3 rasa - part 13

2.6K 260 1
                                    

#Baim#

"Aduh." aku mengaduh ketika merasakan kepalaku dipukul sesuatu. Sontak mata terpejam ku terbuka begitu pukulan kedua mendarat lagi di kepalaku.

"Apa sih." protesku begitu melihat siapa yang membangunkan ku dengan brutal.

"Aku Intan, bukan Fia." sungutnya sambil mengangkat bantal bersiap memukulku lagi.

Aku hanya menatap Intan dengan bingung.
"Dibangunin malah ngomong 'bentar lagi, Fi.' mimpi ya?" kata-kata Intan berhasil membuat kantuk ku lenyap seketika.

"Aku ngga ngomong gitu." ujarku tak yakin.

Intan mencibir. "Kak Baim ngga sadar jadi ngga usah bantah karena aku yang dengar. Sholat sana, udah jam lima lewat nih."

Mendengar Intan menyebut jam berapa sekarang, aku tidak peduli tadi benar-benar menyebut nama Fia atau tidak. Aku beranjak bangun cepat-cepat, hingga tanpa sengaja menabrak Intan. Untung dia tidak sampai jatuh, hanya terhuyung saja.

"Kak Baim ngga tau terima kasih. Udah dibangunin, aku malah ditabrak." omelan Intan yang makin lama makin terdengar pelan karena aku berjalan terburu-buru menuju kamar mandi.

"Maaa..." panggilku pada Mama yang akan masuk ke kamar mandi, membuatnya menoleh. "Baim dulu." tanpa menunggu respon Mama, aku menggeser tubuh Mama agar minggir dan aku langsung masuk kamar mandi.

"Im, Mama kebelet." teriakan Mama diiringi ketukan pada pintu yang lebih mirip gedoran daripada ketukan.

"Tahan dulu." jawabku asal tanpa peduli omelan Mama selanjutnya. Aku memilih mandi secepat mungkin.

Sial. Tadinya aku berniat tidur satu jam saja. Ya, aku baru tidur jam tiga pagi dan niatku bangun jam empat sekalian sholat shubuh lalu kembali melanjutkan mengerjakan laporan. Tapi aku malah kebablasan bangun.

Seusai mandi kilat, aku kembali ke kamar untuk sholat shubuh lalu kembali pada laptopku yang bahkan masih menyala sejak kemarin, melanjutkan laporan. Harusnya kalau aku bangun jam empat tadi, pekerjaan ku pasti akan lebih cepat selesai. Sekarang sudah setengah enam dan aku baru mulai lagi. Sedangkan jam setengah tujuh aku sudah harus berangkat, kalau tidak ingin terlambat. Walau tidak macet seperti Jakarta tapi di jam-jam tertentu Malang juga mengalami kemacetan apalagi di pagi hari, berbarengan antara anak sekolah dan karyawan kantor sama-sama keluar dari rumah menuju tempat tujuan masing-masing.

Rasanya waktu berjalan dengan cepat, ketika ku lirik taskbar laptopku. Jam enam lebih lima menit. Ku matikan laptop, mengambil kemeja yang akan ku pakai. Rasanya benar-benar seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah tidur kebablasan, kemeja kerja ku belum disetrika juga. Biasanya aku selalu me-laundry pakaian ku, tapi karena minggu kemarin sibuk mengurus Intan yang baru melahirkan jadi aku tidak sempat.

"Ma, boleh minta tolong?" tanyaku pada Mama yang sedang duduk berdua dengan Intan di ruang makan.

"Apa?" tanya Mama balik.

"Tolong dong siapin sarapan buat Baim bawa ke kantor. Baim mau setrika." permintaan ku diiyakan oleh Mama, sementara aku menuju tempat setrika di belakang.

Tempat setrika berada di halaman belakang rumah langsung menjadi satu dengan tempat menjemur baju. Bedanya tempat setrika beratap sedangkan tempat menjemur baju terbuka. Disana ku lihat Sybil sedang menyetrika bajunya.

"Masih lama?" pertanyaan ku membuatnya menoleh.

"Kamu mau apa?" dia malah balik nanya bukannya menjawab pertanyaan ku.

Aku memberi jawaban dengan mengangkat tangan yang memegang kemeja kusut ku.

"Oh, bentar lagi selesai kok." dia melanjutkan lalu melipat baju yang sedang dia setrika. "Udah. Mana sini." dia mengulurkan tangan meminta kemeja ku.

3 RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang