Bunga .

13 1 0
                                    

Aku seorang Mahasiswi Kedokteran Gigi di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Aku tidak begitu pintar, hanya saja aku tertarik untuk menjadi dokter. Kalau untuk menjadi dokter umum dan spesialis dibidangnya, aku rasa otakku ini tidak berkriteria. Makanya ku pilih dokter gigi, karena menurutku gigi adalah lukisan indah yang Tuhan ciptakan.

Hidupku sehari-hari tinggal di kos kosan, ya begitulah. Aku anak rantau dari Bandung. Orangtuaku di Bandung, aku sebatang kara tapi berbeda dengan kara santan instant.

Kebiasaanku di sore hari setelah bermacam-macam praktikum dengan gigi adalah pergi ke kafe yang letaknya lumayan dekat dari kos kosan. Namanya Olivie, kafenya sederhana, namun terlihat cozy dan desain kafe ini menurutku cool. Aku sering kesana dengan Ara, sahabatku.

Sudah beberapa kali aku kesana, namun kali ini ada yang beda. Eye catching menerpa mataku. Sosok laki-laki berkemeja flanel biru duduk di pojok paling ujung sontak membuatku melihatnya untuk beberapa saat.

"Bung, mau pesen apa?" Tanya Ara padaku, tapi aku baru tersadar bahwa aku melamun dan masih mencuri pandangan pada sosok laki-laki tadi.

Dia sendiri. Laki-laki itu membawa beberapa buku yang ku lihat seperti sketch book besar yang hampir memenuhi diameter meja kafe. Dia juga membawa coloringnya. Tapi yang ku perhatikan dia masih mencoret-coret bukunya dengan seksama, begitu teliti seperti kafe ini adalah miliknya.

"BUNGAAA!!"

Aku kaget dan langsung melihat ke arah Ara, serta menunjukkan senyum kuda nyengir dan menjejerkan gigi-gigi manisku ini. "Eh iya kenapa, Ra?" Jawabku singkat.

Aku masih memandangi sosok laki-laki tadi, hanya saja ini tidak terlalu fokus seperti tadi. Yang ku lihat sekilas tadi, ketika Ara meneriaki namaku, dia sempat menengok ke arahku dan kembali fokus secepat kilat.

Mungkin Ara mengganggu suasana kenyamanannya, batinku.

"Itu tadi gue nanya ya, lo mau pesen apa Bunglon?"

Ara selalu memanggilku Bunglon, karna menurutnya aku terkadang bisa moody di beberapa situasi dan menurutnya tidak begitu cocok denganku yang urakan dan bawel-tak seperti bunga yang diam pun indah-.

"Kaya biasa dong, Ra. Matcha Greentea.. hm sama donut mocca strawberry deh."

"Siap bos. Gue pesen dulu ya." Tak lama Ara pun pergi ke tempat pemesanan. Dia memang selalu ingin kesana, katanya kalau aku yang kesana mungkin bisa 3jam untuk memutuskan pilihan. Karena menu di kafe sangat banyak dan membuatku bingung.

Aku mengeluarkan ponselku dari tas dan membuka akun Instagramku. Ah rupanya dia baru saja mengupload foto sama cewek. Siapa ya? Ceweknya mungkin. Batinku halus

Setelah melihat foto seseorang yang sudah lama ku stalking, aku mulai bosan dengan isi instagram yang kebanyakan promote endorse. Akhirnya ku urungkan niatku untuk memainkan ponsel, lagi aku pun penasaran dengan sosok laki-laki tadi.

Baru saja ingin ku tengok keberadaannya, tak lama ku lihat lagi dia sudah tak ada. Meja yang tadi ia duduki hanya tersisa cangkir dan piring kecil, sudah pergi mungkin. Ah tidak beruntung.

"Ini Matcha lo, ini donatnya ya." Jelas si Ara sambil menunjuk satu persatu yang dia pesankan tadi.

"Loh? Kok gue yang Regular si, Ra.. kan gue maunya yang Large." Balasku dengan wajah sedikit manyun ke Ara.

"Eh emang iya? Sori sori, Bung. Gue lupa sumpah. Tadi ada cowok cakep eh bukan manis deng lewat gitu.. Gue jadi lupa mesenin yang large hehe." Jawab si Ara dengan muka bersalahnya yang bercampur cengiran manja karna alasannya tadi.

"Yaudah. Besok pokonya gue mau pesen Large, soalnya uenak e maknyoss." Tanggapku dengan senyum yang ku lemparkan pada Ara, sebab aku tak bohong karna Matcha ini sungguh enak dan aku menyesal membeli yang ukuran regular ini.

"Alibi! Bilang aja lagi haus." Dan aku hanya menjawabnya dengan senyuman.

Kami menikmati cemilan sore hari kami, setelah berkutat dengan beberapa mata kuliah per-gigi-an dan semua asap di otak kepalaku seperti sirna ketika menyeruput Matcha yang super duper enak ini. Ah lebay lo, bung.

"Balik yuk. Gue belom ke laundry nih udah banyak baju kotor gue." Tegas Ara yang mengajakku pulang setelah selesai menyeruput matcha itu.

"Yuk." Akhirnya kamipun keluar kafe dan pulang menuju kos-kosan.

Nasib anak kos-kosan, kami harus mandiri karna memang hidup sendiri. Eh engga, bareng-bareng deng.. sama temen-temen kos. HAHA. Gak lucu, bung!

Diatas kasur yang empuk ini aku merebahkan tubuhku yang sudah sedikit tak berdaya karena letihnya praktikum hari ini. Karena aku berada di semester tingkat tengah, beberapa mata kuliah mengharuskan praktikum yang begitu banyak menyita waktu, 24 jam milikku kurasa lebih banyak di kampus.

Berada diatas kasur ini membuatku ingin memainkan ponselku, memang badanku ini lelah, tapi kalau hanya direbahkan ini terlalu mainstream. Hehe

Dirgantara Pamungkas updated new photo.

Ponsel yang jaraknya hanya sejengkal dari wajahku segera ku raih dan ku buka instagram untuk mengecek foto apa yang Dirga upload ke instagramnya itu.

Dirga mengupload beberapa foto dirinya yang sedang melakukan aktifitas naik gunung. Ku rasa itu menjadi hobinya sekarang, hampir beberapa foto miliknya berlatar belakang gunung-gunung indonesia.

Ah aku mulai lagi, dirga memasuki otakku lagi...

Dirgantara Pamungkas is following you back✔.

-Yes I do, I believe
That one day I will be, where I was
Right there, right next to you
And it's hard, the days just seem so dark
No words can explain, the way I'm missing you
Deny this emptiness, this hole that I'm inside
These tears, they tell their own story.-

Sam smith_lay you down

TBC..

Halooo..
Ini cerita pertamaku. Gimana nih tanggepannya? Harap dimaklumi typo atau ke gakjelasannya yaaaa. Ditunggu komen dan sarannya hihi lafyuu💖

Odagiri💚

Draw Your Move (Meet You)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu