Chapter 9

3.9K 430 29
                                    

.
.
.
Kamar Ren 01.05am....

"Ukh.."

Ren membolak-balikan badanya diatas kasur. Ia tak bisa tidur, katong matanya mulai terlihat, matanya mulai berat, namun apadaya ia tak bisa menidurkan dirinya. Dalam pikirannya terus terngiang perkataan Vier. Pantas saja selama ini Vier memperlakukannya seperti perempuan. Memang benar ia bukan orang yang pandai menyamar apalagi menutupi sifat perempuannya yang cengeng itu.

Ren beranjak dari tempat tidurnya. Digapainya sebuah hoddie berwarna hitam dengan sedikir garis tak beraturan berwarna emas. Ren melangkahkan dirinya keluar dari kamarnya, lorong-lorong terlihat gelap karna hanya diterangi oleh penerangan yang minim. Sinar rembulan menerobos masuk dari jendela kaca yang tertempel di hampir setiap sisi lorong.

"Mau kemana dia malam-malam begini? Cih, meropotkan saja." Felix mengambil jaketnya dan diam-diam mengikuti Ren dari belakang. Mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap dilakukan begitulah prinsip seorang anggota elit seperti dirinya. Apalagi ia berada pada posisi anggota utama pasukan elit, sangat sulit untuknya mengelak misi.

Ren berhenti di sebuah kolam buatan, ia duduk di kursi yang terletak di tepi kolam. Air di kolam memantulkan bentangan langit gelap yang dihiasi bintang-bintang. Cukup terang untuk malam yang sedikit berawan.

Felix berdiri bersandar di balik pohon sembari terus mengawasi Ren. Ditemani sebuah permen loli mungkin cukup untuk membuatnya diam di tempatnya. Memang membosankan mengawasi seorang Ren, mungkin butuh kesabaran ekstra dan pengertian penuh. Bahkan itu semua sulit untuk orang sejenius Vier, apalagi untuk Felix yang kurang mengerti tentang perasaan orang lain. Setidaknya ia lebih mengerti dibanding Rezel.  "Apa sih yang ia lakukan." gumam Felix terus mengamati pergerakan Ren yang tetap terdiam di tempat.

Terdengar suara deringan ponsel dari saku Felix cukup keras. "Ah, sial di saat seperti ini." desis Felix. Untung saja Ren tak mendengarnya. Felix segera mengangkatnya.

"Hoy, Felix bisa kita bertemu, aku tahu ini mengganggu tidurmu tapi ini lebih penting." terdengar suara Vier dibalik telepon. " Hey, bisa nanti saja." jawab Felix setengah berbisik. "Apa kau mementingkan tidur cantikmu itu?" sindir Vier. "Hey hey, jika tidak karna misi ini aku masih tertidur lelap di ranjangku." balas Felix tak mau kalah, mungkin mereka akan debat. "Apa? Kau sedanga apa?" Felix menghela nafas. "Aku sedang mengawasi Ren, bodoh." gertak Felix sebal. "Ren? Saat ini?" tanya Vier tak percaya. "Wah, niat sekali ya kau. Mungkin kau bisa mengambil misi ini sepenuhnya." kata Vier disela dengan suara tawa kecil. "Diam kau!" Felix terlihat makin sebal. "Baiklah, tunggu sampai aku datang, serahkan Ren padaku. Kita akan bicara besok." kata Vier membuat Felix senang. "Itu yang kutunggu-tunggu." Felix tertawa kecil. "Dasar...."

Back to Ren.....

"Menyebalkan sekali. Kukira disini aku akan dapat teman baru dan lebih menyenangkan dari sebelumnya, tapi kenapa semakin buruk. Kenapa aku dijadikan target bully-an." Ren menghela nafas panjang. Ia memejamkan matanya merasakan semilir angin yang menerpanya. "Suasana di panti asuhan seperti apa ya sekarang? Aku merindukannya."

"Tak baik malam-malam kau keluyuran, sendirian pula." Ren mendongakkan kepalannya mendapati Vier sudah berdiri di depannya. "V-vier, apa yang kau lakukan disini?" Vier duduk di samping Ren. "Mencari kelinci." Ren mengernyitkan dahinya. "Kelinci!?" Vier terkekeh. "Hey, jangan tertawa." sentak Ren. "Apa yang kau lakukan disini, hah?" Ren terdiam. "Hey, jangan terlalu dipikirkan, apa aku membuat teka-teki konyol?" Vier kembali terkekeh. "Aku hanya sedikit memikirkan bagaimana bisa kau tahu tentangku?" Ren menatap Vier penuh haralan Vier akan menjawab semua pertanyaannya.

"Bukankah sudah kubilang, jika ingin tahu kenapa aku tahu tentangmu jangan jauh-jauh dariku." kata Vier dengan sikap ceria yang sedikit memudar, seakan sifatnya seketika berubah menjadi dingin. "Ayo kembali kuantar kau." Vier bangkit dari duduknya. "Tidak mau, aku belum mau kembali." jawab Ren tanpa melihat sosok Vier yang mulai dingin.

Prince or Princess (DALAM PROSES REVISI)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz