Chapter 9: Anak-Anak Perantauan

81 8 4
                                    

"Kamsahamnida, Seungri-sshi...", ungkap Seungyoon sambil membungkuk 90 derajat setelah Seungri membantunya membawakan barang-barangnya.

"Ya, Kang Seungyoon. Neomu himdeuro.", ujar Seungri sambil langsung merebahkan diri di atas tempat tidur Seungyoon. "Gapapa kan? Aku capek. Aku numpang istirahat di sini ya sebelum si Chaerin kasih aku kerjaan lagi"

"...ya... gapapa..." jawab Seungyoon lirih. "Ngomong-ngomong, Seungri-sshi. Anda ini sebenarnya...", belum selesai Seungyoon bicara ucapannya telah dipotong oleh Seungri.

"Arasso, arasso. Aku temannya Chaerin...", jawab Seungri "...yang pengangguran."

"Oh, benarkah?", tanya Seungyoon tak percaya sambil menarik kursi dan duduk diatasnya. "Lalu, jadi pesu... asistennya Kak Chaerin?"

"Ya... Gitu deh!", jawab Seungri. "Bagian Chaerin iba padaku memang benar. Aku satu angkatan dibawahnya tapi studiku nggak selesai. Kebanyakan main aku. Kamu jangan tiru ya, gak boleh.", kini Seungri berkata panjang lebar.

"Seungri!!!", teriak Chaerin dari bawah.

"Siap, nyonya besar!", Seungri langsung melompat dari tempat tidur Seungyoon. "Ingat ya, kata-kataku. Kamu harus lulus jangan kayak aku!", ujar Seungri pada Seungyoon sambil menepuk-nepuk pundakya dan meninggalkan Seungyoon yang kebingungan.

***

"Bagaimana tidurmu, Seulgi?", tanya Chaerin sambil tersenyum. "Bahkan Seungyoon saja sampai nggak berani membangunkanmu"

"Maaf, Kak. Aku jadi nggak enak melanggar janji minum teh bareng Kakak sore tadi...", keluh Seulgi lirih.

"Nggak apa-apa kok, Seulgi. Yuk, turun... Ketemu dengan teman-teman barumu. Seungyoon sudah asyik bercengkrama tuh...", ajak Chaerin.

Seulgi dan Chaerin menuruni anak tangga menuju ruang tengah, tempat dimana penghuni rumah tersebut biasa berkumpul. Terlihat di sana sekumpulan anak-anak bercengkrama dengan bahasa Korea sambil tertawa-tawa.

"Ehm...", Chaerin berdehem bersama Seulgi di sisi kursi ruang tengah. "Ada satu lagi teman kalian yang belum kalian kenal"

Empat orang perempuan di sana memandangi Seulgi dari atas sampai bawah. Percaya atau tidak, Seulgi memang terlihat paling kumal di antara empat orang tersebut, entah karena memang gayanya yang cukup kuno atau memang karena Seulgi belum mandi. Tetapi, tak lama kemudian mereka semua menebar senyum ke arah Seulgi.

"Hai!", sapa seorang dari mereka ramah. "Kamu pasti yang namanya Seulgi! Sini, duduk sebelahku..."

"Ah, ya... Terima kasih", balas Seulgi ramah.

"Kamu lama banget sih turunnya, jadi kita gosipin kamu deh! Hahaha...", ujar salah seorang dari mereka.

"Ah, geurae?", Seulgi terlihat canggung.

"Hahaha nggak kok Seulgi, bercanda. Ya kan, Kak Chaerin?", seseorang memandang Chaerin yang kini sedang asyik bermain asap dengan cangklongnya. Chaerin hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

"Namaku Seungwan, Son Seungwan. Aku dari Seoul juga lho!", gadis yang mengajak Seulgi duduk di sebelahnya memperkenalkan diri.

"Hai! Aku Ahreum, dan sebelahku Mijoo. Kami sama-sama dari Chungcheong"

Tinggal seorang lagi yang belum memperkenalkan diri, yakni perempuan yang duduk di sebelah Seungwan. Perempuan itu sangat cantik dan terlihat berkelas dengan rambut panjang lurusnya yang dibiarkan terurai, tidak seperti wanita Korea pada umumnya yang selalu mengikat atau mengkonde rambutnya.

萬歲運動 ; A Long-Live MovementWhere stories live. Discover now