Chapter 1

56.5K 2.8K 146
                                    

"Engkau sudah gila, Elleinder?" tanya Arwain tak percaya.

"Tidak," sahut Elleinder tenang namun tegas.
Arwain tidak mengerti apa yang mempengaruhi pikiran Elleinder sehingga pria itu tiba-tiba memutuskan untuk menikah dengan Putri dari Kerajaan Aqnetta yang kecil tetapi subur dan makmur.

Tidak dapat disalahkan kalau pria yang baru saja diangkat menjadi Raja - menggantikan ayahnya yang meninggal karena sakit - itu berambisi untuk memasukkan kerajaan tetangga itu ke dalam wilayah kerajaannya yang luas, Skyvarrna. Sebagai teman akrab sejak kecil, Arwain tahu Elleinder sejak dulu mempunyai keinginan itu. Seperti banyak negara lain, kerajaan kecil itu sangat menarik perhatian. Wilayahnya memang kecil tetapi kesuburan tanahnya dan kekayaan alamnya sangat besar.

Konon sejak Kerajaan Aqnetta berdiri banyak yang berusaha menguasainya tetapi tidak ada yang pernah berhasil. Dan sampai sekarang hal itu tidak pernah terjadi. Kekuatan militer Aqnetta tidak dapat diabaikan. Kekuatan militernya yang tangguh itulah yang membuatnya tetap damai dalam kebebasannya.
Siapapun yang ingin menyerang Kerajaan Aqnetta selalu berpikir berulang kali. Apalagi terdengar adanya kabar bahwa Kerajaan Aqnetta mempunyai sekelompok pasukan rahasia yang tiada tandingnya.

Memang satu-satunya jalan yang termudah untuk memasukkan Aqnetta ke dalam Skyvarrna adalah dengan menikahi Putri Kerajaan Aqnetta. Tetapi Arwain tetap tidak setuju dan tidak mengerti mengapa Elleinder punya pikiran seperti itu.

Semua Pangeran maupun Raja tahu itu satu-satunya jalan yang termudah apalagi Putri Kerajaan Aqnetta saat ini hanya ada seorang dan kemungkinan besar ialah pewaris tahta kerajaan kelak bila Raja Leland meninggal. Tetapi tidak satupun yang mengambil jalan itu karena mereka tidak tahu banyak tentang Putri Kerajaan Aqnetta ini. Bahkan penduduk Aqnetta sendiri tidak banyak mengetahui Putri mereka.

"Engkau mengerti apa yang kaurencanakan ini, bukan?" tanya Arwain untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Berapa kalikah aku harus mengatakannya padamu, Arwain?" Elleinder balas bertanya, "Aku sudah memikirkannya masak-masak. Bahkan sebelum aku mengatakannya padamu, aku telah menetapkan bahwa aku tidak akan membatalkannya. Aku akan meneruskan rencanaku tak peduli kalau ada yang tidak setuju."

"Engkau harus tahu, Elleinder, Putri satu ini tidak banyak kita ketahui," Arwain memperingatkan, "Hampir tidak ada yang mengetahui tentangnya. Bahkan penduduk Kerajaan Aqnetta sendiri tidak banyak mengetahuinya."

"Aku tahu," sahut Elleinder, "Ia tidak pernah meninggalkan Istana Vezuza dan tidak pernah menampakkan dirinya pada siapapun."

"Engkau juga harus tahu kabar tentangnya," Arwain terus memperingatkan sahabatnya demi berusaha membatalkan rencana yang dianggapnya rencana paling konyol yang pernah diketahuinya.

"Di kalangan penduduk Aqnetta beredar kabar bahwa Putri Kerajaan Aqnetta tidak secantik Putri-Putri yang lain. Bahkan mereka mempunyai keyakinan Putri mereka jelek dan gemuk sehingga membuat Raja Leland malu dan melarangnya meninggalkan Istana Vezuza."
Elleinder terus mendengarkan ceramah Arwain sambil mengangguk-angguk bosan.

"Mungkin ini terdengar aneh bagimu tetapi ini benar. Karena malunya, Raja Leland tidak pernah mengucapkan nama putrinya kepada siapapun sehingga tidak seorangpun di luar mereka yang tinggal bersama Putri yang tahu namanya."
Arwain jengkel melihat sikap Elleinder yang seakan mengacuhkannya.

"Engkau mendengarkanku, Elleinder?"

"Aku mendengar semuanya, Arwain dan engkau harus tahu aku sudah tahu semua yang kaukatakan itu."

"Lalu mengapa engkau mempunyai rencana konyol seperti itu?"

"Rencana konyol?" tanya Elleinder keheranan, "Kaukatakan rencana hebat ini rencana konyol?"

Topeng Sang PuteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang