Menurutmu apa yang perlu kauperlihatkan kepadaku?"
Sehun menangkap kata-katanya yang bermakna ganda tersebut, namun ia tak memedulikannya. Tak pernah kah kai memikirkan hal lain? Reputasinya sebagai penakluk wanita tak berlebihan. Jika semua gosip tentang Kai benar, berarti beruntunglah Sehun jika celana lelaki ini tetap terkancing.

Ketika pikiran seperti itu muncul, tanpa bisa dicegah mata Sehun meneleti tampilan lelaki didepannya ini. Jins yang dikenakannya amat pas. Pas sekali, sehingga membayangkan kejantanannya. Dan kesempurnaan fisik lelaki ini ditunjang dengan paha kencang dan langsing.

Tak ada perut gendut. Oh, bahkan kemeja santainya tak berkerut pada bidang datar diperutnya, namun terentang karena dadanya yang bidang. Sehun berpura-pura tak melihat Dada cokelat ya terlihat dari dua kancing yang kai lepas.

Meskipun demikian---setelah mengamati Kai---- Sehun tak lagi memiliki kekuatan untuk berbicara. Lelaki itulah yang mencegah kesunyian. "Bagaimana dengan gudang bawah tanah?"

"Kenapa memangnya?" Tadi malam kau menyebutkannya, tapi aku belum melihatnya. "Apa pintu itu menuju kesana?" Kai berjalan kepintu diseberang dapur dan mencoba membukannya. "Kuncinya digantung pada paku disana," Seehun memberitahukan sambil memaksa kakinya melangkah ketempat yang ditunjuknya.

Ia harus berdiri berdekatan dengan Kai untuk menganbil kunci yang tersembunyi diantara lemari es dan tembok. "Kau selalu menguncinya?"

"Ya"

"Mengapa? Apa gudang itu berisi rahasia keluarga yang tak menyenangkan?" Sambil memutar kunciSehun menoleh sebal pada Kai. "Tidak, tapi ini satu-satunya bagian Indigo Place yang tak pernah kusukai."

"Mengapa?"

"Entahlah." Jawab Sehun mengakat bahu. "Tempat ini menyeramkan." Tambah Sehun.
"Kalau begitu mungkin sebaiknya aku masuk lebih dahulu."

Kai mendesak melewati Sehun. Wanita itu merapatkan tubuhnya sedapat mungkin pada kusen pintu, tetapi bagaimanapun ia tetap bersentuhan dengan Kai. Sekalipun disemua tempat. Bagia muka tubuh mereka saling bergesekan. Sekujur tubuh Sehun bergelora, seakan-akan baru saja dihubungkan pada stop kontak listrik. Ia tak akan terkejut jika melihat percikan bunga api.

Sewaktu menuruni anak tangga kedua, Kai membalikan tubuh "kau mau ikut?" Sehun sudah pernah mendengar kalimat ajakan itu dalam film, dan pahlawan perempuannya memeberikan jawaban yang sama acuh tak acuh dan mengundang.

Yang dapat dipikirkan Sehun hanyalah memaki dirinya sendiri karena memikirkan saluran TV, lalu tergagap. "Eh, tidak, kau pergi lebih dulu. Kurasa aku akan minum secangkir kopi lagi sementara kau memeriksa gudang."

"Ayolah. Sepertinya meneyeramkan. Lagi pula, aku ingin kau menemaniku berkeliling. Bagaimana kalau aku tersesat? Dan kalau ada yang ingin kutanyakan."

"Oh, baiklah." Sahut Sehun jengkel. Diletakkannya kaki telanjangnya pada anak kayu.
"sini biar kubantu." Sebelum Sehun menyadari apa yang dilakukan Kai, lelaki itu telah menggenggam tanganya dengan hangat.

Perlaha-lahan dituntunnya Sehun menuruni anak tangga gelap. "Hati-hati melangkah," Kai memberi peringatan.
"Dibawah sana, disebelah kananmu, ada tombol lampu." Kata Sehun. Suaranya bergema mengerikan di dinding. Kai menemukan tombol tersebut dan menekannya. Tempat itu tetap gelap. "Maaf kurasa bohlamnya terbakar."

"Tak apa. Dengan pintu terbuka aku melihat cukup baik."

Sehun sudah berharap, tanpa penerangan Kai akan memebatalkan rencannya untuk melihat gudang bawah tanah. Ia bahkan sudah setenah berbalik untuk menaiki tangga, tetapi tangan Kai menahan kuat tangannya. Sekarang ia tak punya pilihan selain mengikuti lelaki itu, yang sedang melangkah menuju ruang bawah bawah tanah.

Lantainya terasa lembap dikaki Sehun yang telanjang. Gudang bawah tanah itu baunya seperti kotoran yang masuh baru. Apek. Sehun memikirkan laba-laba, tikus, dan sekaga macam yang tak menyenangkan.

"Apa isi botol rak-rak itu?"

"Manisan dan selai. Buah-buahan dan sayur-sayuran yang diawetkan. Pemberian bibi Gladys sebelum ia pergi."

"Rasanya Enak?"

"Lezat, bibi Gladys juru masak hebat."

"Sayang sekali kau terpaksa membiarkannya pergi."

Dalam sekejap Sehun bersikap defensif. "aku tak merasa terpaksa. Aku memilih begitu."
Kai tak berkomentar, ia malah mengajukan pertanyaan lain,lalu yang lain lagi, sampai rasa taunya gudang bawah tanah terpuaskan. Sepajang waktu tangan Sehun tetap berada dalam gengaman Kai.

Akan tetapi sampai mereka berjalan kembali menuju tangga Sehun tak menyadari betapa kerasnya ia mencengkeram tangan lelaki itu. cahaya dari pintu dapur diatas menerangi mereka. Sehun mengurangi cengkeramannya.

.
.
.
Tbc/End
.
.
.

Mungkin ini menurut ku fast update wkwk... mungkin untuk chapter depan bakal lama soalnya berdekatan sm uas jadi ditunggu aja kalau masih ada yang minat (ToT) jangan lupa VOTE and REVIEW 。^‿^。

Babykaihunnie ȏ.̮ȏ

88 Indigo PlaceKde žijí příběhy. Začni objevovat