Chapter 1 : Arjuna Grissham

16.3K 522 37
                                    

You taught me how to be someone.
-One Direction-

°°°

"Astaga, cogannya gue ganteng banget!" teriakan cempreng dari seorang siswi menggema di koridor kelas saat seorang siswa berjalan ke arah mereka.

Siswa itu bernama Arjuna, Arjuna Grissham.

"Iya, Arjuna kalau pakek masker aura kegantengannya malah bertambah! Jadi kayak oppa-oppa Korea!" sahut temannya membenarkan dengan nada heboh.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Arjuna menjadi idola sebagian kaum hawa di sekolahannya.

Dengan wajah tampan dan manis, dia sukses memikat hati lawan jenisnya. Apalagi dengan sikap yang cool, sukses membuat penggemarnya gemas ingin menghalalkan Arjuna.

Jadi jangan heran jika banyak yang suka fangirl secara frontal pada Arjuna, ya ... seperti memujinya secara terang-terangan.

Kalian tahu kenapa? Arjuna akan salah tingkah dan berlalu secepat mungkin.

Baginya, itu bukan sikap salah tingkah, tapi ia ingin segera pergi, tidak mau berurusan dengan siswi-siswi yang tidak dikenalnya itu.

Arjuna hanya merasa risih dan tidak suka menjadi pusat perhatian. Namun, para kaum hawa menyebutnya dengan salah tingkah.

Astaga.

Arjuna tidak sepemalu itu!

"Yah, Abang Arjunanya pergi, dedeq jadi cendirian ... cedih akutuh," ucap salah satu siswi tadi.

Karena geli mendengar kalimat dari siswi tadi, Arjuna semakin mempercepat langkahnya dan menggelengkan kepala pelan.  "Amit-amit," gerutunya pelan.

Setelah sampai di halte yang sepi, ia menarik maskernya turun hingga ke dagu. "Sial, padahal gue udah pakek masker biar gak ketahuan sama para fangirl lite itu," gerutu Arjuna pelan.

Ya, Arjuna menganggap kaum hawa yang mengaku sebagai fans-nya itu sebagai fangirl lite, tipe fangirl yang cepat berubah kalau ada idola baru yang lebih keren, alias fans musiman.

Dasar!

Jangan menilai seseorang dari yang dia tampakkan saja. Semua orang bisa pura-pura, bukan?

Ia mengembuskan napas berat saat memikirkan mobilnya hari ini masuk bengkel, dan alhasil, ia harus rela naik bus, membayangkan saat ia masuk ke dalam bus tadi pagi dan menjadi pusat perhatian karena ia berdiri, alias kehabisan tempat duduk sudah membuatnya merinding.

Arjuna bergidik ngeri. "Anjir, untung tadi pas istirahat beli masker."

Ia berharap kejadian tadi pagi tidak akan terulang kembali.

Tidak lama kemudian, sebuah bus sampai di halte, Arjuna bergegas membetulkan maskernya kembali sebelum masuk.

Kebetulan ada tempat duduk yang kosong, tepatnya berada di samping jendela dengan seorang gadis yang sedang memangku sebuah tas besar.

Mungkin dia bukan orang Jakarta, batin Arjuna.

Melihat penampilannya yang tidak seperti remaja di kota besar itu, ditambah dengan sebuah tas besar di pangkuannya, kemungkinan besar ia sedang melakukan perjalanan dari kota asalnya ke Jakarta. Itu kesimpulan yang bisa diambil oleh Arjuna.

Arjuna mengabaikan gadis berkucir kuda itu dan fokus ke gadget miliknya.

"Mas-mas," panggil gadis di samping Arjuna dengan menepuk-nepuk pundaknya.

Arjuna menoleh dengan tatapan bingung. "Ya?"

"Boleh minta tolong telponin saudaraku nggak?" tanyanya dengan nada medok.

Nah, kayaknya bener dugaan gue, dia bukan orang Jakarta.

"Aku lupa alamat rumahnya saudaraku, Mas, hpku mati, alamatnya tak simpen di hp, aku inget nomer telponnya aja."

Gadis dengan iris berwarna coklat itu menatap Arjuna. "Tolong, Mas."

Seakan terhipnotis dengan tatapan gadis bermata coklat itu, Arjuna mengangguk begitu saja dan menyerahkan ponselnya. "Ini hpnya."

Gadis itu segera menerima ponsel Arjuna dan menelpon saudaranya.

Arjuna hanya memerhatikan gerak-gerik gadis di sampingnya itu, seakan matanya tidak ingin berpaling.

"Halo, Mbak. Iya, ini aku, aku ada di bus ini, hpku mati," ucap gadis itu di telpon dengan nada medok membuat Arjuna menarik ujung bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman kecil, walaupun tidak ada yang bisa melihatnya karena Arjuna memakai masker.

"Iya, kirimin lewat sms aja ya, tapi nggak apa-apa nih kamu nungguin aku di pinggir jalan?"

"Jadi aku ngomong ke kernetnya alamatmu, terus nyariin kamu di pinggir jalan yo?"

"Oke, makasih yo, Mbak."

Arjuna segera memalingkan wajah, tidak mau tertangkap basah sedang memerhatikan gadis di sebelahnya.

"Mas, tahu alamat ini nggak?" Gadis tadi menunjukkan ponsel ke Arjuna.

Arjuna menoleh ke arah ponsel lalu mengangguk. "Tahu, sekitar 5 menit lagi sampai."

"Oh, iya, Mas. Nanti bisa tolong bilangin ke kernetnya?"

Arjuna mengangguk lagi.

Ah elah, kenapa gue jadi main ngangguk-ngangguk kayak pajangan mobil gini? batin Arjuna saat menyadari ia dari tadi seperti selalu menurut dan mengiyakan ucapannya.

"Matur nuwun, Mas," ucapnya sopan lalu mengembalikan ponsel milik Arjuna sembari tersenyum.

"Enggeh, sami-sami," jawab Arjuna.

"Loh, Mas, bisa Bahasa Jawa?"

"Bisa dikit-dikit," jawab Arjuna lalu fokus ke ponselnya.

Hening.

Tidak ada lagi pembicaraan antara Arjuna dan gadis tadi.

"Bang-bang, berhenti, Bang!" teriak Arjuna. "Lo udah sampai," lanjutnya ke arah Gadis di sampingnya.

"Oh, enggeh. Duluan nggeh, Mas," pamit gadis itu yang diangguki Arjuna.

"Iya, hati-hati."

Setelah gadis itu berlalu, Arjuna secara tidak sengaja melihat gelang berada di sampingnya.

"Eh! Gelang lo," teriak Arjuna memanggil gadis tersebut. Namun terlambat, gadis itu telah turun dan bus mulai berjalan.

"Yah, gue lupa nanya lagi nama dia siapa," sesal Arjuna.

Arjuna mengamati gelang di tangannya.

"Semoga kita ketemu kembali deh ya," gumam Arjuna lalu menggenggam gelang di tangannya.

===

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang