Part of Past *19

Mulai dari awal
                                    

Aku tersenyum lebar. "Cerita saja, Rin dengarin kok!"

Mama tersenyum tipis. "Nanti saja, saat Rin sudah besar dan mengerti semuanya, yah?"

.

.

"Piyorin, bangun!"

Samar-samar terdengar suara di pendengaranku. Pikiranku memintaku membuka mataku, namun mataku terasa begitu berat sampai-sampai aku harus memaksa diri melakukannya. Tanganku yang kaku tiba-tiba saja mampu digerakkan, dan suara dari tenggorokanku memaksa dirinya keluar, membuatku bergumam hal yang bahkan kusendiri tak tahu apa.

"Ah, akhirnya kau bangun. Kau tidak apa-apa?" Aku langsung beradu pandang dengan Kayaka begitu mataku terbuka lebar, "...Kau ingat aku?"

Kali ini wajah Kayaka tak lagi se-chubby tadi, maksudku... Tunggu. Apa itu tadi?

Aku memejamkan mataku lantaran kepalaku merasakan pusing, "...Kok Kayaka nanya gitu?" tanyaku yang membuatnya menghela nafas lega.

"Syukurlah," gumamnya.

Aku pelan-pelan bangkit dari tiduranku di kaki Kayaka dan langsung menyentuh kepalaku. Aku ingat, aku jatuh beberapa saat yang lalu. Sungguh, rasa sakitnya masih benar-benar terasa jelas.

"...Kemana yang lain?" tanyaku saat menyadari bahwa hanya tersisa aku dan Kayaka di area kolam berenang.

Kami bahkan sudah keluar dari kolam, aku pasti sudah merepotkan banyak orang saat mereka membopongku naik ke atas.

"Raia ke kamarnya, katanya mau ngambil bahan-bahan buat bikin Health potion tingkat tinggi biar kau cepat sadar, mereka berempat memburu Schyorizone yang menyerangmu tadi."

Aku terdiam, "...jadi yang tadi itu Schyorizone? Mereka benar-benar iseng ya." Sahutku geram.

"Iya, Schyorizone kekuatan lumut. Tadi udah sempat tertangkap dan nyaris dibakar hidup-hidup oleh Tazu sih, Aquane langsung cepat-cepat mengendalikan air ke tubuhnya dan Hize mencoba memadamkan api dengan caranya sendiri. Harusnya sih, Schyorizone itu tidak jauh dari sini, soalnya seperempat sayapnya sudah terbakar."

"Itu kan enggak boleh, kalau perang dimensi nanti, bagaimana?" aku mengerutkan keningku.

Kayaka berdecak, "Makanya itu, begitu Tazu menyadari itu, Schyorizone-nya langsung refleks dilepasin."

Aku menarik nafas panjang, "Tazu masih tidak bisa mengontrol emosinya, ya."

Kayaka menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan, "...tapi jujur ya, Rin, kalau aku menjadi Tazu, aku mungkin akan melakukan hal yang sama. Kau itu kan, sahabatku yang berharga."

Aku tertawa, "Aduh, Kayaka, terima kasih lho. Aku terharu, jadinya."

"...Rin, aku sudah ngasih kode terang-terangan lho." Ucapnya dengan tatapan datar. "Kau memang tidak peka ya?"

"Kayaka jahat! Padahal sendirinya juga sama!" seruku sambil melipat kedua tanganku, "...Aku tidurnya berapa lama, tadi?"

"Limabelas menit," balas Kayaka. "Kita kembali ke kamar saja, yuk?"

"Mereka bagaimana?"

Kayaka nampak berpikir sejenak, "Aku langsung teleport ke Raia saja begitu kau sudah di kamar, lalu sisanya..., mereka bakalan ngerti lah, kenapa kita ke kamar duluan."

"Benaran tidak apa-apa?" tanyaku ragu.

"Iya, benaran."

"Yasudah, ayo."

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang