Chapter 8

23.9K 1.5K 22
                                    


“Sialan kau, Elleinder!”

Arwain melihat Illyvare yang sedang berada di antara bunga-bunga di taman. Gadis itu tampak seperti peri pagi dengan gaun putihnya yang sederhana. Illyvare menyentuh pucuk-pucuk dedaunan di sekitarnya dengan penuh kasih sayang.

“Kalau tahu Putri Kerajaan Aqnetta secantik peri, aku pasti akan melamarnya sebelum engkau. Kalau tahu ia sangat cantik, aku pasti akan semakin keras melarangmu melamarnya.”

“Aku tidak menyuruhmu tidak mengambil resiko,” Elleinder berkata tenang.

“Ya, engkau tidak menyuruhku. Juga tidak ada yang menyuruhmu mengambil resiko menikahi Putri Kerajaan Aqnetta yang kata orang jelek, gemuk, dan sebagainya,” Arwain berkata tanpa sedikitpun melepaskan pandangan dari Illyvare.

“Engkau mengambil resiko dan engkau mendapatkan berkat,” Arwain terus menggerutu, “Kau sangat beruntung. Kau tahu itu?”

“Ya, aku juga merasa seperti memenangkan hadiah yang sangat besar dalam perjudianku.”

“Memang seharusnya engkau merasa seperti itu. Putri Illyvare cantik dan mungil seperti peri. Siapapun yang tidak mempercayai adanya peri, pasti percaya ia adalah seorang peri. Tetapi sayang, ia telah menjadi milikmu.”

“Ia cantik dan cerdas, tetapi aku merasa ada sesuatu yang salah padanya. Sesuatu yang kurang.”

“Kurang?” Arwain baru beralih dari Illyvare.

“Gadis sesempurna itu masih kaubilang kurang? Aku heran padamu, Elleinder. Gadis itu adalah gadis impian tiap orang. Cantik, manis, mungil, seorang Putri dari kerajaan yang makmur. Ia memiliki segala yang diinginkan tiap gadis dan itu masih kaubilang kurang? Kalau engkau tidak mau dengannya, Elleinder, berikan saja ia padaku dan aku akan merasa sangat beruntung.”

“Ia memang sempurna, tetapi aku merasa ada yang kurang padanya. Aku tidak tahu apa itu tetapi aku merasakannya.”

“Aku tidak mengerti engkau, Elleinder,” Arwain kembali memperhatikan Illyvare.

“Dulu engkau berani mengambil resiko menikah dengan gadis yang buruk rupa. Sekarang setelah mendapatkan seorang peri, engkau masih merasa tidak puas. Kalau engkau lebih menyukai gadis buruk rupa, berikan ia padaku.”

Elleinder tidak mendengarkan perkataan sahabatnya itu. Ia melihat Arwain masih saja memandang ke bawah ke Illyvare di taman melalui jendela. Sejak muncul di Ruang Duduk di tingkat tiga ini, Arwain terus memandang ke bawah dan tidak menoleh saat berbicara dengannya.

“Sebaiknya engkau tidak terus menerus memperhatikannya, Arwain,” Elleinder memperingati.

“Illyvare mempunyai perasaan yang tajam. Kemarin dalam jamuan makan siang di Gedung Pertemuan, Illyvare tahu Joanne memperhatikannya walau Joanne duduk jauh darinya.”

Arwain tiba-tiba merapat di dinding.
“Mengapa engkau baru memberitahuku sekarang, Elleinder?” gerutunya.

“Ia baru saja melihat ke arah sini.”

“Engkau masih beruntung ia hanya melihatmu. Kalau ia memanggil Reischauer, aku tidak yakin apakah engkau masih selamat.”

“Reischauer ada di sini?” tanya Arwain tak percaya.

“Ya, kemarin Illyvare memberitahuku. Ia mengatakan Reischauer telah mengikutinya sejak ia meninggalkan Kerajaan Aqnetta.”

“Dan engkau tidak mengetahuinya,” tebak Arwain.

“Seperti yang semua orang katakan, Reischauer memang hebat. Ia menjadi penumpang gelap di kapal dan tidak ada seorang prajuritpun yang tahu. Kau tahu prajurit yang waktu itu kubawa adalah prajurit terbaik Kerajaan Skyvarrna. Kalau prajurit terbaik saja tidak bisa merasakan keberadaan Reischauer apalagi orang biasa.”

Topeng Sang PuteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang