Part 4: Anger - Jealousy

29.6K 1.5K 45
                                    


Hani hanya dapat berdecak kagum ketika melihat Jung datang. Mulutnya yang menganga lebar hampir saja meneteskan air liur jika V tidak segera menyumpalnya dengan pangsit.

"Dasar geumsappa!! Auh..." Seru V mengomentari temannya yang sedari tadi tidak dapat berkedip. (Geumsappa: Sebutan bagi orang yang mudah jatuh cinta)

"Kau? Dicium olehnya? Eiyyy... Kau pasti bermimpi!! Tidak mungkin..." Pungkas Hani tanpa menoleh ke arah V sedikitpun. Tatapannya masih terpaku ke arah pria yang kini tengah mencari tempat duduk kosong di restoran ramai pengunjung itu.

"Aku juga tidak akan percaya jika saja aku tidak mengalaminya sendiri." Sahut V murung mendukung argumen temannya.

Tiba-tiba handphone Hani berdering, dan sesaat kemudian terdengar suara ayah Hani yang marah-marah menyuruhnya untuk lekas pulang. Dengan berat hati gadis berwajah cantik itu pamit pada V untuk meninggalkan restoran. Padahal ia masih ingin memandangi kerupawanan pria asing yang masih berdiri mencari kursi itu lebih lama lagi.

Setelah Hani pergi, V menghampiri Jung di tempatnya duduk untuk menagih janjinya tentang alasan mengapa ia tiba-tiba menciumnya waktu itu jika mereka bertemu lagi, namun seakan tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka, Jung mengabaikannya tanpa mengucapkan satu katapun. Menatapnya seperti orang asing.

"Hei, Tuan! Kau Jung kan? Berani-beraninya kau mengabaikanku!! Kau mau lari dari janjimu sendiri, hah?" Tanya V ketus. Padahal jantungnya kini sedang berdebar.

Namun, Jung hanya diam tanpa berkata sepatahpun. Sekali menatap ke arah V, sorot matanya begitu dingin dan menyeramkan.

"Aish!! Jika saja wanita itu tidak mengajakku bertemu di tempat ini, aku pasti tidak akan pernah bertemu dengannya lagi." Gerutu Jung dengan suara yang begitu lirih hingga V sama sekali tidak bisa mendengarnya.

"Cepat beritahu aku!! Jika tidak, kau akan kuusir dari sini!!" Tukas V seraya memukul meja.

Kesabarannya kini benar-benar sudah mencapai ambang batas. Suara keras dari gebrakan mejanya tadi membuat para pengunjung lain seketika terdiam dan menaruh perhatian ke arah mereka.

Karena telah menjadi pusat perhatian, Jung menjadi murka dan berdiri dengan tetap melayangkan tatapan defensif pada V.

"Mana pemilik restoran ini?! Berani-beraninya pegawai anda mengusir saya!!" Seru Jung dengan kemarahan yang meluap-luap.

Karena pengaduan negatif itu, sang pemilik restoran pada akhirnya memberi teguran keras pada V. Baru kali ini V dimarahi oleh majikan yang biasanya selalu baik hati, dan semua itu tak lain adalah karena pria yang sudah mencuri ciuman pertamanya yang berharga.

Setelah dimarahi, V berlari ke kamar mandi karyawan. Di sana ia menangis sekencang-kencangnya. Hati V tercabik seperti ada hewan bercakar tajam yang tengah mengais di dalamnya.

Baginya, hari ini merupakan hari tersial seumur hidup. Sekarang ia menyadari bahwa semua dugaannya mengenai Jung telah sepenuhnya keliru. Ia juga semakin yakin bahwa Jung benar-benar hanya main-main ketika menciumnya waktu itu.

Saat hatinya sudah lebih tenang, V kembali keluar dan melayani tamu-tamu yang lain. Namun di sana, ia melihat Jung tengah duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik. Rambutnya yang dicat pirang berkali-kali ia selipkan di belakang telinga untuk menarik perhatian lawan bicaranya yang mempesona.

"Cih... Memang sih, wanita seperti itulah yang cocok denganmu!! Aku harusnya tahu diri dan tidak usah memikirkanmu sampai aku sulit tidur dalam tiga minggu ini. Buang-buang waktu saja!" Gumam V menyeringai, kemudian mengambil kembali peralatan untuk mengepel lantai.

Bastard on My Lips (completed)Where stories live. Discover now