Chapter 5: Sebelum Bertolak

61 8 0
                                    

Suasana di ruang tamu malam itu mencekam. Ada beberapa kepala yang saling bersitegang. Pertemuan yang seharusnya berakhir kepastian serta sukacita malah menjadi runyam.

"Maaf jika keputusan saya ini mengecewakan anda, Pak..."

"Seulgi, ngaku!", ayahnya kini nampak geram. "Kamu memaksa Yongguk untuk menolak perjodohan ini, 'kan? Semua ini ulahmu, 'kan? Ngaku!"

"Kok aku, Yah. Jelas-jelas Ayah dengar sendiri dia yang bicara. Kami berdua sudah bercakap-cakap, memang tidak ada alasan yang bisa membuatku berjodoh dengannya. Ayah harus terima itu!"

"Jangan kamu pikir Ayah nggak tahu, ya! Kamu mau pergi ke Tokyo kan? Kamu mau sekolah di sana kan?"

Kali ini Seulgi yang benar-benar terdiam. Lidahnya kelu. Matanya melirik ibunya namun ibunya pun sama-sama tampak cemas dan mengangkat bahunya, pertanda beliau belum membocorkan rahasianya pada Ayah.

"Seungyoon, kamu juga ngaku! Kedatanganmu kemari mau menjemput Seulgi 'kan? Mau pergi sama-sama 'kan?", kali ini Seungyoon juga turut kena semprot.

"Kang, sepertinya aku dan putraku mohon diri untuk beristirahat. Maafkan jika kami lancang telah mencampuri urusan dapur orang lain...", sela tuan Bang di tengah-tengah ketegangan yang terjadi.

"Yongguk, sebentar!", tahan tuan Kang. "Seulgi, Ayah akan izinkan kamu pergi ke Tokyo, dengan syarat kamu harus nikah dulu!"

"Syarat macam apa itu, Ayah!?", kini Seulgi turut geram.

"Anak liar seperti kamu harus punya pawang! Kalau kamu sudah nikah, kamu nggak akan banyak tingkah, karena ada orang yang menjaga kamu!"

"Hyungnim! Aku bisa kok jaga Seulgi! Lagipula di sana juga ada Kak Seunghoon, kurang enak apa hidup Seulgi? Kenapa harus dipaksa nikah, sih?", kali ini Seungyoon turut angkat bicara.

"Kamu lagi, kalian berdua sama-sama liar, gimana bisa saling menjaga?", hardik tuan Kang.

"Tapi jangan dipaksa nikah juga! Ingat, kalau hyungnim saat itu menikah dengan ibuku, aku yang akan jadi anakmu! Tapi 'kan hyungnim juga enggan dipaksa nikah! Jangan jadi kacang lupa kulit!"

Tuan Bang dan putranya terdiam atas pernyataan yang baru saja didengarnya, sementara tuan Kang tertohok. Rasa malu sekaligus kecewa menyelimutinya. Entah dosa apa yang pernah ia perbuat sehingga ia dipermalukan oleh putri dan adiknya sendiri di hadapan tamu istimewa. Pikirannya kalut luar biasa.

"Kalau Ayah kecewa padaku, aku juga bisa kecewa pada Ayah. Permisi, Ayah. Aku harus berkemas", Seulgi pamit menuju kamarnya disusul keluarga Bang yang mohon diri.

***

"Aku rasa kamu terlalu membangkang ayahmu..."

"Kamu kusuruh kesini, 'kan, untuk berargumentasi pada Ayah. Kenapa begini jadinya... Aku pusing Seungyoon, aku pusing!"

"Untuk itu aku benar-benar minta maaf, aku memang gagal. Semuanya keburu ketahuan. Tapi aku hanya memperingatkanmu, baik-baiklah pada orangtuamu selagi mereka masih ada..."

Seungyoon menatap Seulgi dalam. Setelah terdiam cukup lama, tiba-tiba Seulgi memeluk Seungyoon yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Kamu pasti rindu kakek ya? Maafkan aku..."

"Iya, Seulgi. Aku rindu ayahku. Kakekmu... Sekarang beliau sudah nggak ada. Sesungguhnya aku begitu terpukul saat kepergiannya. Aku kehilangan tumpuan hidup. Aku pernah kesal pada ayahmu, kenapa ia tak menikahi ibuku, kenapa aku tak jadi anaknya. Setidaknya, aku masih memiliki pilar untukku bersandar...", kali ini Seungyoon tak mampu lagi menahan air matanya.

萬歲運動 ; A Long-Live MovementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang