Chapter 5

30.5K 1.7K 18
                                    

“Illyvare!”

Illyvare memalingkan perhatiannya dari laut biru.

“Seharian aku melihatmu berdiri di sini. Engkau senang melihat laut?”

“Ya,” jawab Illyvare singkat – seperti biasanya.

Laut yang biru telah mempesona Illyvare. Di malam hari Illyvare dapat melihat laut seakan-akan bersatu dengan langit. Dan di pagi hari ia dapat melihat laut biru yang membentuk garis lurus dengan langit biru.

“Laut memang indah. Aku senang melihatnya terlebih saat matahari terbit atau matahari terbenam. Engkau telah melihat matahari terbit pagi tadi?”

“Ya.”

Illyvare telah banyak mendengar tentang keindahan laut saat matahari terbit juga matahari terbenam. Pagi ini ia bangun pagi-pagi dan berdiri di geladak untuk melihat matahari terbit.

Gadis itu telah membuktikan sendiri apa yang dikatakan banyak orang. Matahari yang terbit di laut memang tampak indah bahkan lebih indah dari apa yang dikatakan orang-orang.

Sesaat sebelum matahari muncul, langit tampak kemerahan dengan sinar-sinar orange ikut mewarnai langit. Warna merah yang cerah itu mengusir langit malam yang gelap.
Beberapa saat kemudian matahari yang tampak besar seolah-olah muncul dari dalam laut. Matahari terus muncul perlahan-lahan sampai akhirnya ia menunjukkan seluruh wajahnya yang besar dan merah menyala.

Saat itu Illyvare mengerti mengapa Nissha mengatakan sinar matahari pagi membawa harapan baru dalam hidup setiap orang. Malam yang dingin dan gelap terusir oleh sinar matahari yang terang dan menghangatkan. Sinar itu mencerahkan hati siapa saja dan memunculkan harapan baru di dalam hati yang melihatnya.

Matahari siang memang tidak bersahabat terutama di musim panas, tetapi matahari pagi muncul dengan harapan-harapan baru.

Harapan-harapan baru yang dibawa matahari itulah yang berabad-abad lalu membangkitkan semangat para pelaut.

Dimulai dari bangsa Mesir kira-kira tahun 2000 SM yaitu oleh orang yang bernama Hennu. Menurut kepercayaan bangsa Mesir pada jaman itu, dunia ini dataran bulat yang dikelilingi air. Mereka menyangka bahwa Sungai Nil berasal dari kumpulan air itu di selatan dan mengalir lewat sebuah gua di dalam gunung.

Mula-mula Hennu membawa rombongannya menyeberangi gurun pasir ke ujung utara Laut Merah. Di sini mereka membangun kapal-kapal, lalu berlayar ke Punt melalui Laut Merah. Penduduk Punt ramah tamah. Hennu membuat kapal-kapalnya dengan barang-barang berharga, lalu kembali ke Mesir dengan selamat. Setibanya di tanah airnya kisah pelayarannya yang luar biasa dipahat pada sebuah batu.

Kapal Hennu mempunyai dasar yang datar serta haluan dan buritan yang menonjol. Ia terbuat dari potongan-potongan kayu kecil yang disatukan dan diperkuat dengan tali dan kulit mentah. Tiangnya hanya satu berbentuk huruf V terbalik, sedang layarnya juga hanya satu.

Kapal itu dikemudikan dengan dayung-dayung kasar yang dilekatkan pada sisinya. Bila angin tidak cukup baik untuk menggunakan layar, pengayuh-pengayuh yang berdiri mendayung kapal itu.
Itulah kapal pertama yang dibuat manusia.

Selain itu kira-kira tahun 3000 sampai tahun 1400 SM di Kreta muncul penjelajah-penjelajah besar. Bangsa Minoan yang menempati Kreta ini menyukai laut. Mereka adalah pelaut-pelaut yang selama berabad-abad menjelajah seluruh dunia Laut Tengah.

Bangsa Minoan menggunakan kapal-kapal kecil menyerupai ember yang mempunyai satu layar. Serupa bangsa Mesir, mereka juga hanya dapat menggunakan layarnya bila angin berhembus dari buritan.

Orang Minoan dapat melakukan hal-hal yang luar biasa dengan kapalnya yang kecil ini, yang hanya sedikit lebih besar daripada perahu dayung. Mereka tidak menggunakan jangkar dan di kapalnya itu mereka tidak mempunyai tempat untuk memasak dan tidak ada bilik untuk berbaring. Mereka harus berlabuh untuk makan, tidur dan mengumpulkan persediaan makanan dan minuman.

Topeng Sang PuteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang