BTS 12

5.6K 383 3
                                    

Sasa terlihat berjalan begitu cepat menyusuri koridor rumah sakit. Ia terus berjalan begitu cepat dibelakang sosok bertubuh tegap ini. Sosok yang mengaku sebagai suaminya, dan orang yang telah menciumnya saat dansa di acara ultah Chaca itu, entahlah apakah dia lelaki misterius itu? Tapi mengapa ia merasa itu benar adanya.

Ckrekkk

Pintu ruangan tersebut terbuka membuat Fatir maupun Sasa masuk ke dalam. Suasana begitu hening hanya ada dua wanita yang terlihat berjaga sedang duduk di sofa ruangan. Keduanya menatap Keysha dengan begitu terkejut dan tak percaya!

Sementara yang dipandangan malah fokus menatap gadis mungil yang sedang berbaring lemah disana. Ia terlihat sedang tertidur pulas. Tanpa bertanya lagi Keysha langsung mendekati Syafa. Sementara Fatir hanya bisa diam di tempatnya.

"Kak! itu kak Keysha, bukan?" tanya Asyila yang sudah terpaku menatap seorang wanita yang begitu mirip dengan kakak iparnya.

Fatir mengangguk lemah. "Dia hilang ingatan, dan sekarang dia adalah guru Syafa di sekolah." ungkap Fatir dengan lemas.

Mendengar jawaban Fatir, Ibu hanya bisa diam menatap Keysha yag sudah meneteskan airmatanya di hadapan Syafa yang tertidur. Tanpa dirasa Ibu juga meneteskan airmata haru melihat ibu dan anak itu. Dan bahkan kini Ibu sudah beranjak dan menuju Keysha dan Sasa.

Sasa menoleh saat sebuah tepukan lembut mendarat dibahunya. Sasa segera menyeka air matanya, ia juga bingung mengapa wanita paruh baya yang menepuknya itu juga menangis.

"Akhirnya kamu kembali nak." ujar Ibu dengan mata berkaca-kaca. Sementara Sasa sudah mengerutkan keningnya, ia bingung. Apa maksud wanita paruh baya ini?

"Maaf bu, apa maksudnya?" tanya Sasa, "Saya Sasa. Guru dari Syafa!" lanjut Sasa dengan senyuman khasnya yang membuat Ibu makin yakin kalau wanita yang ada dihadapannya ini adalah menantunya Keysha. Menantu pilihannya!

Belum sempat Ibu menjawab Fatir sudah menepuk bahu Ibunya. Lalu mengerlingkan mata sebagai isyarat dari Fatir. Sementara Keysha sudah bingung dengan semuanya, ia pun beralih menatap sosok wanita berhijab hitam yang ada dibelakang wanita pauh baya itu. Mata keduanya bertemu, Keysha bingung kenapa dua wanita itu menatapnya begitu intens?

Sesaat suasana di dalam ruangan itu menjadi begitu hening dan tegang. Semua terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Sampai sebuah suara memecahkan keheningan tersebut.

"Ibu Sasa!" suara lirih itu langsung membuat Sasa menoleh dan menatap asal suara. Seketika senyum Sasa merekah saat melihat senyuman itu hadir lagi dari gadis mungilnya. Senyuman yang sempat hilang beberapa hari yang lalu.

Tanpa aba-aba tangan Sasa terulur mengusap lembut wajah Syafa. Semua yang melihat adegan itu hanya bisa tersenyum. Begitu pula Sasa dan Syafa yang terlihat begitu bahagia.

"Ibu Sasa disini sayang." ujar Sasa begitu lembut.

"Syafa kangen Ibu, maaf Syafa ya Bu!" Syafa memohon dengan wajah polosnya. Membuat Sasa menggeleng lemah.

"Ibu yang minta maaf sayang. Ibu Sasa sayang banget sama Syafa," ungkap Sasa. "Syafa cepat sembuh ya." sambung Sasa dengan tersenyum.

Sementara semua mata yang memandang adegan Ibu dan anak tersebut hanya bisa diam, ada rasa bahagia dan terharu. Rasa itu bercampur menjadi satu!

"Peluk!" celetuk Syafa dengan begitu manja pada Sasa.

Sasa tersenyum penuh bahagia ia peluk tubuh mungil itu. Entah mengapa saat ia memeleluk tubuh mungil itu, yang ia rasakan hanyalah rasa nyaman dan bahagia. Ada kebahagiaan kecil yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Rasanya batin selalu terpaut dengan gadis mungil itu, rasanya ia seperti bisa merasakan apa yang Syafa rasakan. Seperti ada ikatan batin yang begitu kuat dari keduanya.

Waktu bergulir begitu cepat rasanya. Dari detik ke menit, menit ke jam. Dan sampai kini sudah hampir sore  Sasa menemani Syafa di rumah sakit. Mereka terlihat begitu bahagi, Sasa terus memanjakan Syafa begitu terlihat kalau ia memang menyayangi Syafa begitu tulus.

Mereka asyik bercanda ria, terlihat sekali kalau Syafa dan Sasa bahagia. Keduanya begitu sangat dekat dan bahagia. Sampai-sampai seorang suster datang dan mengatakan kalau Sasa adalah Ibu yang begitu baik. Suster itu salah sangka, dia menyangka kalau Sasa adalah Ibu dari Syafa.

"Syafa sayang!" Fatir berjalan  menuju Syafa dan Sasa yang asyik bercanda ria bersama.

"Ada apa Yah?"

Fatir menghela napas lalu melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. "Sayang, Ibu Sasa harus pulang, ini sudah sore!" Fatir melirik Sasa yang sudah melihat jam tangannya juga.

Seketika raut wajah bahagia itu kembali muram karena penuturan ayahnya itu. "Tapi Yah, Syafa masih mau sama Ibu Sasa." lirih Syafa dengan wajah memelas. Membuat Sasa tak tega meninggalkan Syafa pulang.

"Sayang! Ini sudah sore, Ibu Sasa harus pulang." Fatir tetap konsisten pada pendiriannya. Sementara Syafa sudah menatap Ibu Sasa, seolah isyarat mata itu menunjukkan 'ibu Sasa jangan pulang'

Sementara disisi lain Ibu dan Asyila hanya bisa menatap ketiga insan itu. Mereka hanya bisa diam, menatap dari tempat mereka duduk.

"Syafa sayang, dengerin Ibu. Yang dikatakan Ayahmu itu benar. Ibu harus pulang," ucap Sasa dengan lembut namun terlihat Syafa masih tak mengerti juga.

"Dan Insya Allah. Besok Ibu akan kesini lagi. Ibu janji besok Ibu bakalan ke sini lagi, oke?" lanjut Sasa. Membuat mata Syafa berbinar lalu tersenyum manja.

"Janji?"

Sasa dan Fatir akhirnya bisa tersenyum lega, "Janji sayang." jawab Sasa lalu ia pun mencium kening Syafa sebelum pulang.

Fatir dan Sasa pun beranjak hendak meninggalkan ruangan tersebut. Namun pandangan Syafa langsung jatuh pada sosok wanita paruh baya itu yang duduk di sofa. Ia pun menghampirinya lalu menggapai tangan Ibu Fatir dan menciumnya.

"Maaf Bu, saya permisi pulang." pamit Sasa dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.

"Iya nak, hati-hati." jawab Ibu dengan ramah. Sementara mata Sasa sudah melirik seorang wanita sedikit muda darinya beranjak lalu memeluk Sasa tiba-tiba.

Sasa yang kaget hanya bisa diam. Sesaat Sasa tak membalas pelukan itu namun akhirnya ia balas memeluk saat ia mendengar suara tangis. Membuatnya menegang!

"Kak Keysha, aku sangat merindukan kakak!" ucap Syila yang sudah selesai berpelukan dengan Sasa. Sementara Sasa sudah mengerutkan keningnya.

Wanita muda dihadapanya ini menangis. Dan mata itu menatap Sasa dengan berkaca-kaca. Tatapan itu sangat memancarkan ketulusan dan kejujuran.

"Kamu mengenalku?" tanya Sasa.

Syila segera mengangguk lalu menyeka air matanya. Rasanya ia sangat sedih sekaligus bahagia bisa melihat kakak iparnya itu.

"Tentu aku mengenalmu kak! Karena kak Keysha adalah istri Kak Fatir. Kau adalah kakak iparku." ujar Syila dengan tulus, ia seolah sedang meyakinkan Sasa yang terlihat bingung.

Terlihat Sasa memejamkan matanya, tiba-tiba ia merasakan pusing yang begitu hebat di kepalanya. Sementara Fatir yang ada di belakang Sasa sudah siap siaga karena ia melihat Sasa sudah memegang kepalanya.

"Tolong jangan sentuh aku." Sasa berujar saat ia merasakan sebuah tangan memegang bahunya. Ia pun beralih kembali menatap Asyila.

Ia mencoba mencari kebenaran dimata itu, ia sendiri merasa kesal karena sama sekali tak dapat mengingat semuanya. Saat ia
berusaha mengingat yang ia dapat malah rasa sakit yang begitu hebat dikepalanya.

"Apakah itu benar?" tanya Sasa dengan serius. Rasa nyeri dikepalanya sudah sedikit mereda.

"Iya Kak, tolong coba ingat kalau kak Fatir itu suamimu kak." jelas Syila lagi dengan serius.

Sementara Fatir sudah membeku ditempatnya. Dan tanpa mereka sadari Syafa sudah menyimak kejadian itu, menyimak dengan saksama.

Ibu Sasa adalah istri Ayah?

***

Bahagia Tanpa Syarat  (Complated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang