Prolog

5.5K 268 14
                                    


.


.
.
.
.
Sebuah jam weker menggema dikamar berdominasi biru putih itu. Sang empu kamar tampak menggeliat merenggangkan otot otot tubuhnya. Dengan mata yang masih setengah terbuka ia meraih jam weker di nakas samping tempat tidurnya.

'Prangg'

"Anjing!!!"

Seketika bola matanya membulat saat melihat jarum panjang jam itu menunjukkan angka 06.30. Dengan kasar pula ia lempar jam weker berbentuk kartun doraemon itu. Afkar segera menyibak selimut yang membalut tubuhnya setelah itu berlari secara tergesa gesa menuju kamar mandi.

Itulah sekilas cerita pagi seorang
'Afkar Reynand Prasaja'

***

Akhdan tampak telah mematut diri di depan sebuah cermin besar di sudut kamarnya yang rapi. Kamar dengan dominasi gambar tentang Sains itu tampak rapi dan bersih tak seperti kamar adiknya yang berada disebelah.

Pria dengan balutan jas hitam dipadukan kemeja putih serta dasi merah itu telah selesai mem-pomade rambutnya sebagai sentuhan terakhir. Ia melirik sejenak jam dinding yang tergantung di dinding. Jam telah menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Memang jam kantornya akan mulai pukul delapan nanti. Tapi, pria berjambul itu telah sedari subuh bangun. Ya, rupanya ia lebih rajin dari sang adik.

"Pasti si Afkar masih gebyar gebyur di kamar mandi -_-"
gerutu Akhdan seraya mengambil ponselnya di nakas, setelah itu beranjak pergi untuk segera ke ruang makan.

Itulah sekilas cerita pagi seorang
'Akhdan Reymond Prasaja'

***

Sembari menggantungkan jas almameternya, Afkar tampak berlari kecil menuruni anak tangga dengan tergesa gesa. Rambut yang masih basah serta berantakan ia biarkan begitu saja. Pria berbaju putih abu itu tampak sibuk mengancingkan satu persatu kancing seragamnya.

"Eh nobitanya bunda udah bangun. Kirain masih molor".
Heni, sang bunda dari kakak beradik itu tampak melontarkan omelan halus kepada sang bungsu. Ya, kebiasaan Afkar yang memang malas itu membuatnya lama lama jengah sendiri. Afkar dan Akhdan memang bagaikan langit dan bumi. Heni sempat bingung akan kedua putranya itu. Sang sulung yang lebih mencintai kerajinan sedangkan sang bungsu yang lebih mengkoleksi kerusuhan dan kecerobohan berbanding terbalik dengan sang kakak.

"Udah telat. Afkar langsung berangkat aja deh bun. Nanti sarapan di kantin sekolah." Afkar menenggak segelas susu putihnya itu hingga tersisa setengah. Cowok pecinta kartun doraemon itupun langsung bersalaman kepada sang kakak yang asik menikmati sarapan paginya. Saat bersalaman dengan sang bunda, ia terlebih dahulu mengatungkan tanganya kepada Heni.

"Uang saku???"
Heni memutar bola matanya malas. Jangan kira Afkar seperti remaja remaja SMA lain yang di pegangi kartu kredit atau jatah uang jajan 500 ribu per minggu mungkin. Ia bahkan tidak di perbolehkan oleh sang ayah mengendarai kendaraan sendiri. Walaupun Afkar berada di kalangan orang menengah ke atas, tapi entah kenapa sang bunda serta ayahnya tidak akan memperbolehkam nobitanya itu bebas seperti remaja lain sebelum lulus SMA. Ya, terkesan protevtive dan mengekang memang. Tapi itulah aturan dalam keluarga mereka.

"Akhdan kasih Rp 20.000 ke adek kamu dulu. Bunda gak punya uang kecil soalnya." Setelah mendengar penuturan sang bunda, ia pun segera mengatungkan tangannya beralih kepada sang kakak. Alis tebal Afkar naik turun seraya tersenyum jahil kepada Akhdan. Membuat sang kakak memutar bola matanya dengan malas. Dengan malas pula Akhdan merogoh saku celananya, tak menemukan uang sepersenpun ia lantas mergoh saku kemeja putihnya.

"Yah,,,adanya cuma Rp 5000 gimana nih ?".

"Ah ya udah deh. Lu mah emang kagak pernah ikhlas. Rp 5000 juga berarti buat gue, bisa buat beli lolipop di Bu Munaroh. " Dengan kesal Afkar mengambil uang Rp 5000 itu.

"Ayah kemana bunda?"

"Di teras baca koran."

Dengan segera Afkarpun langsung beranjak dari tempatnya untuk menemui sang ayah. Sang ayah tidak seperhitungan sang kakak dan sang bunda. Keuntungan minta uang saku ke ayahnya itu ya gitu biasanya dapat untung jadi Rp 100.000 jadi akan lebih bejo jika ia minta uang saku ke ayahnya.

***

'Prangggg!'

'Tangg!!!'

Suara pecahan kaca di padukan suara rintihan tangisan seseorang membuat miris siapapun yang mendengarnya. Seorang gadis berusia 16 tahun yang meringkuk di sudut ranjang itu menggeleng keras kepalanya seraya menutup erat kedua telinganya. Air matanya telah luluh lantah menetes di pipi putihnya. Ya, lagi lagi Zira harus mendengar suara pertengkaran hebat itu yang ia yakini dari kedua orang tuanya.

Kurang lebih 9 tahun sudah pertengkaran itu sering terjadi di rumahnya. Dulu, saat ia berumur 7 tahun sering sekali sang bunda sang ayah mengajaknya bertamasya di kebun binatang. Dulu, saat ia berumur 5 tahun sering sekali juga sang ayah menemaninya bermain boneka boneka batman yang dibelikan oleh sang bunda. Namun, genap 10 tahun sudah pertengkaran itu terus terjadi. Menambah kesan menyakitkan di berbagai sudut rumah yang di penuhi pecahan kaca.

"Vina, bahkan kejadian itu sudah terjadi 10 tahun yang lalu!! Kenapa kamu masih mengungkitnya?!! Saya bahkan sudah tidak tau lagi dimana keberadaan dia dan anaknya sekarang!!!"

"Tapi tetap saja Hendra!!! Jangan kamu kira saya bodoh!! Saya tau kamu diam diam masih menyimpan foto anak kamu itu!!"

"Apa yang salah? Dia itu juga darah daging saya Vina!!"

Cukup. Zira merasa lelah dengan rentetan bentakan bentakan yang terlontar dari mulut mereka. Rasanya ia ingin mati saja di tempat.

"Kapan mama sama papa akur?"

Hatinya menjerit kala berkali kali mempertanyakan pertanyaan yang ia rasa bodoh itu. Zira tertawa miris. Rasanya pertengkaran itu akan terus terjadi sampai ia mati. Zira tak pernah menyalahkan sang mama ataupun sang papa. Ia juga tidak pernah memberontak kepada Tuhan. Namun ia selalu merutuki seseorang yang membuat keluarga kecilnya kini terombang ambing. Bahkan ia bersumpah membunuh seseorang itu kala seseorang itu ada di depan matanya.

"Lo tau lo mala petaka buat keluarga gue. Dan gue akan pastikan seluruh keluarga lo hancur seperti apa yang gue rasaian Begooo!!"

Ya, itulah sekilas cerita pagi seorang
'Elzira Emirista Belvina'

---------------

Hayyy first story nihh 😊
Semoga responya memuaskan....

BetweenWhere stories live. Discover now