Plung...Plung

40 4 1
                                    

Dengan laju yang lebih cepat dari siput dan lebih lambat dari kilatan petir, mobil yang dikendarai kak Cell pun tiba di Apartemen.

Untuk saat ini, Vin tinggal di apartemen kak Cell. Kak Cell adalah anak tunggal dari sepasang suami-istri yang telah berpisah. Biaya hidup sehari-hari kak Cell selalu di transfer oleh kedua orang tuanya. Walaupun orang tuanya berpisah, mereka masih punya tanggung jawab penuh pada Kak Cell.

Kedua orang tua kak Cell adalah saudagar kaya raya. Mereka seorang pebisnis yang sangat ulet. Namun mereka berdua sangat sibuk hanya untuk meluangkan waktu kepada kak Cell saja tidak bisa mereka lakukan. Oleh karena itu, kak Cell lebih memilih tinggal di apartemen daripada memilih untuk tinggal pada salah satu orang tuanya. Apalagi di apartemen ia bersama dengan Vin dan satu orang lagi...

"Plung..."

"Plung..."

Terdengar suara setelah kak Cell menghidupkan lampu. Wajah Vin mulai takut. Ia bersembunyi dibalik punggung kak Cell.

"Apakah pencuri yang kita curi mengetahui keberadaan kita?" Ucap Vin polos.

"Kau tenang saja" senyum kak Cell dengan sangat lembut.

"Lalu itu apa?" Tanya Vin

"Kita lihat saja" Lalu kak Cell berjalan menuju sumber suara. Suaranya terdengar jelas saat berada di dekat dapur. Kak Cell berjalan kearah samping dapur yang terdapat sebuah WC.

"Plung..." Bunyi itu terdengar lagi dengan sangat jelas. Vin kembali takut.

Kak Cell mengetuk pintu WC.

"Ummmm..." Sahut yang didalam.
Suaranya seperti seorang lelaki. Dari suaranya Vin mengetahui itu adalah paman kak Cell yang terkadang datang tanpa diundang dan pulang tanpa diketahui.

"Plung..." suaranya terdengar lagi.

"Hahahaha...." Tawa kak Cell dan Vin meledak. Mereka sadar bunyi tersebut adalah bunyi sesuatu benda yang masuk ke dalam lobang yang tidak terlalu kecil dan berisi air. Lobang itu dalah kloset dan suatu benda itu adalah t*i.

"Mules nkel?" Teriak kak Cell dari luar dengan sisa sedikit tawanya.

'Nkel' adalah sebutan kepada paman Afkar. Sebenarnya 'uncle' tetapi dipanggil 'nkel' oleh Vin dan Kak Cell. Paman Afkar adalah paman dari ibu kak Cell. Paman Afkar adalah seorang polisi yang karir nya sangat meningkat untuk saat ini. Ia sangat dibanggakan oleh ketuanya karna selalu tepat datang saat terdapat pencurian. Paman Afkar tepat datang dan mengetahui secara langsung letak lokasi perampokan tanpa diperintah oleh ketuanya pun gara-gara Vin si juru hoki yang mempunyai keajaiban mengetahui letak posisi pencurian. Keajaiban yang Vin miliki tanpa disadari terkadang memiliki pengaruh positif. Bagaimana pun Vin bersyukur, ia mempunyai kelebihan walaupun tandanya ia juga mempunyai kekurangan.

"Nkel, cepetan. Ada pencurian di jalan grama!" Seru Vin dari luar. Paman Afkar tidak mengetahui prilaku kedua keponakannya yang mencuri dari seorang pencuri. Ia hanya mengetahui kemampuan informasi dari Vin yang sangat terpercaya dan terjamin. Dan membuat pekerjaannya berjalan dengan lancar.

"Beneran? Oke, bentar-bentar...mmmm..."

"Plung..." Bunyi nya untuk terakhir kali di malam itu. Lalu paman Afkar keluar dari WC. Ia melihat kedua gadis di depannya tertawa ngakak.

"Plung..plung..." Ujar Vin sampil memonyong-monyongkan bibirnya yang membuat seisi ruangan dapur tertawa. Paman Afkar hanya dapat tersenyum malu.

"Nkel pergi dulu" Ucap paman Afkar sambil berlalu.

"Tumben, minta izin dulu sebelum pergi" sindir kak Cell.

"Haha.." Tawa paman Afkar tanpa melihat ke belakang.

HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang