Bab 5 - MUNGKIN KAH?

244 4 0
                                    

Today is Mon(ster)day!

Kring... Kring... Kring

Suara alarm yang sudah di set nya pukul 5 pagi membangun tidurnya. Membuyarkan mimpi yang sudah dirangkai semalaman.
Eky bangun dan meng-off kan alarm nya.

"Hooaaamm... Udah pagi aje, mager banget sih mau kerja." Eky berdiri depan kaca sambil memandang diri nya.

Lalu ia pun bergegas mandi dan prepare berangkat ke kantor.

"Biasanya Mamah pagi gini udah nyiapin roti bakar. Hmm... masih 3 bulan lagi Mamah pulangnya." gerutunya.

***

"Kamu sudah nyiapin laporan belum? Jam 10 sudah harus kelar." tanya Bu Yunita

"Sedikit lagi selesai kok, Bu." jawab Eky sambil melirik baguette yang melingkar di tangan kanan nya.

Selesai membuat laporan. Eky harus mengantar laporan-laporan tersebut ke kantor pos.

Bersama Putri ia pergi menuju kantor pos yang tidak jauh dari tempat mereka bekerja.

"Nanti beli batagor dulu yuk, Put." ajak Eky

"Gue nggak suka batagor. Lo aja deh." tolak Putri

"Hmm. Yasudah deh nanti mampir tempat langganan gue aja."

Sesampainya dikantor pos, mereka mendapat antrean nomor 52. Dan antrean yang sedang berjalan sekarang masih nomor 46. Tidak cukup lama.
Namun, cacing diperut nya sudah berdemo minta di isi makanan.

"Lo tunggu sini ya. Gue beli batagor dulu. Mana kunci motor nya?" pinta Eky pada Putri

"Nih. Jangan lama-lama, langsung balik kesini." jawab Putri

"Yo"

***

"Mang, batagor satu porsi ya dibungkus. Kecap banyakin." pesan Eky pada penjual batagor yang biasa ia beli.

Menunggu batagor nya dibuat, dia melihat seperti seseorang yang ia kenal. Namun, ia lupa. Seseorang itu sedang memesan batagor juga dan memunggungi Eky.

"Ini, neng batagor nya." ucap penjual batagor membuyarkan lamunan Eky.

"Eh. Iya Mang, ini uang nya. Makasih ya." Eky pun berlalu.

Ia pun menjemput Putri dan kembali ke kantor.

Tring!

Handphone Eky berbunyi, ada pesan WA masuk.

"Hey."

Eky memutar bola matanya, mengingat siapa yang mengirim pesan tersebut. Seingat nya tidak ada yang tahu nomor dia yang sekarang kecuali sahabat, keluarga dan rekan kerja.

Ia pun membalas, "Siapa ya?"

"Ini Agung. Yang malem-malem itu ketemu kamu sama Nita."

"Agung? Oh yang bantet itu ya?" begitulah Eky, sukar untuk menjaga perkataan nya yang mungkin berpotensi menyakiti hati orang.

"Yang ganteng itu loh, Mba. Hehe, apa aku bantet to? Sixpack gini kok."

Nih orang tingkat pede nya se-kecamatan kali ya, ganteng apa nya perut udah kaya om om minta disarungin. Hahahaha

"Yayaya serah lo deh. Ada apa?"

"Coba mba nengok belakang deh."

Eky tidak sadar dan mengikuti ucapan Agung di chat.

"Apaan sih. Ada tembok putih. Ngapa? Lo ada didalem tembok?" balas nya ketus

"Itu ada cicak nempel mba. Wkwk"

"Sok asik!"

"Healah mba. Gitu aja ngambek loh. Aku cuma mau kenalan kok."

Mereka pun akhirnya balas-balasan chat. Dan berlanjut hingga Eky pulang dari kantor.

***

Setelah sesi tanya jawab di WA. Eky pun tahu kalau Agung bekerja di instansi pemerintah, tepatnya di Dinas Perhubungan. Letak kantor nya tidak jauh dari kantor tempat ia bekerja, hanya berjarak beberapa ratus meter.
Pria itu berumur 21 tahun. Yang sangat melekat didirinya adalah aksen jawa nya. Mau bicara dengan siapa sepertinya ia tetap menggunakan logat jawa nya yang medok.

Setelah hari itu mereka saling berkomunikasi. Ternyata berlanjut, Eky yang biasanya susah untuk beradaptasi dengan orang baru, kali ini welcome ke Agung. Walaupun kadang ego dengan menjawab pesan Agung ketus.

Hari-hari berikutnya mereka jadi sering bertemu. Tidak jarang Agung menawarkan untuk mengantar Eky bekerja. Namun, kadang permintaan itu ditolak halus oleh Eky. Sesekali ia menerima tawaran itu. Makin hari mereka semakin akrab.
Eky yang merasa bisa berbagi cerita dengan Agung, setiap bersama pria itu ia selalu merasa bahagia. Dan, nyaman!

Ya, ntah menyadari atau tidak. Perlahan luka dihati, mulai mengering. Luka yang tadinya menganga dengan sempurna, mulai menutup rapat seolah tidak membiarkan lagi luka itu terulang. Sudah saatnya luka itu sembuh. Sudah saatnya ia membuka hati. Membuka diri. Walau sebenarnya ia masih sangat ragu.
Ia tidak tahu harus memulai darimana. Yang ia rasakan saat ini, seperti sedang memakan gulali yang sangat manis.
Ntah ia harus berlayar dengan kapal baru atau berenang ketepian untuk singgah ke hati yang lain.

Saat ini dirinya seperti merasakan ambigu. Ambigu yang belum menemukan sebuah kepastian. Namun, ia berusaha meyakinkan diri, bahwa ambigu yang saat ini melanda dirinya akan segera menemukan persinggahan.

Mungkinkah ia jatuh hati? Mungkinkah sosok itu obat yang Tuhan kirimkan untuk menyembuhkan luka ini? Mungkinkah ia sanggup menjaga hati nya untuk tidak membiarkan luka itu menganga kembali?
Ambigu~

----------------------------------------

Semoga di part ini banyak yang memberi saran ya untuk kelanjutan part berikutnya! ✌
Sudah ada yang tahu maksud Ambigu? :D

Happy Reading ya, Guys!

AMBIGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang