Arquero Academy

Mulai dari awal
                                    

Ayah tampak tersenyum dari cermin. "Baiklah kalau begitu, ayah senang kau bisa berfikir dewasa. Kau masih ingat dengan pilihan yang ayah ajukan padamu tadi bukan? Sekarang pilihlah."

Mataku lagi-lagi refleks menyipit disaat aku harus berpikir untuk memilih. Aku membayangkan diriku yang sedang bertarung dengan menggunakan pedang, aku menebas musuh tapi aku juga akan tertebas oleh musuh. Lalu aku membayangkan diriku menarik busur panah dari jarak yang tak terkira. Memfokuskan pandangan sambil menarik busur panah dengan kuat. Panahku melesat namun sasaranku meleset.

Oh, yang benar saja! Bayang-bayang bahwa aku tidak bisa mnggunakan pedang ataupun panah sudah merusak imajinsiku sesaat. Tapi—tetap saja aku tidak akan bisa lari dari pilihan. Meskipun aku sudah membayangkan kegagalan, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?

"Ayah. Menurutmu aku lebih keren memegang pedang atau busur panah?"

"Kenapa kau malah bertanya pada ayah? Kalau kau bertanya masalah keren atau tidaknya, kedua-duanya kau terlihat sangat keren. Terantung apa yang kau pilih."

Aku memejamkan mata erat. Mengintrogasi pikiranku dan bertanya pada hatiku dalam sidang perang batin yang rumit. Dan sebagai hakim, jiwaku yang memiliki naluri telah memutuskan--. "Ayah, aku lebih memilih busur panah."

"Kenapa?"

"Untuk menghilangkan rasa cemasmu. Kau bilang tidak ingin kehilanganku di medan pertempuran bukan? Aku hanya ingin mengurangi resiko terbunuh secara langsung."

Ayah menyeringai sambil mendengus tertawa. "Seharusnya kau tidak memikirkan ucapanku sebagai acuan untuk memilih. Tapi—tidak masalah. Jika kau maunya begitu, ayah akan mengantarmu untuk mencapai tujuan yang kau pilih."

"Maksudmu?"

"Ujian tes masuk Arquero akan dimulai setengah jam lagi. Kita akan sampai disana sekitar lima belas menit."

"Arquero?" Aku mengerutkan kening pertanda bertanya 'apa yang dimaksud ayah adalah Arquero Academy?'

Ayah mengangguk. "Disana kau akan mengikuti jejak ibumu. Ternyata nalurimu lebih jeli dari pada pikiranmu." Ayah menyeringai lagi.

Mataku terbelalak seketika saat aku mendengar kata 'ibu' yang terlontar. "M-maksudmu—ibuku seorang Archer?"

Ayah mengangguk lagi. "Dia sudah menduduki peringkat Archer Queen. Kau pasti tidak bisa membayangkan betapa hebatnya dia." Ayah melirik kearahku sambil menyeringai untuk yang kesekian kalinya. "Ibumu wanita yang keren."

"Tunggu,"Aku mencondongkan badan sambil meletakan daguku di jok depan tempat ayah bersandar. "Jadi kau mengenal ibuku? Kenapa kau tidak pernah menceritakannya padaku?"

"Ibumu melarangku untuk memberitahumu dan aku sudah berjanji padanya untuk itu, suatu saat kau akan tahu. Maaf aku tidak bisa menceritakannya padamu Ray."

* * *

"Nah sudah sampai!"

Aku keluar dari mobil sambil memandangi bangunan megah dihadapanku sementara ayah mengambil koperku di bagasi. Ditengah taman, ada sebuah monumen anak panah. Arquero Academy, itulah satu-satunya tulisan yang bisa kubaca. Dari luar gerbang suasananya begitu sepi, tapi aku bisa mendengar kebisingan didalam sana.

"Arquero Academy. Aku tidak percaya kau akan bersekolah disini." Ayah berdiri disampingku sambil mengamati sekitar bangunan. "Aku dengar rumor, tempat ini berbahaya. Ada sekitar ratusan murid yang tewas setiap semesternya. Aku tidak tahu ujian apa yang diadakan disekolah ini. Dan kabarnya, yang bersekolah disini bukan hanya dari kalangan Manusia saja tapi ada juga makhluk yang lain."

Aku masih diam mematung dan ayah menepuk bahuku cemas. "Berjanjilah pada ayah bahwa kau akan baik-baik saja Ray."

Aku menatap ayah yang tampak khawatir. "Kau bilang disini aku akan mengikuti jejak ibuku bukan? Seharusnya kau tidak perlu khawatir seperti itu. Jika ibuku bisa bertahan ditempat ini, maka aku juga bisa."

ArcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang