Galih .

16 1 0
                                    

Aku berencana mencari inspirasi dan tempat yang tenang untuk menaklukan sketchbookku yang baru saja ku beli kemarin. Sudah ku habiskan beberapa sketchbook untuk menumpahkan hobiku ini, menggambar dan melukis.

Pasang mata yang kembali mengecek barang bawaanku untuk kembali menggambar sudah beraksi, tak luput juga aku menyelipkan ponselku dan meraih kunci motor sport hitamku dan bersiap mencoret-coret disebuah kafe yang letaknya tak jauh dari kosan. Ku dengar kafe itu cukup cozy dan lumayan untuk dicoba ketenangannya.

Sesampainya di kafe, aku memilih tempat paling ujung dan pojok untuk meminimalisir adanya pengganggu telinga yang mungkin saja nantinya menjadi pengganggu aktifitas coret-coretku ini. Setelah memesan coffee dan sedikit cemilan donut -untuk basa basi agar bisa berlama di kafe ini- aku mengeluarkan alat lengkap menggambarku yang sering ku sebut Aurora ini. Aurora sangat cantik menurutku, begitu indah ketika aku melakukan aksi superku ini (re:menggambar).

Tak lama kemudian aku mulai menggerakkan tanganku untuk sedikit polesan pertama dan membuat coretan halus sebagai sentuhan pertama di sketchbookku ini. Aku tak mendapat inspirasi akan mencoret apa, hanya saja lingkungan kafe ini mungkin bisa jadi contoh dalam penaklukan sketchbookku ini. Baiklah.. lets do it!

Aku seorang seniman tampan yang mengambil jurusan Seni Kreatif dan Design di salah satu perguruan tinggi swasta. Bukan aku tak ingin berkecimpung di perguruan negeri, hanya saja aku tertarik di Universitas ini dan coretan para seniornya pun tak perlu dipertanyakan. Bahkan di salah satu perguruan tinggi negeri-pun aku mendapatkan beasiswa untuk program kedokteran, tapi aku berkeinginan mengambil working by hobby-ku ini.

"BUNGAAA!!"

Sontak mataku beralih kepada sosok wanita yang memanggil temannya itu. Ku rasa dia melamun, tapi matanya tertuju ke arahku. Aku tak terlalu perduli, hanya saja aku kaget mendengar suara temannya tadi.

Ah shit. Reikage gue ketinggalan di kosan.

Sejenak aku berfikir untuk tidak melanjutkan coretanku ini, padahal hampir setengah jadi. Reikage adalah alat menggambarku yang sangat penting. Kuas coloringku yang sekiranya menjadi pelengkap coretanku ini tertinggal begitu saja, mau tak mau aku tidak bisa melanjutkan coretanku. Dan aku memilih pulang ke asrama..

Moodku sudah tak baik sejak aku teringat Reikage tertinggal di kosan. Baiklah. Aku akan meneruskannya besok. Berdamailah dengan hati, aku tak tau kapan lagi pikiranku akan mengalah.

Sebelum meninggalkan kafe ini, aku sempat melirik perempuan tadi yang duduknya diujung dekat pintu. Dia sedang melamun lagi sambil memainkan ponselnya. Ah dasar wanita.

Kuputuskan pergi begitu saja tanpa membawa beban kecuali reikage yang ketinggalan tadi. Aku berniat untuk kembali lagi esok untuk meneruskan coretanku tadi.

Sesampainya di kosan, aku menemukan reikage tergeletak mengkhawatirkan. Mungkin dia kedinginan, atau marah karna ku tinggal tadi.

Perempuan tadi terlihat manis. Terpintas di otakku untuk menggambar wajah manisnya tadi, hanya menggambar saja menurutku. Aku tak perlu izin kan? Karna kenal pun juga tidak. Tak apa, hanya untuk memenuhkan sketchbookku.

Yoga Pratama is calling you..

What the fuck? Baru saja aku ingin memulai mencoret lagi dan kemudian si kunyuk menelpon.

"Halo. Kenapa?" Jawabku kesal.

"Biasa aja kali kampret. Lo dimana?" Balasnya menjengkelkan.

"Kosan"

"Yaudah. Gue otw ya bro. Iseng gue dirumah sendirian."

"Kalo lu kesini rumah lu sendirian dong?"

"Bisa aja lu kutil badak. Abis makan apa lu kok bisa ngelawak? Haha"

"Jadi kemari gak?"

"Otw bos."

Segera ku matikan panggilan Yoga tadi. Dia teman SMA ku yang sekarang masih sering nempel denganku, bukan kami bukan homo hanya saja dia sudah mengetahu banyak kartuku, begitu sebaliknya.

Gara-gara Yoga menelpon tadi dan ingin kesini akupun tak berselera lagi untuk melanjutkan coretanku menggambar si perempuan tadi. Ah sudahlah.

Hanya dengan berpuluh menit sejak telfon tadi, sekarang si Yoga kunyuk sudah di depan kamarku. Tak menungguku pun dia sudah nyelonong masuk bahkan tanpa ketukan. Memang hanya Yoga kunyuk yang bisa seperti itu.

"Wassap bro." Sahutnya dengan seenak jidat dan menepuk pundakku beserta cengiran kudanya itu. Aku tak berniat membalasnya, karena itu gak penting.

"Lagi sibuk ngapain sih lo? Sampe gue yang ganteng gini di cuekin? Nyoret lagi?" Tanyanya penasaran.

"Menurut L?"

"Menurut L, nama lo udah di tulis di deathnote nya. Puas?" Dia menyeringai sambil mengacak-ngacak meja belajarku. Tidak sih, ku rasa dia memilih beberapa komik di lemari baca untuk mengisi kekosongannya.

Aku tak menjawabnya, keadaanku saat ini memang sedang mencoret-coret sketchbookku yang tadi sempat tertunda. Untungnya aku mengingat beberapa posisi angle di kafe tadi. Ditambah aku membuat sosok perempuan melamun di dekat pintu tadi.

"Weits, ini siapa bro?"

Yoga bacotnya banyak yeh, nanya mulu kayak mas-mas infotaiment.

"Tadi gue ke kafe depan. Viewnya bagus jadi gue coret. Ini cuma suasana tadi aja." Jawabku.

"Oh. Banyak cewek cantik ga? Ajak gue dong kapan-kapan."

"Boleh. Sekalian sama Mira ya." Aku meledeknya.

Mira adalah pacarnya Yoga, dia mahasiswa baru di Kedokteran Gigi. Makanya si Yoga sedang merasa galau karna sering ditinggal sibuk oleh Mira.

"Kampret lo, Gal."

Aku melanjutkan coretanku tadi, sedangkan Yoga juga menyibukkan dirinya dengan komikku sambil merebahkan tubuhnya dikasurku. Ya sekiranya inilah daily activityku. Tak setumpuk dengan mahasiswa lain, apalagi kedokteran seperti pacarnya Yoga itu, tapi aku menikmati setiap coretan yang ku buat.

Dan inilah dimulainya dimana hidupku bertemu dengan sosoknya itu. Pertemuan pertama, singkat dan tak begitu penting.

Sincerely,
Galih.

TBC..
Haaaai. Gimana nih kelanjutan POV Bunga-Galih? Baru awal yaaa. Semoga sukaak sama ceritanya. Ditunggu komen loved bintang dan sarannya. Laflafyuuu💖

Odagiri💚

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 03, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Draw Your Move (Meet You)Where stories live. Discover now