Prolog

114K 8.4K 869
                                    

PIKIRANKU bersoal. Apa terlahir menjadi seorang Zaheen Syatir Al-Khalid itu memiliki takdir yang sama dengan saudara-saudara Yusuf? Saudara yang hatinya padat dengan dengki dan ingin menyingkirkan saudaranya sendiri, hanya karena problematik ketidakmerataan kasih sayang dari ayahnya, Yaqub.

Selama tujuh belas tahun lamanya, seisi penjuru hati dan pikiranku hanya disesaki oleh perasaan dengki. Perasaan membuncah dan harapan biadap untuk membuat sosok bernama Zayyan Syatir Al-Hafiz itu menghilang. Memiliki saudara kembar ternyata tidak semenarik yang dibayangkan. Segalanya serba dibagi, termasuk kasih sayang.

Sehari saja, aku ingin meninggalkannya di dalam sumur paling dalam dan kembali ke rumah sendirian. Hanya untuk merasakan bagaimana menikmati kasih sayang orang tua secara utuh, tanpa ada pembagian di dalamnya.

Bukankah saudara-saudara Yusuf yang meninggalkannya di dalam sumur, berbeda ibu dengan Yusuf. Lalu Sang Ayah—Yaqub—lebih sayang pada putra yang dinobatkan sebagai manusia tertampan di muka Bumi itu, lantaran Yusuf kecil tumbuh tanpa merasakan belaian tangan ibunya.

Lantas harusnya takdirku seperti Bunyamin, saudara satu ibu dengan Yusuf yang juga diperhatikan. Zayyan dan aku sama-sama lahir dari rahim yang sama. Kami seakan sepasang langkah yang hanya terbatas tiga ratus detik. Bukan juga seorang piatu. Lalu kenapa hanya pada Zayyan saja kedua orang tuaku menaruh minat?

Sering kali pertanyaan sejenis berputar bagai kawanan burung yang terbang mengisi pikiranku. Pertanyaan-pertanyaan yang ingin kutanyakan secara langsung kalau saja aku berani keluar dari zona persembunyian, lalu menyambut hangat uluran tangan penuh luka itu lebih dalam.

"Ma, Pa, kalau kalian hanya menginginkan satu anak laki-laki? Kenapa tidak membuatku menyerah sampai alam rahim saja? Bagiku... bernapas lebih terasa menyesakkan daripada kematian sekarang."

____________

Bersambung.

Bismillah, welcome to my first teenlit story and say hello to baby Z twins.

Tantangan banget buat aku, nulis dari sudut pandang orang pertama laki-laki yang usianya masih belasan.

Komen dan vote kamu berbanding lurus dengan cepat update.

Tag me @ima.madani or @amimomile if you share something from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aku, Al-Qur'an, & Alzheimer Where stories live. Discover now