Ayutya: Pewaris Ketujuh (part 2/3)

1.8K 337 65
                                    

Aku selalu jatuh cinta pada cowok yang namanya diawali huruf K. K itu eksotis. K itu identik dengan Keren. Keito, Keane, Kavana, Keanu, dan K lainnya. Yap, so far cuma seleb sih. Sampai tiga bulan lalu, di sekolah yang baru.... Meet Kiran Dananjaya! Muda, imut, dan real! Didukung perawakan pebasket dan otak encer, kurang apa lagi?

Di sekolah, dia satu-satunya cowok K. Dan aku sekelas dengannya, bahkan sebangku dengan tetangga a.k.a. sobatnya, Rista, tambang informasi yang mau memuntahkan muatannya begitu saja. Tapi ceritanya membuat keningku berkerut. Kiran itu smart, easy going, empatik, populer, disayang teman dan guru, dst. Lama-lama aku eneg mendengarnya. Lalu, kuterima amplop itu.

"A friendship gesture dari Kiran!" kata Rista. Isinya sketsa pensil wajahku. Tersenyum manis. Lengkap dengan tahi lalat kecil di ujung kiri bibir. Di bawahnya tertulis, "Welcome to 11A!"

Wajahku panas. "Kapan dia...?"

"Seniman tulen. Nggak perlu model diam untuk menangkap karakternya, dan menuangkannya di media apa pun," celoteh Rista.

Tiba-tiba, sebuah gunung berapi tumbuh cepat di dalam diriku. Magmanya mendesak keluar. "Kapan dia minta izin menggambar aku?" semburku. Tanpa menunggu reaksi Rista, aku mendatangi Kiran. Dia dengan beberapa teman sedang asyik membicarakan film-film baru.

"Hai, Tya. Mau gabung?" tanyanya riang. Anggita dan Raka beringsut, memberiku tempat di samping Kiran.

"Ini!" kataku geram, mengacungkan sketsa di depan hidungnya.

"Pamer popularitas?!" Kurobek kertas itu jadi delapan. Semua kepala berpaling kepadaku. Aku berfokus pada mata cokelat terang Kiran. Dia berusaha menyembunyikan kekagetannya.

Kutaburkan serpihannya di atas meja. Aku pengin dia terpancing marah atau melakukan sesuatu yang merusak citranya. Dia kan bukan superman, bukan Mr. Perfect, dan jelas bukan Prince Charming!

Kiran berdiri, tampak prihatin. "Maaf, Tya," katanya, lembut dan jernih di telinga. "Aku lancang menggambar kamu tanpa izin. Kalau itu yang bikin kamu marah, sori berat. Tapi at least, terima ini ya?" Lebih demonstratif dari serbuanku, dia memisahkan Welcome to 11A dan mengembalikannya kepadaku.

Ketika aku bergeming, diraihnya tanganku dan diletakkannya kertas itu di telapakku. Sekonyong-konyong aku seperti kena setrum listrik. Kutarik tanganku. Kini, semua mata mencelaku. Tanpa kata, mereka menudingku: Ini dia, si pencari gara-gara. Huh, dengan akting begitu sempurna, Kiran menarik simpati semua orang.

Rista menyeretku pergi. "Tya, kamu ini kenapa sih?"

"Aku benci dia!"

"Apa? Baru seminggu kamu di sini...."

"Aku benci cowok jaim abis! Pasti dia punya kelemahan. Dark side. Aku pengin buka kedoknya!"

Rista terperangah. "Dengan kata lain, kamu menuduh Kiran aktor penipu? Dan aku terlalu bodoh mau jadi sobatnya selama ini?"

Kalau ya, memang kenapa?

Tanpa kata, Rista menyingkirkan aku dari bangkunya. Ya ampun, naifnya dia! Dua minggu berikutnya, kelas jadi seperti neraka. Aku duduk dengan Olan, the truest and purest trouble maker, dan dicuekin teman-teman lain. Hanya Kiran yang masih ramah, walaupun aku tetap galak kepadanya. Ini semua kan gara-garanya. Lalu, ketika aku sudah tak tahan lagi dan pengin pindah kelas, Rista mengembalikan tasku ke bangkunya.

"Ada apa ini?" tanyaku curiga. Udara kelas juga mendadak berubah pagi itu. Senyum dan lambaian ramah kembali kuterima.

"Kalian sadar aku benar, kan?"

Kutukan Ayundara (Complete)Where stories live. Discover now