Ingatan Itu Kembali

173 5 6
                                    

Hari yang cerah di taman kota, terlihat seorang gadis beranjak dewasa mengitari air mancur taman kota, tempat yang tak asing baginya, tempat yang banyak menyimpan kenangan, menjadi saksi bisu kisah hidupnya. Tempat itu sudah beda, bukan air mancur yang dulu penuh kubangan lumpur, melainkan air mancur yang kini ditumbuhi bunga warna-warni.

Sambil bersenandung lagu favoritnya, tanpa disadari ingatan gadis itu telah melayang jauh ke masa lalu.
“Heeeh Dekaaa pelan-pelaan” suara melengking Heksa membuat orang sekitar memperhatikan mereka, dua anak kecil menaiki sepeda dengan kecepatan tak terkendali.

Tak berapa lama, Deka dan sepedanya terperosok dalam lumpur sedangkan Heksa terpental jauh hingga tercebur dalam kolam air mancur. Rambut panjang berwarna pirang milik Heksa terpaksa basah kuyup. Dengan muka masamnya, Heksa keluar dari kolam.

Deka baru saja berusaha berdiri bersama sepedanya terpingkal saat melihat Heksa keluar dari kolam dengan muka masam. Heksa berjalan ke arah Deka sebelum akhirnya seorang yang tak dikenali mengagetkan mereka dari balik semak-semak.
“Waaa hayo kalian anak kecil ngapain disini”
“ORANG GILAAA” Heksa dan Deka berteriak serentak.

Deka menunggangi sepedanya dengan Heksa di jok belakang segera meninggalkan tempat itu. Deka kembali mengayuh sepedanya, melesat cepat sambil tertawa terpingkal-pingkal. Heksa semakin masam menatap Deka, diam tanpa kata. Deka seperti dapat menebak bagaimana tampang Heksa di jok belakang, ikut terdiam menahan tawa.

Rumah Deka dan Heksa bersebelahan. Sesampainya di halaman rumah, Heksa berlari tunggang langgang meninggalkan Deka, memasuki rumah, dan segera mandi. Sementara Deka terus terpingkal sambil menuntun sepeda birunya menuju garasi dengan tubuh dipenuhi lumpur. Hepta, kakak perempuan Deka hanya menggeleng dari balik jendela melihat tingkah polah adik lelakinya itu.

Pukul 4 sore, Deka berkunjung ke rumah Heksa untuk mengajaknya bermain ayunan di halaman belakang rumah mereka. Seperti biasa, sambil menunggu Heksa mandi, bunda Heksa menyuguhkan kue kesukaan Deka.

Seusai Heksa berbenah diri, mereka segera menuju halaman belakang, bercanda tawa seperti biasa, seolah telah melupakan kejadian tadi pagi, saat Deka mentertawakan wajah masam Heksa. Memang begitu persahabatan mereka, selalu menganggap semua masalah tidak penting, yang terpenting tali persahabatan harus tetap terjaga, karena mereka yakin tanpanya, hidup mereka tidak akan berarti.

To be Continued~

AYUNAN DEKSAWhere stories live. Discover now