Idol Meet Idol

3 0 0
                                    

Setelah itu, kami bertiga berbincang dan bercanda bersama. Anehnya, hubungan kami terasa akrab sekali. Seakan-akan kami adalah teman lama yang sedang temu kangen. Kami bercanda bersama sampai tak terasa bahwa waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam.
"Kurasa sudah waktunya aku pulang," kataku sembari melihat jam tangan hitamku yang melekat di pergelangan tangan kiri-ku.
"Aigoo, wae? Kamu gak boleh tinggal lebih lama?" tanya Jackson.
"Boleh, tapi bukan itu masalahnya,"
"Lalu?"
"Aku mengantuk," aku tertawa kecil.
"Aigoo cepat sekali kamu mengantuk," kata Jackson sambil memukul lenganku pelan.
"Biarlah. Dia, kan, belum terbiasa tidur pagi," kata Mark sambil tertawa kecil.
Aku tersenyum kecil dengan perasaan bersalah. "Mianhae, mungkin besok kita masih bisa mengobrol,"
"Ani, gwaencanha. Ya, benar, lagipula kami masih bisa mengobrol besok," kata Mark.
"Kalau begitu, pulanglah Jess. Kau harus tidur, kan?" kata Jackson.
Aku mengangguk.
"Kamu perlu kami antar?" tanya Mark.
"Oh, aniyo gwaencanhayo. Tanteku bilang, Taemin oppa bisa menjemputku," kataku. "Aku akan meneleponnya sekarang,"
"Mwo?! Taemin sunbaenim akan ke sini?!" tanya Jackson.
"Of course. Dia, kan, mau menjemputku," kataku sambil menelepon Taemin.
Aku menunggu beberapa detik sampai tiba-tiba terdengar suara di seberang sana. "Oh yeoboseyo,"
"Yeoboseyo, oppa!"
"Hmm?"
"Kau bisa jemput aku?"
"Oh kamu sudah selesai?"
"Ne,"
"Ok, aku ke sana,"
"Ne, gomawoyo oppa!"
"Ne, nal gidaryo!" katanya lalu memutuskan sambungan telepon.
"Sudah?" tanya Jackson.
"Ne. Dia bilang dia menuju ke sini,"
"Oh eotteokhae?! We're gonna meet Taemin sunbaenim!!"
"Wae geurae?! Apa salahnya kalau bertemu dengannya?" aku tertawa.
"Ani, gwaencanha. Geunde, it's such an honor to meet him,"
"Are you serious?! Bukankah kalian pernah bertemu dengannya di acara musik?"
"Tapi kami hanya membungkukkan badan kami saat melewatinya, tidak pernah lebih dari itu. Sebenarnya, kan, aku ingin berkenalan dengannya," kata Jackson yang lalu menceritakan beberapa kejadian dimana Got7 berpapasan dengan Shinee. Dia menceritakan apa yang dia dan Got7 lakukan saat itu, dan ia juga menceritakan apa yang Shinee lakukan. Ia bercerita sekitar 5 menit lamanya padahal intinya hanya Got7 dan Shinee berpapasan lalu saling membungkukkan badan dan bagaimana dia sebetulnya ingin berkenalan. Apa menceritakan itu perlu 5 menit? Hahaha. Tapi tak apa, sebagai teman yang baik, aku mendengar ceritanya tanpa menyelanya sedikitpun.
Aku tertawa saat dia selesai bercerita. "Kalau begitu berkenalanlah nanti,"
"Hmm.. Arrasseo," kata Jackson sambil berpikir.
"Wae?! Apa susah berkenalan dengannya?" tanyaku.
"Jackson itu kadang malu saat pertama ketemu. Kadang, loh, ya" kata Mark.
"Ya hyung! Naege wae geurae?!" tanya Jackson sambil mengancungkan kepalan tangannya di depan Mark seakan-akan mau menjotosnya.
"Ne, majayo oppa. Kurasa dia memang agak malu saat ini. Padahal kukira dia tak tahu malu," aku tertawa menyetujui perkataan Mark.
"Mwo?! Apa yang kau bilang ta..." Jackson mengepalkan tangannya di depan mataku untuk beberapa detik lalu menurunkan lagi tangannya.
"Wae?! Kau gak jadi memukulku?" aku tertawa lalu tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan memegang pundakku.
Aku menoleh ke belakang dan mendapati Taemin sudah berdiri di sana. Oh, jadi karena inilah Jackson tidak jadi memukulku, huh?! Hahahaha.
"Oh, oppa! Kau sudah sampai!" kataku.
"Ne," dia berjalan menuju satu-satunya kursi kosong yang tersisa yaitu kursi di sebelah Mark-dihadapanku.
"Loh? Ga langsung pulang?" tanyaku.
"Tunggulah sebentar," jawabnya sambil mendaratkan pantatnya di kursi kosong di sebelah Mark.
"Oh, annyeonghaseyo!!" sapa Jackson sambil bangkit berdiri dan membungkukkan badannya formal, diikuti Mark yang melakukan hal yang sama.
"Annyeonghaseyo!" Taemin kembali berdiri dan membungkukkan setengah badannya. "Jadi kalian teman Jessica?"
"Oh, ye!" jawab Jackson.
"Oh ya, nan Taemin ibnida," kata Taemin.
"Oh, joneun..." belum selesai Mark berbicara, tiba-tiba Taemin memotongnya.
"Naega neol arra," kata Taemin. "Mark Tuan from Got7, right? The flying boy?"
"Oh," Mark tampak sedikit terkejut. "Ye, bagaimana kau tahu sunbaenim?"
"Tentu saja aku tahu. Kau itu kan idola Jessica, jadi dia sering curhat tentangmu padaku,"
"Aigoo, apa itu perlu diceritakan?" protesku sedikit malu.
Mark tertawa kecil.
"Lagipula kalian terkenal, kok. Di daerah sini bahkan banyak poster kalian," kata Taemin lagi.
"Oh, aku juga tahu kau," kata Taemin sambil berpaling pada Jackson.
Jackson menatap Taemin penuh rasa penasaran.
"Hmm.. Jamkkanman," Taemin berpikir sejenak. "Ah, kau Jackson, kan? The wild and sexy one?" Taemin tertawa.
"Oh, ye," kata Jackson sedikit malu.
"Jessica juga sering cerita tentangmu! Ya, pokoknya dia cerita tentang kalian sampai-sampai aku selalu menonton kalian di setiap acara musik,"
Mark dan Jackson tampak sedikit terkejut.
"Awalnya aku hanya tahu kalian sebagai member Got7 jadi aku tidak pernah absen menonton performance kalian di setiap acara musik. Aku ingin tahu yang mana Mark, Jackson, dan Bambam,"
"Bambam?" tanya Jackson.
Aku menghela nafas. "Dia idola ketigaku,"
"Oh, jadi masih ada?! Dan itu ternyata Bambam," seru Jackson sambil manggut-manggut.
"Nah, lalu makin sering aku menonton kalian, akhirnya aku hafal nama kalian satu per satu. Dan ternyata Jessica gak bohong padaku," kata Taemin.
"Gak bohong?" tanya Jackson bingung.
"Iya, dia terus cerita kalau kalian itu keren. Ternyata kalian memang benar-benar keren. Mark memang benar-benar tampan, Jackson juga menyenangkan, dan kurasa Bambam benar-benar lucu,"
"Itu yang Jessica katakan, sunbaenim?" tanya Jackson.
"Ne," Taemin tertawa sedangkan aku menundukkan kepalaku sedikit karena agak malu.
"Kau, kan, datang ke sini untuk menjemputku, oppa! Bukan untuk membuka aib-ku begini," protesku.
"Biarlah, lagipula kau kan tidak membicarakan hal yang jelek tentang mereka,"
"Okay, whatever!"
Taemin tertawa sambil melihat ke dalam mini market di sebelah kami. "Jess, belikan aku ramyeon, dong!"
"Kau ingin makan jam segini, oppa?!" tanyaku.
"Ne, lagipula aku kan memang belum makan,"
Aku menghela nafas. "Arrasseo,"
Aku berdiri dari kursiku saat Jackson juga ikut berdiri. "Biar aku antar,"
Aku mengangguk. "Mark oppa, kau gak mau titip apa-apa?"
"Hmm," Mark berpikir sejenak. "Aku titip Hot Cappuccino,"
Aku mengangguk lagi lalu pergi memasuki mini market bersama Jackson.
Aku mengambil satu ramyeon dan mulai menyeduhnya. "Jackson, kau bisa tolong ambilkan Hot Cappuccino-nya Mark oppa?"
"Arrasseo," dia pergi ke tempat minuman panas dan mengambil segelas Hot Cappuccino. "Kau mau apa?"
"Hot Chocolate," jawabku sambil mengurus ramyeon-nya Taemin.
Setelah merasa cukup, aku membawa ramyeon itu mendekati Jackson. "Kau tidak membeli apapun?"
"Beli. Aku juga mau Hot Cappuccino," dia meletakkan Hot Chocolate-ku di sebelah Hot Cappuccino Mark, lalu dia mengambil segelas lagi Hot Cappuccino.
"Sini, kubawa," aku mengambil Hot Chocolate-ku dan membawanya di tangan kiri sementara tangan kananku membawa ramyeon.
Aku dan Jackson menuju ke kasir dan membayar semua belanjaan kami lalu kami-pun berjalan keluar dari mini market.
Kami berada kurang lebih 5 meter dari tempat duduk kami saat kami melihat Mark dan Taemin sedang mengobrol akrab sambil sesekali tertawa.
"Oh, jinjja?" tanya Taemin.
Mark mengangguk sambil tertawa kecil. "Memang sudah lama, sih,"
"Kapan tepatnya?"
"Entah. Mungkin 7 atau 8 tahun yang lalu,"
"Uwaa,"
"Entahlah, bisa juga kurang,"
"Tetap saja lumayan lama,"
Mark tertawa kecil.
"Mereka aja udah akrab, lho!" aku menyenggol lengan Jackson yang berjalan di sebelahku.
"Lalu apa?! Aku tidak malu, kok!" katanya sambil menunjukkan pout face-nya. "Lagipula mereka, kan, same-age,"
Aku tertawa kecil. "Ah, kau kan hanya berbeda 1 tahun dengan mereka, bahkan tidak sampai 1 tahun, kan? Paling hanya beberapa bulan,"
Jackson menghela nafas. "Teruslah menghinaku, Jess!"
"Mianhae," aku tertawa lalu menyenggol lengan Jackson yang akhirnya ikut tertawa.
"Kau tahu aku sebenarnya menyukaimu meskipun aku menghinamu, kan, Jackson?" kataku.
"Kau baru saja.." katanya.
"Apa?"
"Confess?"
"Enak saja! Maksudku, aku menyukaimu sebagai teman," aku memutar bola mataku.
"Oh, kukira,"
"Jangan berpikir aneh-aneh, Jackson. Ini hari pertama kita bertemu masa aku langsung suka padamu dan pakai menyatakannya segala?! Kau pikir aku ini apa?!"
"Santai, Jess." dia tertawa sejenak lalu menatapku. "Tapi suka itu gak harus ketemu lama, loh. Dari beberapa detik atau mungkin jam kamu ketemu dia, kamu mungkin juga suka sama dia,"
Aku menatapnya. "Jadi kau mau jadi ahli cinta?"
Dia tertawa. "Ani. Aku hanya memberitahu apa yang aku tahu,"
"Jadi itu benar apa mitos?"
"Kata beberapa research sih, beneran,"
Aku manggut-manggut. "Tapi aku belum pernah mengalaminya. Kau pernah, Jackson?"
"Belum," katanya. "Tapi seingatku, temanku pernah mengalaminya. Jadi, ya, aku juga masih belum tahu apa itu mitos atau bukan,"
Aku kembali manggut-manggut lalu berjalan menuju meja kami. Aku meletakkan ramyeon milik Taemin di depannya lalu duduk di kursiku sambil menyesap Hot Chocolate-ku.
"Oh, gomawo," kata Taemin sambil langsung membuka sumpit ramyeon dan melahap ramyeon instan itu dengan kecepatan yang agak tidak manusiawi.
"Thanks," kata Mark pada Jackson.
"By the way, jadi kapan kau mau bilang?" tanya Taemin yang sudah mulai dekat dengan Mark dan mengakibatkan aku dan Jackson yang tidak mengerti apa-apa jadi hanya menyesap minuman kita sambil sesekali kepo dengan yang Taemin dan Mark bicarakan.
"Molla. Apa tidak terlalu cepat kalau aku bilang di minggu ini?"
"Hmm.." Taemin memasukkan satu suapan penuh ke mulutnya. "Bisa jadi terlalu cepat, sih"
"Sunbaenim lagi membicarakanku?" tanya Jackson yang tingkat kekepoannya sudah tinggi dan gak tahu malu-nya mulai nampak.
"Ah, aniya," Taemin tertawa. "By the way, jangan panggil aku sunbaenim. Panggil saja aku hyung,"
"Tapi.." kata Jackson tak enak hati.
"Sudahlah, teman Jessica adalah temanku juga," kata Taemin. "Lagipula, temanmu ini saja sudah memanggilku hyung," Taemin melirik ke arah Mark.
"Arrasseo, hyung!" kata Jackson.
"Lebih baik jalani seperti ini dulu aja, nanti mungkin berapa bulan lagi barulah kau bilang," kata Taemin yang kembali berpaling pada Mark.
"Oppa! Bisakah kalian berdua membuat group chat saja?" tanyaku. "Aku dan Jackson terlihat seperti obat nyamuk di sini,"
"Majayo! Apa hyung tidak kasihan melihatku dan adikmu ini terlihat seperti patung?" tanya Jackson yang mulai terlihat gak tahu malunya, pada Taemin.
"Mianhae," Taemin tertawa kecil dan berpaling pada Mark. "Kurasa nanti kita chat lewat SNS saja, Mark. Banyak massa yang protes sepertinya,"
"Arrasseo," Mark tertawa kecil.
Kami berempat-pun mengobrol bersama hingga membuat Taemin keasyikan dan lupa kalau adiknya ini sudah mengantuk. Karena sudah mengantuk, aku menaruh kepalaku di atas meja dan kurang begitu menyimak apa yang mereka bicarakan. Mereka membicarakan top 10 bulan ini, film yang asyik bulan ini, rencana nonton film bareng, membahas member masing-masing, brand fashion dan makanan yang lagi hits, dan masih banyak lagi yang tidak aku dengar karena tiba-tiba saja mataku sudah mulai terasa berat dan akhirnya menutup saking mengantuknya.
Aku tertidur hingga hampir 20 menit dan belum ada yang sadar kalau aku tertidur. Aku bahkan sudah bermimpi bertemu unicorn saat itu. Mereka benar-benar tidak sadar dengan keberadaanku sepertinya. Jackson juga! Apa maksudnya dia meninggalkanku setelah ikut asyik mengobrol bersama? Padahal, kan, tadinya kami berdua yang jadi obat nyamuk. Sekarang, hanya aku-lah obat nyamuknya. Obat nyamuk yang sudah mati pula.
Mereka masih asyik mengobrol hingga bunyi dering ponsel Taemin menghentikan obrolan mereka sejenak. Taemin mengangkat teleponnya yang ternyata dari Tante Alexa.
"Yobeoseyo," kata Taemin.
"Ah, yobeoseyo Taemin-ah!" kata Tante Alexa di seberang sana.
"Waeyo, eomma?"
"Kau sedang di minimarket itu, kan?"
"Ne, waeyo?"
"Tolong belikan aku plaster untuk luka,"
"Waeyo, eomma? Ada yang luka?"
"Ne, hanya jariku terkena pisau,"
"Aigoo," kata Taemin. "Kau seharusnya lebih hati-hati, eomma,"
"Ne, lain kali aku hati-hati. Sekarang belilah plaster itu," kata Tante Alexa. "Jangan lupa, ya!"
"Ne,"
"Jangan pulang terlalu larut, kurasa adikmu mengantuk,"
Saat itulah Taemin berpaling padaku yang sudah tertidur pulas hingga bertemu unicorn dan terbang bersamanya menuju ujung pelangi.
"Ah, jinjja! Na baboya!!" kata Taemin.
"Ah, wae?"
"Jessica sudah tidur di sini, eomma," kata Taemin sambil tertawa kecil.
"Aigoo, kau ini bagaimana,"
"Mianhae, eomma. Sekarang aku akan beli plasternya dan langsung pulang,"
"Ne, gomawo,"
"Ne, eomma jibe idabwa" Taemin memutus sambungan telepon.
"Nuguyeyo, hyung?" tanya Mark.
"Nae eomma," jawab Taemin.
"Oh, waeyo?"
"Ani, nae eomma mintaku belikan plaster untuknya, dan bilang jangan pulang terlalu larut karena Jessica pasti mengantuk," Taemin berpaling padaku. "Dan ternyata dia malah sudah tertidur sekarang,"
Mark dan Jackson berpaling padaku.
"Oh, kurasa kita berbincang terlalu lama," kata Jackson sambil menatapku yang tertidur di sebelahnya lalu menepuk bahuku. "Mianhae, Jess-ah!"
  "Ah, aku merasa bersalah padanya," kata Mark.
  "Gwaencanha, dia gak akan marah hanya karena hal sepele seperti ini," Taemin tertawa kecil lalu bangkit berdiri. "Aku akan beli plaster dulu,"
  Baru beberapa langkah Taemin berjalan menuju minimarket, Jackson memanggilnya.
  "Hyung!" panggil Jackson, masih di kursinya. "Boleh kubangunkan Jess?"
  "Tentu," Taemin mengangguk lalu kembali berjalan menuju minimarket.
  "Ya!! Jess-ah! Ppali ireona!!" kata Jackson dengan suara yang agak keras sambil menyentuh-nyentuh kepalaku dengan telunjuknya.
  Aku yang—tentu saja—bisa bangun saat mendengar suaranya yang sebenarnya tidak terlalu keras, sih, tapi pas di sebelah telingaku itu, langsung membuka mataku.
  Begitu aku membuka mataku, hal yang pertama kulihat adalah Jackson sedang dalam posisi ancang-ancang untuk memukul kepalaku dengan telapak tangannya.
  "Ya!!" seruku yang langsung kembali duduk tegak. "Mau apa kau?"
  Jackson menurunkan tangannya cepat-cepat. "Ani,"
  "Tsk!" aku menggaruk-garuk kepalaku. "Aku yakin yang tadi berteriak itu kau, kan?"
  "Ani, Mark hyung!"
  "Mwo?!" tanya Mark sewot dituduh-tuduh. Padahal, tanpa perlu begitupun aku sudah yakin 100% bahwa yang tadi berteriak itu Jackson, kok, bukan dia. "Enak saja kau tuduh-tuduh sembarangan!"
  Aku tertawa kecil. "Gwaencanhayo, Mark oppa. Aku sudah tahu pasti, kok, kalau yang berteriak tadi itu dia," aku menunjuk Jackson.
  "Iya, iya! Mianhae," kata Jackson.
  "Gwaencanha," aku tertawa kecil, lalu celingak-celinguk. "Taemin oppa eodisseo?"
  "Kau ditinggal pulang barusan," kata Mark.
  "Jinjja?" tanyaku agak kaget.
  Mark tertawa. "Ani, dia sedang di dalam minimarket,"
  Aku menghela nafas. "Kau ini mengagetkanku saja, oppa!"
  "Lihat? Dia juga bisa jahil, kan?" tanya Jackson sambil menyenggol bahuku agak keras. "Kau kira hanya aku yang ada niatan menjahilimu, hah?!"
  "Arrasseo, arrasseo," aku tertawa kecil. "Mianhaeyo, Jackson oppa!" kataku sambil memberi penekanan pada kata oppa.
  "Kau mulai memanggilku oppa lagi?" tanya Jackson.
  "Ani, hanya tadi saja," aku tertawa.
  "Aish," dia memukul lenganku. "Anak ini benar-benar,"
  "Peace!" aku mengacungkan dua jariku ke hadapannya.
  Jackson lalu membalasku dengan ocehannya yang gak ada habisnya itu. Saat aku dan Jackson sedang menghina satu sama lain, Taemin oppa datang.
  "Oh, neo ireonasseo?" tanyanya sambil berdiri di depanku.
  "Ne," kataku. "Mianhaeyo oppa, tadi aku ketiduran,"
  "Ani, gwaencanha," dia tertawa. "Aku lupa kalau kau tadi meneleponku karena kamu mengantuk, padahal eomma sudah memperingatkanku sebelum aku berangkat tadi,"
  "Mianhae, Jess. Mungkin kami terlalu asyik mengobrol!" kata Mark.
  "Iya. Berbincang dengan sepupumu ini seru habisnya, Jess!" kata Jackson.
  Aku memukul lengannya. "Kau ini tidak solid, ya? Tadi padahal kita, kan, jadi obat nyamuk bersama!! Kenapa kau meninggalkanku?"
  "Kau, kan, tertidur!" katanya tak mau salah.
  "Aku tertidur karena tidak ada yang sadar dengan kehadiranku, tau?!" protesku, menyindir semuanya.
  "Mianhae, mianhae," Taemin tertawa. Dia menarik lenganku agar aku bangkit berdiri. "Ja, uri jibe gaja!"
  "Ne!" kataku.
  Mark dan Jackson ikut bangkit berdiri.
  "Hari ini dingin sekali," kata Taemin sambil mengenakan jaketnya.
  "Ja, pakailah!" Taemin lalu menyodorkan jaket kotak-kotakku.
  "Uwaa, kau bawa jaketku rupanya, oppa?" tanyaku sambil mengenakan jaketku.
  "Tentu saja," katanya. "Kurang baik apa aku?"
  "Kurang," kataku. "Kau membiarkanku ketiduran tadi,"
  Taemin tertawa kecil. "Aigoo, mianhae Jess-ah!"
  Aku tertawa. "Aniyo, gwaencanha. Aku hanya bercanda,"
  "Kalau begitu, kami pulang dulu!" pamit Taemin pada Mark dan Jackson.
  "Ne, hati-hati, hyung!" kata Mark.
  "Aku, kan, hanya berjalan beberapa meter," Taemim tertawa.
  "Tetap saja, hyung!" kata Jackson. "Siapa tahu kalian tersandung batu?"
  "Ya!! Maksudmu apa?!" tanyaku sewot.
  "Ani, aku hanya mengingatkan,"
  "Arrasseo, arrasseo," Taemin tertawa. "Kami akan hati-hati,"
  "Baiklah, dadah!" kata Mark.
  "Dadah!!" sambung Jackson. "Ayo kapan-kapan kita main lagi!"
  "Kita pasti akan sering bertemu mulai sekarang, karena besok malam aku akan pindah ke trainee's dorm," kataku.
  "Oh iya!" Jackson menepuk jidatnya. "Aku lupa kalau kau besok pindahan,"
  "Kau pergi naik apa? Siapa tahu bisa kami bantu?" tanya Mark.
  "Mungkin aku pergi dengannya," aku menunjuk Taemin. "Mungkin,"
  "Iya, dia mungkin pergi denganku," katanya.
  Mark dan Jackson manggut-manggut.
  "Tapi entahlah. Mungkin kalau tiba-tiba aku ada jadwal, kalian bisa membantunya, kan?" tanya Taemin.
  "Ne, kami bisa membantunya," jawab Mark.
  "Tidak apa, kan, Jess?" tanya Taemin.
  Aku mengangguk.
  "Kalau begitu, kami pergi dulu!" kata Taemin. "Akan kukabari kalian besok!"
  "Baiklah, hati-hati hyung!!" Mark dan Jackson melambaikan tangannya.
  "Annyeong!!" aku dan Taemin melambaikan tangan kami.
  Kami-pun berjalan meninggalkan minimarket itu, dan menuju ke rumah.

Finally, I Found You!On viuen les histories. Descobreix ara