4

439 79 22
                                    


Author POV

Hujan yang semakin deras ditambah suhu udara yang semakin dingin membuat Harry bertambah panik.

Sudah satu jam Harry menunggu Louis, tetapi ia belum juga menelpon atau sekedar mengirim pesan.

Biasanya Louis selalu bilang pada saat dirinya terlambat. Mungkin hanya sekedar 'Aku masih mengobrol dengan temanku, maaf.' benar benar sudah membuat Harry lega.

Harry sudah tidak tahan lagi. Ia menelpon Louis sambil menggigit jarinya pertanda ragu. Hanya ada nada bunyi telepon pertanda menyambung, tetapi Louis tidak mengangkatnya.

Harry mencoba untuk menelpon kembali. Hasilnya sama seperti sebelumnya.

Ia mencoba sekali lagi, Louis mengangkatnya. Harry sudah berteriak bukan main sampai sampai orang yang berada di gerbong menatapnya.

'Tolong, jangan sakiti dia!'

Harry dapat mendengar suara teriakan Louis diseberang sana. Harry sudah sangat ingin untuk menghampiri Louis ke gerbong, tapi ia sangat penasaran dengan maksud dari kalimat Louis.

'Sakiti pasanganmu? Aku rasa itu lebih baik daripada merobek kepalamu menggunakan gergaji.'

Bungkam. Satu kata yang mendeskripsikan Harry sekarang. Ia tidak tahu harus apa.

'Aku tahu kau mendengar percakapan kita berdua, Harry.'

Suara itu, sama sekali bukan suara Louis. Suaranya sangat berat sampai Harry dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan.

'Pasanganmu Louis, sangat tidak mempunyai otak,"

Ucapannya dijeda. Harry menunggu apa yang akan dia katakan selanjutnya.

Ia dapat mendengar suara teriakan Louis. Bukan suara seperti tadi, suara ini lebih kepada merasa kesakitan.

'Apa yang kau lakukan pada Louis?!'

Louis menjerit semakin kencang sampai Harry merasa gendang telinganya akan robek.

Tetapi ada yang aneh dalam teriakan itu.

Harry dapat jelas mendengar Louis berteriak sambil menangis. Ia berteriak dengan kencang dan suara isakan tangisnya pun juga terdengar.

'Apakah kau tahu bahwa Louis mempunyai banyak sekali hutang?'

Untuk kedua kalinya ia hanya bungkam. Louis selalu mengatur keuangan dengan baik. Untuk kehidupan mereka berdua dan si kembar. Ia sama sekali tidak mengetahui masalah ini.

'Apakah kau tahu ia belum membayarnya sejak engkau berdua masih kuliah?'

'Apakah kau tahu ia selalu berjanji akan membayarnya?'

'Apakah kau tahu ia selalu kabur saat aku ingin menagih janjinya?'

'Apakah kau tahu ia selalu mencuri saat engkau dan kedua anakmu sedang tidur?'

'Apakah kau tahu seberapa banyak utang yang ia miliki?'

'Hutangnya seharga satu jantung manusia.'

Harry menangis.

Benar benar menangis.

Louis sama sekali tidak menceritakan apa apa tentang hutang ini. Ia bahkan tidak tahu sama sekali.

Harry mematikan sambungan ponselnya dan berlari menuju gerbong makan yang harus melewati dua gerbong dibelakang gerbong mereka.

Orang orang menatap Harry dengan tatapan aneh, tetapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin mengetahui dimana Louis dan semua jawaban tentang hutang tersebut.

Tidak ada orang sama sekali di gerbong makan. Pelayan pun tidak terlihat sama sekali. Hanya suara kereta yang melaju dengan kencang.

Harry berjalan menuju ke beberapa meja. Melihat apakah ada tanda bahwa Louis memang sehabis dari gerbong ini.

Di meja paling pojok, ada sepucuk surat yang di kertasnya terdapat sedikit darah. Harry yakin kertas itu belum lama ditaruh karena darahnya masih terlihat merah segar.

Harry membaca surat itu perlahan. Mencoba mengerti apa yang ditulis seseorang di dalam surat tersebut.

Cari aku,
Lihat gerbong lain.

Jangan panik.
Itu darah segar dari leher suamimu.

Membunuhnya?
Oh.

Dengan keadaan panik yang luar biasa, Harry sama sekali tidak bisa berfikir apa yang dimaksud dari surat tersebut.

Ia hanya mengerti paragraf pertama dari surat itu. Mencari si bodoh yang melukai suaminya.

Ia berjalan ke gerbong sebelum gerbong makan. Gerbong itu penuh dengan tidak ada satu bangku yang kosong.

Gerbong kedua pun juga sama. Tetapi di gerbong kedua lebih banyak anak kecil yang sedang berlari larian kesana kemari.

Harry berjalan ke gerbongnya dan hanya tinggal dua orang yang berada di gerbong ini.

'Ini semakin aneh.'

Harry berjalan ke gerbong lain yang berada di depannya.

Oh, betapa bodohnya ia tidak mengikuti kata hati.

Jadilah cerita yang sangat amat gaje.

Comment bisa kali :"

The train 🚃 larryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang