Chapter 1 - First met

Start from the beginning
                                    

Agler memutar kedua bola matanya jengah, "Sudah kubilang berkali-kali sebelumnya, lupakan dia dan jejaki masa depan yang masih terpentang berkilauan. Bukan hanya ada dia saja wanita di dunia ini. Bahkan mungkin banyak perempuan di luar sana yang merupakan jodohmu yang sesungguhnya sedang menantimu." Vier menghela napas panjang sebelum menjawab. Tatapannya terlihat sendu. "Tapi tak ada yang sebaik dan semenarik dirinya. Bagiku, dia yang pertama dan terakhir. Tak akan ada yang sanggup menggantikannya yang sudah tercetak jelas di dalam sini" Pasrah Vier menunjuk dadanya.

"Aku bisa memperkenalkanmu dengan gadis-gadisku jika kau mau." Tawar Juvenal dengan cengiran khasnya. Agler mendelik sebal. "Dia tak akan tertarik dengan para wanita jalangmu."

"Setidaknya mereka cukup seksi dan menggairahkan."

"Pantas saja namamu Jupe-nal. Karena pasti kau juga menyukai nama artis serupa yang mempunyai dada montok itu, 'kan?" Ejek Agler. Sedang Juvenal hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal. "Namaku Juvenal bodoh. Juve-nal." Ucapnya menekan kata Juvenal. Vier hanya bisa menatap obrolan kedua sahabatnya itu dengan pikiran yang berkecamuk.

"Bicara soal gadis seksi. Apa kau tahu? Aku berhasil menyelesaikan tantanganmu untuk melakukan one night stand bersama wanita bar dengan bayaran tertinggi itu dan membuatnya mau menyerahkan tubuh seksinya tanpa mendapat bayaran sama sekali." Bangga Juvenal dengan senyum merekah.

"Benarkah? Kali ini aku tak meragukanmu mendapat julukan 'sang penakluk wanita' kalau begitu. Lalu apa kau merekamnya?" Tanya Agler tersenyum miring. "Tentu saja!" Juvenal tergerak memutarkan rekamannya tadi malam.

"Arghhhh...!!!"

"Ma... maaf! Aku tak sengaja melakukannya." Agler meringis melihat celananya yang basah sekaligus panas akibat terkena tumpahan kopi oleh seorang pelayan pria yang kini tertunduk menyesal dengan wajah merah serupa kepiting rebus. "Dasar bodoh! Kau sedang kehilangan mata ya?! Kalau punya mata itu dipake! Bukan Cuma bisa dipajang!" Sungutnya kesal sambil memperhatikan arah lirikan mata pelayan itu.

"Dasar pelayan mesum!" Agler menarik paksa Handycam dari tangan Juvenal. "Pantas saja! Ternyata selama ini matamu itu digunakan untuk menonton tontonan yang bejat!." Sungut Agler sebal masih terus mengibas-ngibaskan celananya.

"Ada apa ini?"

Keisha segera menghampiri begitu mendengar suara keributan yang menjadi pusat perhatian para pelanggannya. Matanya menangkap salah satu pelayannya tengah tertunduk pasrah sebelum beralih pada celana salah seorang pria yang tadi berteriak dengan wajah merahnya.

"Siapa kau?" Mata Agler menyipit menatap seorang wanita cantik yang datang tiba-tiba dan terlihat begitu familiar itu. Keningnya terkerut berusaha berpikir keras, mengorek-ngorek dalam semua ingatan di kepalanya. Mata bulat nan indah itu, rambut lurus panjang sepunggung dengan kulit bersih seputih susu. Beberapa lama kemudian, matanya membelalak tatkala menyadari dan segera menolehkan kepala melihat Vier yang sudah bergeming ternganga sama terkejutnya.

"Laura." Vier menggumam tanpa sadar. Bagai dihantam beribu-ribu ton palu, dadanya terasa sesak sekaligus sakit menatap tak percaya perempuan dihadapannya sekarang. Tidak mungkin...

"Maaf, siapa?" Keisha menatap heran lelaki aneh yang menyebutkan nama asing di telinganya. Dia benar-benar mendengar pria itu mengucapkan nama asing sambil menatapnya. Sedang Juvenal menelan ludahnya yang terasa pahit menatap mereka berdua bergantian.

Mampus! Penyakit Vier bisa tambah parah!

Keisha menatap heran ketiga pria itu yang kini melihat dirinya seolah-olah sedang bertemu dengan hantu. Apa ada yang salah?

Vier mendadak bangkit dan menubrukkan tubuhnya memeluk Keisha seerat mungkin dengan air mata yang hampir mendobrak keluar. "Laura, kau masih hidup." Lirihnya hampir terisak.

Keisha menegang seketika mendapat perlakuan tak terduga dari sang pria asing di depannya. "Lepas! Lepaskan aku dasar orang gila!" Bentaknya kasar menggeliat berusaha melapaskan diri. Tangannya melayang menampar Vier dengan sekuat tenaga. "Kurang ajar!" Sungutnya kesal.

Bagus! Hanya dalam beberapa detik saja, moodnya berasil menurun secara drastis. Keisha berlalu pergi dengan tergesa tanpa mengindahkan orang-orang yang sejak tadi menatapnya dengan heran.

"Laura!" Vier bergegas mengejar Keisha sebelum badannya ditarik paksa. Sekuat tenaga tubuhnya memberontak meminta dilepaskan. Namun apalah daya, kekuatannya tak sebanding melawan dua orang yang sebanding dengannya sekaligus.

"Sadar Vier! Dia bukan Laura yang kita kenal selama ini! Dia hanya perempuan yang secara kebetulan mempunyai paras hampir serupa. Laura sudah tiada, terimalah itu dengan hati yang lapang." Agler berusaha menenangkan sahabatnya yang mulai menggila.

"Aku tak peduli! Laura! Lepaskan aku, kalian bedua!" Vier masih terus memberontak sambil terus menyebutkan nama sang pujaan hati.

"Bawa dia ke mobil!" Titah Juvenal yang langsung mendapat anggukan setelah sebelumnya sempat meninggalkan selembar kertas uang di meja.

Tbc.

Please voment-nya, karena itu sangat berarti bagi penulis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 05, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Awakening HeartsWhere stories live. Discover now