Atensi

427 41 64
                                    

"Jangan lupa makan, kalo lo sakit gua jugakan yang repot!"

Entah sudah ribuan kali kalimat seperti itu terucap dari bibirnya. Mengesalkan, seakan aku adalah anak bayi yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Makan pun harus diingatkan.

"Iya, iya ini juga mau makan." Hanya sebaris kalimat ini yang bisa aku ucapkan sebagai balasan setiap kali dia mengeluarkan kalimat andalannya itu.

Walau mengesalkan, aku tidak akan pernah bisa membantah, karena apa yang dia katakan benar adanya.

Hidup seorang diri di perantauan, membuatku jarang memperhatikan pola makan. Akibatnya penyakit maag kronis yang aku idap sedari kecil akan kumat. Hanya dia dari segelintir orang yang aku kenal, yang akan rela menelusuri gelapnya malam hanya untuk membawakanku obat maag.

"Ra, makanannya kok gak dimakan?" Sebuah suara menyadarkanku dari lamunan.

"Eh?" Aku menatap Cindy yang tadi menegurku, lalu menatap sepiring nasi campur, yang kini benar-benar tercampur seperti namanya.

Aku bahkan tidak menyadari, jika yang aku lakukan sedari tadi hanya  melamun dan mengaduk-aduk makanan yang sudah aku pesan.

Aku menghembuskan napas dengan berat berharap eksistensinya menghilang dari pikiranku. Mengapa penyesalan selalu datang terlambat?
Sungguh aku kini merindukan dirinya dan segala atensinya yang menyebalkan.

"Aku kangen kamu," ucapku kepada angin yang berhembus. Berharap mereka bisa mengantarkan rinduku kepada dia yang telah tenang di sisinya.

End.

###

Humff akhirnya challenge hari pertama selesai juga 😂😂😂

Maaf kalau gaje, namanya juga belajar.

Andieeeeer - Makassar, 1 Desember 2016.

December writing challengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang