Sun <> (3) "Say Something"

32.2K 3K 44
                                    

Sun <> (3) “Say Something.”

= = = = =

Tiap anggota perkemahan harus menunjukkan kebolehannya di panggung saat pembukaan nanti. Untuk itu semua anggota harus hadir dan menonton. Perkemahan yang didirikan di San Francisco ini, memang bertujuan untuk mengasah bakat anggotanya. Perkemahan ini semakin bagus karena tak hanya melatih pada satu bakat, melainkan beragam bakat. Jadi, tak aneh jika kau melihat orang menyanyi, men-dribble bola basket, dan bahkan, menulis cerita.

“Lo nanti mau maen biola, ya?” Wira bertanya di saat mereka berdua berjalan menuju aula besar. Amma mengangkat kotak biolanya tinggi-tinggi, membuat Wira nyengir lucu. “Akhirnya. Gak sabar denger suara biola lo.”

Amma tersenyum kalem. Melihat pakaian Wira berwarna hitam dan wajahnya putih pucat, Amma tak tahan untuk meledeknya. “Aku juga gak sabar liat kamu jadi jelmaan Charlie Caplin.

Wira hanya nyengir lucu. Nantinya di panggung, dia akan menunjukkan seni pantomimnya. Dulu sewaktu mereka kecil, Wira dan Amma seringkali berlatih bersama meski beda bakat. Amma dengan biolanya dan Wira dengan gerakan pantomimnya. Walau berbeda, Amma dan Wira tidak mempermasalahkan. Mereka saling mendukung.

Mereka berdua sudah duduk di tribun penonton yang posisinya cukup strategis untuk melihat pertunjukkan. Tak berapa lama, lampu aula besar perlahan padam bertepatan dengan Jeanny yang tiba-tiba duduk di sebelah Amma. Wira mengetahui hal itu, lagi-lagi kernyitan di dahinya muncul. Buat apa cewek pirang itu mendekati Amma? Oh, ya, batin Wira panas. Mereka kan sahabat, menggerutu dalam hati, akhirnya Wira mencoba tidak peduli pada Jeanny.

“Kau akan bermain biola lagi, ya?” Bisik Jeanny, sedikit membuat Amma terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba.

“Oh?” Amma mengerjap, “Iya.”

Dalam temaram aula, kening Jeanny berkerut samar. Dia kembali bertanya. “Mau memainkan lagu apa?”

Say Something-nya Christina Aguilera,” jawab Amma kalem, “Akhir-akhir ini aku mau mencoba lagu pop dibanding klasik.”

Bukannya merespon, Jeanny malah berdiri dari duduknya. Tanpa mengatakan apa-apa, Jeanny berjalan menjauhi tribun penonton dan menghilang di kegelapan. Amma bingung. Di saat ia ingin mengejar Jeanny dan bertanya apa yang salah, acara sudah dimulai. Terpaksa Amma fokus pada panggung walau hatinya bertanya-tanya. Apa yang membuat Jeanny berdiri dan pergi begitu saja? Apa Amma salah bicara? Ah, masa, sih. Tadi, Jeanny bertanya dan Amma juga menjawab seperlunya.

Mengetahui kebimbangan di hati Amma, seakan memiliki telepati, Wira langsung menggenggam tangan Amma. Erat. Amma melihat Wira di kegelapan, tapi cowok itu terfokus ke depan. Begitu Amma melihat ke depan, Wira berbisik persis di telinganya. “Gue gak suka cewek pirang itu.”

“Kenapa?” tanya Amma pelan.

There’s something about her,” Wira menatap Amma dalam-dalam. “Sesuatu yang buruk, ‘Ma.”

Amma tidak tahu harus merespon apa. Dia hanya menatap Wira dengan bingung. Kadang, Wira ingin sekali mencubit pipi manis Amma dan mengatakan bahwa kepolosannya membuat Wira gemas. Apa Amma tidak merasakan hal aneh tentang Jeanny? Padahal Wira benar-benar merasakannya. Mungkin karena Wira terlalu sensitif, sehingga tahu dengan mudah.

“Tadi siang, lo dan Pirang pergi ke mana aja?” tanya Wira mencari tahu.

Sesaat, nafas Amma tertahan. Mendengar pertanyaan Wira, ingatan Amma terjatuh saat dia dan Will bertemu. Tak sengaja, tapi cukup membuat hati Amma melambung tinggi—dan jatuh. Mungkin hanya Amma yang merasakan hal ini, tidak pada Will. Will sudah melupakannya, jauh sebelum mereka berpisah.

ST [8] - Summer and Ammabel's PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang