0.8 alvin untuk aretta

Mulai dari awal
                                    

Alvino berhasil menaruh Aretta di atas tempat tidurnya. Dia membukakan sepatu Aretta, menaruhnya dibawah tempat tidur, lalu menyelimuti Aretta dengan selimut berwarna biru awan.

Dia berdiri disana dengan satu tangan yang dimasukkan ke saku celana. Menatap Aretta yang jauh lebih terlihat tenang saat sedang tidur. Setelah itu Alvino tersenyum kecil lalu berjalan keluar dari kamar, mematikan lampu dan turun ke lantai satu.

"Saya pulang dulu ya tante." ucap Alvino sopan.

"Aduh iya. Maaf ya ngerepotin kamu, makasih juga kamu udah anterin Aretta sampe kamarnya!" sahut Ibu sambil mengelus lengan Alvino lembut.

"Sama-sama tante, kalo gitu saya permisi pulang ya tante." pamitnya lagi, bersalaman dan tersenyum setelah kembali ke mobil untuk pulang kerumah.

"Hati-hati nak!" ucap Ibu sebelum Alvino keluar dari gerbang rumah.

Dan nampaknya malam ini Aretta akan mimpi Indah.

                              ●●●●

Sinar matahari pagi menyinari wajahnya saat Alvino membuka jendela kamar dan beranjak membuka pintu balkon, dia berdiri disana menghembuskan nafas dengan segelas susu coklat hangat ditangan. Ternyata Alvino suka susu, tapi susu coklat bukan putih seperti yang pernah Aretta kasih.

Alvino menyeruput susu coklatnya, melihat pemandangan awan pagi yang cerah—dia jadi ingat warna selimut Aretta. Kemudian dia mengalihkan pandangan ke kanan dan bisa dia lihat dari sini, Ravin yang sedang memakai baju di kamarnya membuat Alvino tertawa, dia selalu seperti itu. Dasar Ravin.

Sedangkan di kompleks sebelah, Aretta akhirnya terbangun karena alarm yang dipasang oleh Ibu'nya berdering.

Dia mengucek matanya, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai, dia memakai baju santai selutut yang berwarna biru navy. Lalu turun kebawah, menghampiri Ayahnya yang sedang duduk di sofa coklat tua.

"Pagi sayang!" ucap Ayah, saat Aretta mendarat duduk disampingnya.

"Pagi Ayah!" sahutnya semangat.

"Gimana acara pensinya lancar kan?" tanya Ayah sambil mengganti channel televisi berita ke channel berita lainnya.

Aretta menoleh sambil menyender pada sofa "Lancar Yah hehe." lalu kembali menatap televisi walaupun sebenarnya dia tidak suka acara berita, tapi berhubung mood'nya sedang baik kayaknya itu tidak berlaku deh.

"Eh kamu nggak mau ngenalin Ayah ke cowok yang semalem anter kamu?"

Aretta lagi-lagi menoleh "Ayah tau dari siapa?" sahutnya sedikit kaget.

"Ibu kamu yang cerita. Katanya semalem kamu di anterin sampe ke kamar!"

Aretta membulatkan mata sekaligus mulutnya "Oh dia, namanya Alvino!" sahutnya sambil menahan senyum yang mau menghiasi wajahnya.

"Oh Alvino namanya," Aretta hanya mengangguk.

"Ayah mau baca koran dulu di depan, kamu sarapan dulu sana." ucap Ayah lalu keluar kedepan halaman sambil membawa kopi hitamnya.

Setelah Ayah sudah tidak duduk di sampingnya, Aretta menutup wajah. Senyum yang Aretta tahan tak bisa lagi terbendung. Sekarang malah wajahnya penuh dengan senyuman.

Dia senang ternyata Ayah'nya juga menyukai Alvino.

Tunggu berarti perasaannya?

                              ●●●●

Ravin membuka pintu dan berjalan menuju balkon kamarnya, dia melirik Alvino yang sedang duduk sambil membaca buku.

"Gue tau lo abis ngintip gue dasar Alvin!" seru Ravin membuat Alvino berhenti membaca buku dan menoleh ke arahnya.

ALVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang