1

495 76 9
                                    


Author POV

Mereka berdua masuk kedalam kereta dan dapat terlihat bahwa lorong sudah hampir penuh. Mereka langsung memasukkan barang mereka di bagasi yang berada di atas kursi mereka.

Sambil memegang chiki yang baru dibuka, Harry duduk dan membuka tirai jendela karena ia berada di pojok.

Kereta sudah mulai berjalan, mereka berdua sibuk dengan hal yang mereka pegang masing masing.

Harry yang sibuk dengan chiki ditangannya dan Louis sibuk dengan game Fifa 15 yang ada di ponselnya.

Chiki Harry sudah habis dalam waktu hanya beberapa menit. Ia menaruhnya di tempat sampah yang berada di dekat kursi mereka dan beralih untuk menatap jendela.

Selagi menatap jendela untuk melihat pemandangan, ia dapat melihat orang orang yang memakai jas tersebut berjalan menuju lorong kereta mereka. Orang orang itu bagaikan mengecek jumlah penumpang.

Disaat melewati kursi Harry dan Louis, orang orang itu hanya tersenyum kepada mereka dan berjalan tanpa sepatah kata pun.

Harry hanya bisa menatap aneh orang orang yang memakai baju jas tersebut dan beralih untuk menatap hal lain.

Televisi di kereta mungkin akan menjadi hal yang sekarang ia tatap. Tapi karena minus di matanya, ia jadi malas karena televisi itu terlalu jauh.

Bosan sudah melandanya walaupun baru 30 menit perjalanan. Ia harus menunggu selama 5 jam dan 30 menit lagi.

Ia pun mengguncangkan badan Louis agar beralih dari game di ponselnya tersebut.

"Lou, aku bosan."

Ucapan Harry sama sekali tidak digubris oleh Louis. Ia hanya terus fokus ke ponselnya yang tertera scorenya adalah 1 - 3.

"Louuuuuu!" Harry mencubit lengan Louis yang hanya dibalas dengan sedikit teriakan 'aw' dari Louis.

Harry yang sudah tidak sabar lagi pun mengambil ponsel Louis tanpa memberitahunya dan menaruhnya di kantung celananya.

Louis hanya melongo melihatnya dan dengan sejurus kilat langsung merongoh kantung celana Harry untuk mengambil ponselnya.

"Ayolah Harry, tinggal 5 menit lagi sebelum pertandingannya selesai!" Ucap Louis sambil terus merongoh kantung celana Harry. Tetapi, Harry terus bertahan dengan tenaga yang ia bisa.

Kekuatan Harry akan kalah dengan kekuatan Louis. Meskipun tinggi badan yang sangat jauh berbeda, tetapi untuk masalah tenaga, Louis tetap menjadi jagoannya.

Ponsel Louis dapat kembali lagi ketangannya. Tetapi saat ia lihat permainan di gamenya, ia kalah dengan score 6 - 3.

"Kau membuatku kalah dalam permainan yang aku sangat mahir." Ketus Louis sambil memanggil pelayan.

"Habis kau kupanggil sedari tadi tidak mendengar, yasudah."

Pelayan perempuan datang dengan rok panjang disertai rambut yang dikuncir. Kemeja putih dan high heels pun menyertai. Senyum mengembang pada wajahnya.

"Aku ingin segelas kopi, kau mau?"
Ucapan Louis membuat Harry berpaling dari ponsel yang baru saja ia genggam.

"Satu gelas teh hangat saja." Pelayan itu mengangguk dan mengulang order yang dibeli mereka berdua.

"Segelas kopi dan teh?" Louis mengangguk. "Oke, dimohon tunggu sebentar." Pelayan itu meninggalkan mereka berdua sambil ada beberapa orang yang memanggil pelayan tersebut.

"Jadi, kebosanan sudah melanda kita berdua," Ucap Harry sambil mengarahkan tangannya ke dirinya dan Louis.

"Mari kita lakukan sesuatu."

Harry tampak melihat sekitarnya dan melihat pelayan yang menulis pesanan mereka sudah membawa satu gelas kopi dan teh hangat.

"Ini teh dan kopinya, Tuan." Ucapnya sambil menaruhnya di meja yang terdapat di pegangan kursi.

Mereka berdua menganguk sambil mengucapkan 'terima kasih' kepada pelayan tersebut.

"Mari kita buat challenge." Ucapan Louis langsung dapat membuat Harry berpaling dari tehnya yang sedang ia tiup karena panas.

"Siapa yang dapat meminum teh," Louis menunjuk teh milik Harry. "Atau kopi punyaku lebih dulu, dia menang." Louis menyeringai disertai kedipan mata yang membuat Harry jijik.

"Siapa takut." Ucapan Harry tanpa rasa takut. Padahal ia sama sekali tidak menyukai panas.

Louis memberikan Harry tehnya dan ia pun memegang kopi yang tadi ia pesan.

"Siap?" Tanya Louis yang hanya dijawab dengan anggukkan dari Harry.

"1,

2,

3!"

Dengan uap yang masih keluar dari minuman mereka berdua itu, mereka meminum dengan cepat tanpa jeda.

Harry sudah dapat merasakan lidahnya bagaikan dipanggang di dalam oven yang panas.

Ia juga dapat melihat bahwa Louis meminum dengan santai tanpa merasakan sakit sama sekali. Louis memang aneh, pikirnya.

Harry sudah tidak tahan lagi, ia menyerah dan menaruh tehnya di atas meja. Dengan cepat ia langsung menyambar botol air putih yang selalu ia simpan di tasnya.

Selagi minum, ia dapat mendengar suara keras tawa Louis dengan suara khasnya. Meskipun Louis sangat amat jahil, Harry juga tidak tahu mengapa ia sangat sayang kepada lelaki bodoh itu.

"Harry Edward Styles pun kalah telak. Mau coba lagi?" Gelengan keras dari Harry membuat Louis tertawa semakin kencang.

Harry menutup botol minumnya dan dengan cepat melihat isi kopi Louis yang hanya tinggal 1/4 dari tempat kopi itu. Sedangkan Harry mungkin belum menghabiskan setengahnya.

"Aku tidak akan mengiyakan challege seperti ini lagi." Ucap Harry sambil menjulurkan lidahnya agar lidahnya itu dapat terkena AC.

Selagi mengibas ibaskan lidahnya dengan tangannya, ia dapat melihat Louis sudah mulai menutup mata untuk tidur.

Meskipun Louis sudah tidur sangat lama dirumah, tetapi udara di dalam kereta yang dingin disertai rintik hujan membuat matanya tidak dapat diganggu untuk menutup.

Harry menaruh satu kecupan kecil dibibir Louis dan merapikan sedikit rambut Louis. Ada perasaan aneh dibenaknya yang akan terjadi kepada Louis, tetapi ia menggubrisnya dan percaya bahwa Louis akan baik baik saja.

Mereka berdua tertidur selama satu jam sebelum sebuah keanehan terjadi.

Ini chapter gak jelas banget, sumpah.

The train 🚃 larryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang