FOREWORD

424 16 4
                                    

Pada tahun 1910, jumlah orang Jepang yang tinggal di Korea sekurang-kurangnya ada 170.000 jiwa. Tahun 1876 adalah pertama kalinya Jepang berlabuh di Seoul, kota yang indah dan pernah meninggalkan sisa-sisa keagungan dinasti di masa lalu. Namun, perang Cina-Jepang yang meletus tahun 1894 lah yang membuat Jepang melakukan ekspansi ke Korea dengan propaganda menjadikan Korea sebagai koloninya dan berdalih untuk melindungi Korea dari ekspansi Cina. Penjajahan dimulai. Pembunuhan Ratu Min -yang dianugerahi gelar Maharani Myeongseong pada tahun 1902- oleh Jepang yang menyusup ke Istana Gyeongbok di tahun 1895 adalah bukti nyata, bahwa Jepang menganggap pemerintahan yang sedang berkuasa adalah kerikil dalam usaha ekspansinya.

Di tahun 1906, Gubernur Jenderal Masakata merilis kebijakan tanah yang sangat merugikan bangsa Korea. Pada masa itu, kepemilikan tanah orang-orang Korea masih bersifat tradisional tanpa adanya sertifikat atau bukti tertulis apapun, sedangkan kebijakan yang diterapkan Jepang mewajibkan kepemilikan tanah harus ada bukti tertulis. Jika tidak dapat menunjukkan bukti tertulis, maka pemilik tanah akan kehilangan hak kepemilikannya dan pahit-pahitnya, mereka bisa turun kelas menjadi petani penggarap.

​Pada zaman dinasti Joseon, sekolah hanya terbatas untuk kalangan bangsawan. Namun, semenjak kependudukan Jepang, sistem pendidikan diubah menjadi lebih membumi dengan diperkenalkannya sistem pendidikan yang bertingkat dari mulai pendidikan dasar, menengah hingga atas. Siapapun berhak mengecap pendidikan. Di tahun 1910 berdiri setidaknya 3000 sekolah yang diawasi penuh oleh kolonialisme Jepang. Penggunaan Hangeul diijinkan dalam kegiatan belajar-mengajar, hanya saja pendidikan sejarah Korea tidak termasuk dalam kurikulum. Selain itu, pendidikan di masa itu juga kental dengan doktrin-doktrin serta penekanan moral sebagaimana kebudayaan Jepang.

Kang Seulgi, di tahun 1915 masih menjadi siswi biasa, namun dirinya dilanda geram akibat kolonialisme yang melanda tanah airnya. Lalu, apakah Kang Seulgi hanya akan tinggal diam?

***

Referensi:

Beck, Sanderson (2007). Ethics of Civilization Volume 21: East Asia 1800-1949.

Chung, Young-lob. (2006). Korea Under Siege, 1876-1945: Capital Formation and Economic Transformation. USA: Oxford University Press. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=3h080YYhS3QC&dq=korea+japan+landlord&hl=id&source=gbs_navlinks_s.

Coox, Alvin D. (1990). Nomonhan: Japan Against Russia, 1939 Volume 1-2.

Heuristic. (n.d.). A 1903 Japanese War Map Shows Dokdo - Takeshima as Korean.

Howard, Michael C. (n.d.). Transnationalism and Society: An Introduction.

Kim, Mun-ja., tr. Kim, Seung-il. (2011). The Assassination of Empress Myeongseong and the Japanese. Korea: Taehaksa Publishing, Co.

萬歲運動 ; A Long-Live MovementOnde histórias criam vida. Descubra agora