33

391 52 27
                                    

March 9, 2014
Iris's POV

Home alone, galau, tugas numpuk kurang apa lagi coba penderitaan gue ?

Tidak mau berlarut larut dalam perasaan seperti ini gue mencoba fokus dengan mengerjakan PR geografi, gila jarang banget gue ngerjain PR di rumah sering-sering aja patah hati kali aja jadi pinter.

Layar HP gue menyala menandakan ada notifications masuk, paling juga dari Kenny atau Harry atau Mia? Dari kemarin gue emang gak mau ngecheck line karna gak yakin siap sama apa yang bakal gue baca. Tolol-nya gue takut begini padahal aslinya juga udah lebih sakit duluan, dan berulang kali.

Disela-sela menulis gue mendengar alunan gitar dari handphone yang sudah tidak asing lagi, harus ya lagu galau muncul saat shuffle musik pas lagi kaya gini?

I don't believe that anybody
feels the way I do about you now.

Mengingatkan gimana senang-nya dia waktu pertama kali gue putar lagu ini di mobil, dan gimana excited-nya dia nyeritain tentang musik-musik yang dia suka, dimana tiap gue nyanyi ini pasti ikutan nyanyi.

And all the roads we have to walk are winding
and all the lights that lead us there are blinding.

Gue menarik nafas mencoba menyingkirkan kenangan apapun yang ada dipikiran saat itu. Gak peduli udah seberapa jauh gue coba toh semua-nya juga useless diakhir.

There are many things that I would
like to say to you
but I don't know how.

Gue emang pemalu, penakut, dan insecure soal perasaan dan untuk seseorang kaya gue udah bisa sejauh ini itu udah beda rasanya.

Air mata yang ditahan dari tadi pun kembali jatuh untuk kesekian kalinya, dan untuk orang yang sama. Ya Tuhan, mau sampe kapan gue gini?

Because maybe
you're gonna be the one that saves me.

Sedih, kecewa, marah, dan malu sama diri sendiri. Gue ngerasa lemah bisa kaya gini karna orang lain yang notabennya cuman temen gue, pacaran juga enggak, eh sakitnya udah gini aja.

Tapi dari semua yang gue rasain sekarang nyadarin gue betapa naive-nya gue selama ini, berfikir kalo perasaan dia bisa berubah, dimana jelas-jelas perasaan itu gak bisa paksa, dan disini gue masih sayang, dan rela ngelakuin apa aja selama dia senang.

And after all
you're my wonderwall.



~~~
Setelah selesai mengerjakan PR geo (dan nangis), mandi, ngerjain tugas english (nangis lagi), disinilah gue sibuk obrak abrik lemari cari mie instan untuk dimasak.

"Iya maa? ini Iris mau makan kok." jawab gue mengangkat telpon tanpa memperhatikan terlebih dahulu.

"Ha? ma? ini Kenny! mabok ya lu?! kok gak bales line gua ish."

"Eh?"

"Eh eh eh aja lu, eh HAHAHA GUE JUGA IKUTAN KAN! tapi seriusan gue mau nyari makan nih, ikut gak? ikutlah temenin!" Kata dia bersemangat dan daripada makan mie instan mending ikut aja ya?

"Yaudah, jemput yaaa." jawab gue sambil mengembalikan bungkusan mie instan ke tempatnya, untung belom dibuka.

"oke, sayang."

Gue pun langsung bersiap-siap pergi, untung udah mandi tadi cuman harus pay extra attention sama mata bekas nangis, "enaknya" jadi cewek sih gini gak bakal ketahuan.

Setelah nelpon bilang dia udah diluar gue lalu keluar rumah tak lupa untuk menguncinya dan berjalan ke mobil dia, terlihat wajah sumringah Kenny, dan Niall? lah, kok ada Niall?

Belom sempat tangan gue bergerak membuka pintu sudah ada yang membukakan dari dalam and it have to be him, isn't it ?

"Ngapain cengo? naik ris." Suara Zayn membuyarkan lamunan gue.

"Eh? iyaaa." Jawab gue sambil duduk dan menutup pintu.

Yaelah, tau gini mending makan mie instan deh gue tadi.

***
AKHIRNYA HEHE,
tinggal beberapa chapter lagi nih :(

Bagi yang baca please tinggalin jejak ya entah vomments, kritik, saran atau apapun itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 05, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Naive // Zayn MalikWhere stories live. Discover now