Weird Idol's Friend

2 1 0
                                    

  "Gaja!" aku menggamit lengan Jisoo. "Kita langsung ke rumahku saja!"
  "Gaja!" sahutnya gembira.
  Kami baru saja menyelesaikan urusan kami di lantai 6. Aku bertemu perwakilan JYP untuk memastikan jadwal training-ku, sedangkan Jisoo ada singing class tadi. Sekarang, kami sedang berjalan menuju pintu keluar gedung besar itu.
  Kami berjalan menuju halte bus, tapi sebelum kami sampai di sana, ponselku berdering tanda telepon masuk. Aku merogohnya dari saku celanaku, lalu mengangkatnya. "Yobeoseyo,"
  "Yobeoseyo," kata suara di seberang sana. "Jess-ah! Neo eodisseo?"
  "Aku mau ke halte bus," jawabku. "Aku dan Jisoo eonni ingin ke rumah,"
  "Oh," jawabnya. "Tadinya aku ingin mengajakmu makan,"
  "Yah," aku sedikit cemberut. "Padahal Jisoo eonni ke rumah karena ingin bertemu denganmu, oppa!"
  "Oh, jinjja?" tanya suara di seberang sana, yang tak lain dan tak bukan adalah sepupuku yang katanya jadwalnya lagi kosong minggu ini. "Jisoo yang sering kamu ceritakan itu?"
  "Ne," jawabku antusias.
  "Kalau begitu ajak saja dia makan, jadi dia bisa bertemu denganku juga,"
  "Wow, nice idea!" aku mengacungkan jempolku meski Taemin tak bisa melihatnya dari sana.
  "Kalau gitu kalian tunggu di sana, aku akan jemput di sana,"
  "Ok," jawabku sebelum menutup sambungan telepon dan memasukkan kembali ponselku ke dalam saku celana.
  "Siapa?" tanya Jisoo penasaran. "Taemin sunbaenim?"
  "Ne," aku tersenyum girang. "Dia bilang dia mau ajak kita makan,"
  "Mwo?!" tanya Jisoo kaget. "Memangnya gak apa-apa kalau aku ikut?"
  "Ah, gwaencanha. Kau bilang kau ingin bertemu dengannya, kan, eonni?"
  "Iya, tapi siapa tahu dia ingin makan bersamamu saja,"
  "Gwaencanha eonni! Taemin oppa orangnya baik," aku tertawa.
  "Ah, ne, arrasseo," jawabnya akhirnya.
  Kami menunggu di halte bus selama 10 menit lalu mendapati mobil Taemin berhenti di depan kami. Taemin menurunkan kaca mobilnya dan menyapa kami. "Gaja!"
  Aku langsung masuk ke dalam mobil sedangkan Jisoo membungkukkan badannya terlebih dahulu sambil menyapa Taemin. "Annyeonghaseyo!"
  "Annyeonghaseyo! Kamu Jisoo, kan? Ayo masuk!" jawab Taemin.
  Jisoo-pun masuk dan duduk di jok belakang mobil sedan putih ini.
  "Jadi kita mau kemana?" tanyaku.
  "Kalian mau makan apa?" tanya Taemin.
  "Aku mau kepiting," jawabku spontan karena aku memang lagi kepingin kepiting selama 3 hari terakhir ini.
  "Kalau begitu, kita makan kepiting!" kata Taemin yang lalu berpaling pada Jisoo di jok belakang. "Jisoo, kamu suka kepiting, kan?"
  "Ah, ye," dia menjawab dengan sopan. "Terima kasih sudah mengajakku makan, sunbaenim!"
  "Sama-sama," Taemin tertawa. "Kamu bisa panggil aku oppa,"
  "Tapi kau sunbaenim," Jisoo ngotot.
  Taemin tertawa kecil. "Sudahlah, kau kan dekat dengan Jessica. Dia memanggilku oppa, jadi kau panggil saja aku oppa,"
  "Ye, algeseubnida," jawab Jisoo, kelewat sopan.
  "Oh ya, dan kamu boleh bicara informal padaku,"
  "Ne, arrasseo,"
  "Nah, begitu." kata Taemin. "Jadi Jisoo, kamu yang selama ini membimbing dan mengajari Jessica di Korea?"
  "Ne," jawab Jisoo.
  "Gomawo," kata Taemin. "Aku merasa bersalah aku tidak ada waktu untuknya,"
  "Itu memang sudah pekerjaanmu, oppa!" kata Jisoo. "Lagipula, saat kau gak ada untuk Jessica, aku bisa membimbingnya,"
  "Iya, Jisso eonni selalu ada buatku selama ini," kataku. "Tapi mungkin tidak sebentar lagi,"
  "Wae?" tanya Taemin.
  "Ah, aku lupa," kata Jisoo. "Sekarang pihak JYP menambah jam trainingku,"
  "Oh, jinjja?" tanya Taemin. "Ya, mungkin aku harus mulai meluangkan jadwalku untuk Jessica,"
  "Sudahlah oppa, fokus saja pada pekerjaanmu. Lagipula, aku punya cukup banyak teman untuk diminta tolong saat kubutuhkan nanti,"
  Taemin terdiam. Lalu beberapa menit kemudian dia angkat bicara. "Finally! Kita sampai!" Ia memarkir mobilnya di tempat parkir milik sebuah restoran seafood yang katanya lumayan terkenal di tempat ini.
  "Yeaaayyy!!" kata Jisoo gembira sambil bersiap-siap turun dari mobil. Ya, begitulah Jisoo, awalnya dia pasti agak canggung atau sedikit malu saat bertemu orang baru, tapi selang beberapa menit, dia akan jadi dirinya sendiri lagi. Jisoo yang ceria.
  "Gaja!" Taemin me-unlock pintu mobil lalu kami bertiga turun dari mobil dan memasuki restoran itu.
  Kami makan bersama dan mengobrol bersama. Jisoo dan Taemin-pun semakin dekat. Aku senang rasanya saat teman dekatku memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keluargaku.
  Setelah 2 jam di restoran itu, Taemin dan aku memgantar Jisoo pulang, lalu kami pulang ke rumah.
  Sesampainya di rumah, aku mengobrol sebentar dengan Tante Alexa dan Om Lee lalu aku pergi ke kamarku untuk bersantai. Aku harus bersantai sekarang. Aku tahu saat training program dimulai nanti, waktu bersantaiku akan banyak berkurang.
  Aku mendengar musik sambil tiduran di kasurku. Ternyata aku ketiduran. Aku sungguh berharap tidurku bisa lanjut saja sampai pagi, tapi ternyata bunyi dering ponselku membangunkanku jam 9 malam.
  Aku menatap layar ponselku dan menemukan nomor tak dikenal di sana. Aku-pun mengangkatnya.
  "Yobeoseyo," sapaku.
  "Yobeoseyo," kata suara di seberang sana yang kurasa aku tahu siapa pemiliknya. "Ini aku, Jackson,"
  Tuh, kan.
  "Oh," kataku. "Waeyo, sunbaenim?"
  "Panggil saja aku oppa,"
  Aku memutar bola mataku. "Arrasseo. Waeyo, oppa?"
  "Neo eodisseo?" tanyanya. "Aku cari di trainee's dorm gak ada,"
  "Memang," kataku. "Aku belum mulai trainee,"
  Kudengar dia menghela nafas. "Kukira kamu mulai trainee hari ini,"
  Aku tertawa kecil.
  "Bisa kita ketemu sekarang?"
  "Untuk apa?" tanyaku. "Ini sudah malam,"
  "Jess, di Korea, masih wajar orang berkeliaran jam segini,"
  Aku berpikir sejenak. "Mau apa?"
  "Kami ingin mengobrol saja. Kami, aku dan temanku,"
  "Apa penting?"
  "Entahlah,"
  Aku berpikir sejenak lalu menjawab. "Ketemu dimana?"
  "Neo eodisseo?"
  "Hmm," aku berpikir bagaimana cara menyampaikannya agar dia tidak kaget. "Kau tahu rumah Taemin Shinee, oppa?"
  "Ne," katanya. "Kau tinggal di sekitar situ?"
  "Aniyo," jawabku. "Aku tinggal di sana,"
  "Mwo?!" tanyanya kaget. Ternyata aku belum bisa menemukan cara yang tepat untuk menyampaikan hal itu pada orang-orang supaya mereka tidak terlalu kaget. Yah, ini semua salah sepupuku yang ketenarannya terlalu melejit. "Wae?! Kenapa kamu bisa tinggal di sana?"
  "Nanti kuceritakan," kataku. "Kita mau ketemu, kan?"
  "Oh ya, benar," katanya. "Kalau begitu, kita ketemu di minimarket dekat sana ya?"
  "Yang buka 24 jam itu?"
  "Ne,"
  "Arrasseo," kataku. "Oppa, neo eodisseo?"
  "Masih di JYP's Building,"
  "Kalau begitu kamu pergilah dulu, kalau sudah sampai, telepon aku,"
  "Mwo?!" tanyanya. "Kita pergi bareng, dong! Supaya adil! Aku pergi, kamu pergi,"
  Aku menghela nafas. "Ayolah, aku kan tinggal jalan sedikit dari sini,"
  Ganti dia yang menghela nafas. "Arrasseo. Idabwa,"
  Tanpa menyahutinya, aku menutup sambungan telepon. Aku mengganti pakaianku dengan kaos lengan panjang warna putih dan celana jeans hitam panjang. Aku membawa dompet dan ponselku sambil berpikir bagaimana caraku meminta izin pada Tante Alexa. Mungkin untuk kali ini aku harus percaya pada idolaku yang aneh itu, bahwa wajar jika orang masih berkeliaran jam segini di Korea.
  Aku menunggu beberapa menit lalu tiba-tiba ponselku berdering. Kulihat Jackson menelepon. Aku meraih ponselku dan mengangkatnya.
  "Yobeoseyo," sapaku.
  "Yobeoseyo, Jess. Kami sudah sampai,"
  "Arrasseo. Oppa idabwa," tanpa menunggu responnya, aku memutus sambungan telepon kami lalu kembali bersiap-siap.
  Setelah merasa siap, aku keluar dari kamarku dan mendapati Tante Alexa dan Om Lee sedang menonton di ruang TV.
  "Jess?" kata Om Lee. "Eodiga?"
  "Aku mau ke minimarket dekat belokan situ,"
  "Oh," Om Lee manggut-manggut.
  "Mau apa?" tanya Tante Alexa.
  Aku berpikir sejenak. "Temanku minta kami bertemu di sana," jawabku meski aku tak yakin apakah orang yang kumaksud ini idolaku ataukah kami sudah berteman. Ah, nan molla.
  Tante Alexa tersenyum. "Wah kamu sudah punya teman saja ya, padahal baru sehari disini,"
  "Ya, semuanya terasa cepat," kataku.
  "Kalau begitu, hati-hati, ya!" kata Tante Alexa.
  Apa?! Dia mengizinkanku? Keluar rumah jam segini? Oke, culture ini sangat berbeda dengan di Indonesia. Tentu saja beberapa orang di Indonesia juga banyak yang keluar rumah jam segini. Tapi untuk seorang cewek keluar sendiri jam segini itu jarang banget. Bahkan aku bisa dilarang habis-habisan oleh orang tuaku jika izin keluar jam segini. Mungkin kali ini aku harus memercayai perkataan idolaku itu.
  "Oke," jawabku.
  "Nanti kalau kamu mau pulang, tapi sudah malam, bilang saja pada Taemin. Nanti dia yang akan jemput kamu," kata Om Lee.
  Apa dia bilang? Kalau aku mau pulang tapi sudah malam? Bukankah ini memang sudah malam? Ah sudahlah, mungkin aku hanya mengalami culture shock.
  "Oke," kataku. "Kalau begitu, aku pergi dulu,"
  Setelah berpamitan dengan Tante Alexa dan Om Lee, aku berjalan menuju teras dan menemukan Taemin sedang asyik mendengar musik sambil sedikit menari di sana.
  "Oh, neo eodiga?" tanyanya saat melihatku.
  "Ke minimarket dekat belokan itu,"
  "Oh, ketemu teman?"
  "Ne,"
  "Perlu kuantar?"
  "Gak perlu,"
  "Jinjja?"
  "Ne,"
  "Arrasseo. Hati-hati, ya!"
  "Ne," aku mengangguk. "Oh ya oppa, nanti kalau aku pulang kemalaman, aku minta kau jemput ya?"
  "Oke,"
  Aku-pun berjalan menuju ke minimarket yang dimaksud Jackson. Baru beberapa langkah aku berjalan, ponselku sudah berdering lagi. Aku mengangkatnya sembari meneruskan perjalanan.
  "Mwo?!" tanyaku. Memang kurang sopan tapi melihat sikapnya yang SKSD denganku, seharusnya aku juga bisa begitu dong dengannya? Lagipula dia agak menjengkelkan. Kalian tahu, kan, siapa dia yang kumaksud? Ya, siapa lagi kalau bukan Jackson.
  "Neo eodisseo?! Kenapa lama sekali,"
  "Oh my goodness, oppa, bisa gak kau sabar sedikit?!"
  "Tapi kamu lama,"
  "Sudahlah, tunggu saja aku," kataku sebelum mematikan telepon saat aku sudah bisa melihat batang hidungnya dari kejauhan. Dia sedang duduk bersama cowok yang membelakangiku. Aku hanya bisa melihat punggungnya.
  Bisa kulihat dia mengumpat sambil memandangi ponselnya karena aku mematikan teleponnya. Ah, tapi siapa peduli.
  Setelah beberapa langkah lagi, aku akhirnya sampai di dekatnya. "Ada apa kau panggil aku jam segini?" aku menghampirinya sambil melihat wajah cowok yang daritadi duduk membelakangiku.
  "Gak, kami hanya ingin..." belum selesai Jackson bicara, aku sudah memotongnya karena setengah shock melihat sosok yang duduk bersama Jackson itu.

Finally, I Found You!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt