ibunya, dan langsung pergi ke kamar.
"Maaf ya, ibu Nita. Anak saya memang sedikit pemalu."
"Tidak apa-apa bu. Ya sudah kalau begitu, kami pulang dulu ya bu."
"Iya. Terimakasih ya sudah repot-repot kesini bawain kue lagi."
"Sama-sama bu."
Mama Anggita berjalan mengantar Reno dan Ibu Nita ke gerbang rumahnya.
"Mari bu." Sapa Reno kepada Mamanya Anggita.

**   

Di kamar, Anggita masih tidak percaya bahwa tetangga barunya adalah orang yang menabraknya tadi pagi. Dan yang paling tidak disukai oleh Anggita adalah setiap hari dia akan melihat wajah orang menyebalkan itu karena jendela kamarnya langsung berhadapan dengan jendela kamar Reno.

"Gita." Mama Anggita membuka pintu kamar Anggita. Anggita sedang duduk di kursi belajarnya.
"Iya mah." Menengok ke arah Mama. Mama meletakkan sesuatu di atas meja belajar Anggita. "Ini ada yang ngasih kamu bingkisan."
Anggita mengambil bingkisan itu. "Dari siapa mah?"
"Nanti juga kamu tahu. Ya udah mama ke kamar dulu ya." Keluar dari kamar Anggita dan berjalan menuju ke kamarnya.
    Anggita membuka bingkisan itu dan didapatinya sebuah novel berjudul 'Nice to Meet you' dan sebuah surat di dalamnya.

    Anggita membuka bingkisan itu dan didapatinya sebuah novel berjudul 'Nice to Meet you' dan sebuah surat di dalamnya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Apaan sih ni orang...nggak jelas." Meletakkan surat itu dan pergi tidur.

   

Nice to Meet youWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu