17. Hujan Meteor

Beginne am Anfang
                                    

"Ya udah ke empang aja lu, sunyi kali tuh kalo liburan," sahut Alin sebal. Yang lain menertawakan mereka.

"Alden, Kinal? Kalian nggak ada saran?"

Kinal menggeleng. "Liburan ini mungkin aku ikut mama ke Bandung." Rencananya mereka akan mengunjungi keluarga om Yudi. Oh ya, sekarang om Yudi telah menjadi ayah Kinal. Ibu Kinal dan om Yudi menikah di awal tahun.

Saat itu Kinal mengajak kelima temannya ini untuk hadir, serta menunjukkan bahwa inilah masalah yang ia simpan selama ini. Dan mereka memberikan dukungan padanya. Membuat Kinal mengerti bahwa tidak ada yang salah dengan mempercayai orang lain.

"Selama dua minggu di sana?" tanya Sekai.

"Belum tau."

"Yah, jadi kapan kita bisa barengan? Gue udah ngayal tau!" keluh Tobi.

"Elo emang tukang ngayal," timpal Alin. Tobi hanya menggerutu ke arahnya.

"Alden, lo nggak ada ide?" tanya Sekai.

Alden yang tampak tengah melamun, kaget.

"Eh, aku? Uhm... sori nggak ada."

Sekai memandangnya aneh, padahal Alden kadang dapat mencetuskan ide-ide aneh.

Jia pun merasakan hal yang sama. Ia jadi mengamati Alden yang kembali memikirkan sesuatu. Ternyata Alden merasa ia diperhatikan. Ia menoleh. Jia terkejut dan lekas memalingkan muka. Namun gerak releksnya justru membuat keningnya membentur kepala Sekai di sebelahnya.

"Aduh!" keduanya mengeluh.

"Kenapa, Zee?" Sekai mengusap kepalanya yang perih.

"So..sori, Kai." Jia kian salah tingkah. Semoga Alden tak membaca kegugupannya.

"Soal liburan, kita bisa pikirin habis ujian kan?" ujar Kinal, seolah menengahi diskusi mereka.

Alden melirik ke arah Jia. Ia tersenyum kecil lalu kembali berpikir tentang janji ayahnya padanya. Ia harus mendapat nilai yang bagus untuk menebus janji itu.

***

Sekai tersenyum bangga ketika memperlihatkan nilai di rapotnya. Tak perlu menjelaskan lebih detail, peringkat ketiga di kelas sudah menunjukkan bahwa ia pemenang dari lomba yang dibuat Tobi. Sementar sang 'penyelenggara' lomba tampak manyun karena nilainya tidak lebih baik dari mereka semua.

"Hahaha tong kosong nyaring bunyinya!" ejek Alin. Kini mereka sudah berada di Marrone. Menghabiskan waktu bersama sebelum hari libur menyambut.

"Berisik lu!"

"Jadi apapun permintaan gue bakal dikabulin kan?" Sekai meminta kepastian dari Tobi. Cowok jangkung itu mengangguk pasrah. Jia tertawa pelan.

"Jangan kuatir, Bi. Kan nggak cuma kamu aja yang ngabulin permintaan Sekai."

Tobi hanya manggut-manggut. Padahal ia sudah membayangkan jika saja ia yang memenangkan lombanya sendiri. Ia akan membuat permintaan yang sulit untuk mereka berlima. Terutama pada Alin yang sering mengajaknya bertengkar.

Alden yang semula hanya diam dan menyeruput minumannya tiba-tiba buka suara.

"Liburan ini, aku pergi... ke Tokyo."

Mereka berlima menoleh kaget ke arah Alden. Tak ada yang menduga hal itu sama sekali.

"Lo serius, Al?" tanya Tobi.

LOOKING FOR MOONLIGHTWo Geschichten leben. Entdecke jetzt