Bagian 3 (Pertemuan)

475 38 0
                                    

Bermula dari kisah yang tiada sempurna

Di awali luka yang bangkitkan iba

Bukan simpati semata, kurasa

Di detik temu kumenyadarinya

Dalam ombakmu, kutergulung di dalamnya

***

Pram melihat Ricky muncul dari gudang dengan gagang sapu dan serokan. "Ki, biar aku aja yang sapu!"

Ricky terlihat ragu sembari menatap karyawan baru itu. "Enggak apa-apa nih?"

"Iya, santai aja. Jam segini, kan, biasanya udah mulai sepi."

Ricky lantas menyerahkan alat bersih-bersih dengan suka cita. Sekian detik kemudian, Pram menyapu lantai dan mengarahkan sampahnya keluar pintu. Dia juga membenahi beberapa kursi di teras dan membersihkan bagian bawah meja. Setelah kotoran dan debu dikumpulkan di serokan, pria itu melangkah menuruni beberapa anak tangga ke tempat parkir dan membuang semuanya ke tempat sampah berwarna hijau.

Pram berjalan menaiki anak tangga ke teras, lalu membuka pintu toko.

CRING!

Tanpa pertanda, mendadak hujan deras turun dari langit seketika.

"Hah? Hujan?"

"Wow! Hujan turun persis setelah kamu selesai bersih-bersih, Pram!" sahut Ricky sambil menghampiri teman barunya di toko tersebut.

Pram tersenyum menimpali. "Ya. Untung sudah selesai."

"Sini biar kutaruh sapunya di belakang."

Pram memberikan alat-alat yang dipegangnya itu pada Ricky sebelum akhirnya berjalan ke meja kasir, duduk, dan menatap hujan dan teringat sesuatu.

Waktu itu juga hujan. Rintiknya mirip seperti ini. Turun mendadak deras.

***

Pram seolah masih bisa mendengar gema suara Diana saat itu. Ketimbang sedih, wanita itu lebih terdengar seperti marah.

"Aku lelah, Pram! Semuanya selalu soal kamu! Tulisanmu, novelmu, survey-mu, deadline-mu, editormu!"

"Kamu tidak benar-benar peduli padaku, 'kan, Pram? Aku bahkan tidak yakin kamu cinta padaku!"

Setelah misuh-misuh seperti itu, Diana melangkah menjauh. Keduanya berpisah di trotoar dekat pelataran parkir. Pram bahkan tidak sekali pun memanggil wanita itu agar kembali. Dia masih berdiri di titik yang sama saat perempuan tersebut meninggalkannya, lalu hujan deras turun seketika.

Diana benar tentang satu hal.

Pram memang tidak pernah benar-benar cinta padanya dan pria itu mengakuinya dalam benak.

***

CRING!

"Selamat da ...."

Dahi Pram mendadak muncul kerutan usai menatap pelanggannya kali ini.

Uh ..., si Anak Genit datang lagi.

Gadis itu sekarang mengenakan kaus ketat berwarna putih dan celana pendek hitam. Dia meringis, menunjukkan deretan giginya ke arah Pram.

"Halo, Mas Pram. Aku datang lagi," sapanya penuh binar.

Sementara itu, Pram hanya tersenyum sinis. Sekian detik setelahnya, gadis itu berjalan ke rak obat. Dia tampak sedikit ragu. Beberapa menit sebelum akhirnya ia memilih satu benda.

NIGHT SHIFT (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now