BTS 10

5.8K 400 3
                                    


Malam itu tampak Sasa terdiam didalam kamarnya. Ia termenung pikirannya terus terbayang-bayang kejadian tadi siang di taman sekolah saat perkataan Fatir begitu membuatnya kaget dan bingung. Saat itu ia berusaha mengingat masalalunya, namun rasa sakit itu muncul lagi saat ia berusaha mengingat semuanya. Sasa tampak memejamkan mata ia masih berpikir tentang perkataan Fatir yang sudah seperti kaset rusat yang berputar-putar dimemorinya. Ia sudah berusaha tak menghiraukan itu semua namun hatinya bertolak belakang dengan keinginannya!

Namun tatapan Fatir sama sekali tak menggambarkan kalau lelaki itu berbicara bohong, tatapan itu bahkan begitu tulus dan memancarkan kerinduan yang begitu besar, yang entah mengapa membuat Sasa bisa merasakan itu semua walau haya dengan tatapan tulus itu.

"Keysha! Tatap aku, ingatlah aku ini Fatirmu! Aku ini suamimu dan kau istriku, ayo ingatlah!" kata Fatir melemah dengan muka memohon.

"Dan Syafa itu anak kita. Dia darah daging kita, Keysha!" kata Fatir lagi yang membuat Keysha menggeleng dengan pejaman matanya.

Kata-kata itu entah mengapa terus terngiang-ngiang ditelinganya, kata-kata itu bagaikan mantra yang membuatnya gelisah sekigus bingung. Ia masih tak berani menanyakan yang sebenarnya pada Mamahnya untuk saat ini. Ia sangat gelisah dan apa benar masalalunya itu bersama sosok terhormat seperti Ayah Syafa-anak kecil yang memintanya agar menjadi Ibu untuk gadis mungil itu. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri yang tak bisa mengingat apa-apa!

Dreeetttttttt...

Sasa tersadar karena mendengar bunyi ponselnya, ia pun berlalu menuju meja kerjanya dan mengambil ponselnya. Berikut detiknya ia sudah menghela napas karena setelah melihat siapa yang menghubunginya malam-malam begini. Bagaimana ini Afriza menelponnya!

Setelah mengangkat telepon itu ia langsung menempelkan ponselnya pada telinganya. Terdengar suara disebrang sana menyapanya, membuatnya terpejam. Entah mengapa ia jadi takut Afriza kecewa padanya. Tapi entah mengapa rasa khawatur itu menyelinap dihatinya, ia khawatir Afriza mengetahui semuanya melalui orang lain. Apa ia harus menceritakan semuanya pada lelaki itu?

"Wa'alaikum-salam." jawab Sasa yang tiba-tiba tergagap, ia merasa gugup berbicara dengan Afriza. Hampir satu minggu ini Afriza tak menelponnya sama sekali namun kenapa disaat ia sedang gelisah dan bingung Afriza malah menelponnya.

"Hey. Kenapa kau tergagap seperti itu Sasa? Apa kau baik-baik saja?" tanya Afriza disebrang sana. Terdengar sekali nada khawatir terdengar diujung telepon yang membuat Sasa semakin merasa bersalah.

Sasa menghela napas panjang lalu menjawab, "Aku baik-baik saja kau tak perlu mengkhawatirkan diriku seperti itu. Dan apa kau disana baik-baik saja walau tanpa aku?" terdengar kekehan disebrang sana yang entah mengapa membuat Sasa tersenyum.

Ada rasa bahagia mendengar tawa renyah dari lelaki itu, entah mengapa saat ini Sasa jadi merindukan sosok bawel yang selama ini baik padanya dan keluarganya.

"Alhamdulillah aku baik walau tanpa dirimu tapi batinku begitu merindukannya dan tampaknya kau juga merindukan sosok diriku yang selalu bersamamu. Apa itu benar nona Sasa?" tanya Afriza, membuat Sasa mengerucutkan bibirnya. Dan tanpa ia sadari ia telah melupakan Fatir untuk saat ini.

"Aku juga merindukanmu. ku mohon cepatlah pulang dan jangan lupa bawakan aku oleh-oleh khas Lombok, ya jangan lupa!" ujar Sasa yang tiba-tiba terlontar begitu saja dari bibir mugilnya. Bibir yang menurutnya telah dicuri oleh lelaki misterius itu. First kissnya!

"Siap boss! Apaun yang kau pinta akan abang Afriza turuti." Jawab Afriza cepat dan terdengar tegas.

Obrolan dan diselingi candaan itu sudah hampir satu jam lebih dan bahkan kini Sasa sudah berbaring diranjangnya dengan msih bertelponan dengan Afriza. Tawanya pecah saat mendengar gombalan terlontar begitu saja di ujung telepon alias dari Afriza. Sampai akhirnya Afriza dan Sasa memutuskan untuk istirahat dan dengan rasa tak rela keduanya memutuskan sambungan telepon.

Bahagia Tanpa Syarat  (Complated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang