Chapter 1

15.7K 595 19
                                    


-

Iky berubah.

Aku nggak menyangka akan tiba saat seperti ini juga di dalam hidupku. Kupikir apa yang selama ini kulakukan hanya untuk membantunya dan nggak bermaksud lain. Sungguh. Hidupku sudah cukup berantakkan semenjak aku diturunkan jabatan oleh Pak Murad—salah satu manajer di perusahaan cabang—kemarin. Nggak kusangka dia mempunyai akses untuk menyingkirkanku. Sial!

Dan sekarang apa? Satu cobaan besar lagi di hidupku, begitu? Bagus. Karena aku, adikku berubah jadi gay? Yang benar saja. Bagaimana aku membuatnya begitu, aku juga nggak mengetahui. Nggak menyadarinya. Tambahan lagi, sekarang dia berniat memerkosa diriku! Kakaknya sendiri.

"Ky, kamu ngapain dekat-dekat aku, hm?" Kupandang adikku berselimutkan gelap. Ini di kamarku, memang. Entah bagaimana dia bisa masuk ke sini, padahal jelas aku sudah mengunci pintu. Kurasa.

Iky sama sekali nggak menjawab pertanyaanku. Alih-alih begitu, justru dia semakin mendekat. Semakin nekad. Matanya menunjukkan bahwa dia sedang sangat berhasrat. Yah... seperti sebelum-sebelumnya juga aku sering melihatnya seperti ini. Tapi, nggak sampai mau memerkosaku juga, kan?

"Iky, kamu gila—" Sebelum kalimatku terucap sempurna, bibirnya sudah sampai terlebih dahulu ke tujuannya. Iky melenguh nikmat, sesekali dia juga mengigit bibirku pelan. Apa yang sebenarnya terjadi pada adikku ini?

Nggak kusangka perbuatanku akan berbuah pahit seperti ini. Maksudku, malam itu aku hanya mencoba menolongnya membuang hasrat. Karena kupikir akan kasihan rasanya melihat adikku menahannya sampai pagi. Terlebih waktu itu dia tidak bisa melakukannya sendirian. Jadilah aku membantu menyelesaikannya di kamar mandi kamarku malam itu.

Anehnya kejadian seperti itu nggak hanya terjadi sekali, namun sudah beberapa kali. Kadang-kadang Iky suka mengentuk pintu kamarku, kemudian meminta tolong sambil menangis. Hal yang sama dia adukan padaku. Dia sedang berhasrat lagi. Dan lagi-lagi aku luluh karenanya.

Yah, kupikir ini hal yang biasa bagi seorang anak laki-laki. Lebih lagi adikku itu masih menginjak usia enam belas tahun. Masih dalam masa-masanya pubertas nggak terkendali. Dan siapa yang menyangka kalau malam ini dia memutuskan membuang hasratnya dengan cara yang lain, hm?

Kalau ditanya bagaimana sikapku, tentu aku mencoba menahannya. Iya, kucoba untuk menahan hasratku juga. Kukatupkan bibirku rapat-rapat, nggak ingin membalas Iky berciuman. Namun bibirnya sungguh terasa menggoda. Aku baru tahu rasanya akan seperti ini setelah sekian lama. Ingin sekali kubalas dia atau mengubah posisi kami dengan dia berada dibawahku.

Tetapi, akal sehatku melarangku untuk melakukannya.

Kukatakan padamu, aku bukan gay. Bukan. Aku punya taksiran di kantor bernama Helena. Dia cantik dan juga seksi. Siapa yang bisa menolak? Tapi, adikku juga tidak kalah memesonanya dengan Helena. Beberapa kali aku mencoba membantunya mengeluarkan hasratnya, Iky mengeluarkan bunyi-benyi erotis yang membuat jantungku ikut berpacu. Aneh. Padahal dia jelas adikku.

Dan sekadar tambahan, selesai membantunya, malah gantian aku yang menggunakan kamar mandi. Euh! Apa itu menjijikan?

Celaka. Aku merasakan sesuatu yang sama sedang bergesekan dengan selakanganku. Langsung saja darahku terpompa ke atas, menuju otak. Mendadak semua menjadi terasa panas. Dan seolah sudah terlalu banyak darah terkumpul di otakku, sampai-sampai akal sehatku juga ikut terbenam di dalamnya.

Malam itu, bersama Iky, akal sehatku pun luntur tak berbekas. Seolah ia nggak pernah ada. Kubalikkan posisi tubuh kami dengan aku yang berada di atasnya kali ini. Pemandangan yang kulihat pertama kali adalah wajah Iky yang sungguh mengundang. Langsung kukecup matanya, hidungnya, bibirnya, kemudian lehernya. Sedangkan Iky, dia hanya melenguh dan sesekali mengeliat di bawahku, membuatku semakin terbakar birahi.

Brother Iky [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang