My Beautiful Guilty

2.6K 189 30
                                    

Aku tak pernah membencinya.


Sekalipun ia mengabaikan bayang yang selalu mengikutinya dari jauh, aku tak pernah membencinya. Ketika fokus retina mataku hanya tertuju pada satu titik dan itu dilihat dari jarak pandang yang jauh, aku tak pernah membencinya. Setidaknya rasanya bahagia. Bahagia ketika tanpa sengaja aku melihat senyumnya. Bahagia ketika aku pernah sekali berada satu jengkal didekatmu dengan senyum hangatmu. Setidaknya mimpiku tak pernah sekalipun buruk.

Walaupun rasa diabaikan pada akhirnya.

Aku tak pernah membencinya.

Walaupun anganku cukup kejam dan kuat. Merebut bayangmu dan menguncinya dalam hatiku adalah pilihanku saat ini. Persetan kau dengan pengabaianmu, biarkan aku dengan bayanganmu. Setidaknya dengan bayangmu, aku bisa tersenyum. Bersama melihat ragamu. Yang tampak nyata tapi tampak jauh. Anganku tetap pada malu malunya. Walaupun doa selalu mengalun setiap tidur panjang malam harinya. Berharap boleh bukan? Harapan yang entah akan diakhiri seperti apa, setidaknya harapanku untuk mendapatkan ragamu masih tersimpan penuh dalam hidupku.

Kadang anganku memang menyebalkan.

Angan yang tinggi dan entah kapan aku bisa meraihnya. Memilikimu. Seutuhnya. Tanpa sekat dan tanpa jeda. Tanpa jarak dan tanpa ragu. Tanpa takut dan tanpa jauh. Anganku memang penuh dengan keegoisan. Tapi bolehkah, aku berharap bahwa kau akan melihatku. Memperhatikan. Bahwa disini ada hati yang akan terbuka dan memelukmu. Membawamu kedalam pelukan hangat dan menguncimu penuh seutuhnya dan selamanya. Aku mati karena mencintaimu. Benar. Hatiku mati. Pikiran logisku saat ini sudah musnah. Aku mampu menunggumu. Sampai semua tulang mungkin akan rapuh dan semua akan mengejekku, menertawakan penuh nista. Aku mampu. Bahkan aku akan memberikan semuanya hatiku, sampai pada akalku, andai anganku benar. Angan memilikimu. Angan mendapatkan seluruh ragamu.

Baekhyun tersenyum dan memejamkan matanya. Hatinya sudah terbiasa. Bahkan ia sangat menikmati apa yang ia lihat saat ini. Bodoh memang. Tapi ia memilih untuk menjadi bodoh daripada hatinya meminta untuk mengucapkan selamat tinggal. Ia cukup mengerti apa yang ia hadapi saat ini. Dan ini setiap hari.

Setidaknya biarkan semuanya berjalan sesuai dengan takdir Tuhan. Takdir Tuhan yang kejam menurutnya. Karena ia tak pernah sekalipun merasakan rasa jatuh hatinya diterima olehnya.

Oleh yang ia pandangi saat ini.

Oleh yang saat ini sedang tertawa dengan seseorang yang lain.

Oleh yang saat ini sedang melihatnya dan tersenyum sekilas, lalu berlalu bagai angin berhembus.

Bolehkah ia sedikit berharap? Ia yang sedikit melupakan angannya atau angannya akan menjadi setinggi angkasa?

***

Baekhyun memijit pelipisnya perlahan. Sudah cukup ia menghabiskan waktu 8 jam hanya untuk berkutat dengan naskah para penulis hebat yang cukup membuat otaknya jengah. Seminggu lagi novel dengan bertemakan fantasi tersebut harus ada di percetakan dan saat ini Baekhyun harus menyelesaikan kurang lebih setengah dari ribuah lembar naskah tersebut.

Milk coffe yang ia buat telah mendingin. Hiruk pikuk jalanan kota semakin ramai menandakan bahwa malam memang semakin larut. Baekhyun menatap jam yang melingkar di tangannya dan desahan panjang keluar dari mulutnya.

You and Me [Completed]Where stories live. Discover now