Flashback (1)

51 3 0
                                    

"Ikut aku," Dani mencengkram erat pergelangan tanganku.

Ia melangkahkan kaki lebar-lebar menuju paddocknya dan berhenti tepat di area yang terlarang bagi para pengunjung umum tersebut.

"Apa yang baru saja terjadi?" tanya Dani, tatapannya sedikit mengintimidasiku.

"Aku tidak menger..."

"Kau bertengkar dengan Laura, bukan? Berita ini nyaris tersebar di media kalau Jorge tidak datang melerai kalian, tahu!" Dani menyelaku yang belum selesai bicara.

"Aku..."

"Harusnya kau ingat bahwa ayahnya menitipkan dia padaku, Adel!" ujar Dani lagi, nada suaranya naik satu oktaf. "Jika dia mengadu yang tidak-tidak, apa yang akan kujelaskan nantinya?"

"Cukup, Dani! Cukup. Berhenti berteriak seperti itu, aku tidak tuli untuk bisa mendengar suaramu yang sekarang mulai menarik perhatian orang-orang di sekitar sini. Dan aku tidak mendapatkan kesempatan bicara sedikit pun sejak tadi," sahutku kesal.

Aku balas menatap tajam ke dalam kedua manik mata cokelat hazelnutnya itu.

"Baiklah. Silahkan bicara."

Mulutku bahkan belum terbuka sepenuhnya ketika salah seorang kru berlari-lari menghampiri Dani.

"Santi memintaku agar menyuruhmu kembali ke paddock," kata Carlos. "Apa kau sudah bersiap-siap?"

Dani menggelengkan kepalanya. Ia bergeming sesaat sebelum berjalan ke arah truk yang terletak tidak jauh dari paddock dan mengganti pakaian balapnya.

Kemudian, ia segera bergabung bersama para mekanik di depan paddock dan memfokuskan dirinya untuk menjalani sesi kualifikasi yang akan dilangsungkan 15 menit lagi.

Sementara itu aku hanya terdiam membatu di tempatku berdiri.

Hah! Aku menghela napas. Apa-apan ini? Bisa-bisanya dia lebih mengkhawatirkan Laura daripada aku, geramku sembari mengentakkan kaki.

Kalau saja dia tahu alasan mengapa aku sampai beradu mulut dengan Laura, aku yakin dia akan semakin menceramahiku panjang lebar.

Mungkin menurutnya sepele, tapi tidak menurut pandanganku.

Just You and MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora