Bab 13

50.5K 5.5K 103
                                    

"Da..!!"

Adam hanya menyatukan alisnya saat Zia mengejutkannya begitu ia membuka pintu. Tak terkejut sedikitpun. Zia terlihat kepayahan memegang sandwich di tangan kanannya dan botol minuman yang berisi susu di sebelah kanannya, juga tas tangan yang tersampir di sebelah bahunya.

"Mas..!!" seru Zia menuntut Adam agar membuka mulutnya. Adam langsung mengangkat tangannya tak ingin memakan makanan yang menjadi menu andalan Zia di pagi hari itu, lebih baik dia menyuruh OB membelikannya sarapan pagi nanti.

"Susu nggak suka. Keju nggak suka. Jadi apa yang Mas suka? Ini sehat tahu..!!"

"Banyak. Asal jangan itu..."

Seperti biasanya Zia langsung menempel dan mengalungkan sebelah tangannya ke lengan Adam. Menunggu pintu lift terbuka sambil terus memakan sandwichnya.

Adam menggeleng sekilas melihat noda susu di sudut bibir Zia. Ia langsung mengarahkan jemarinya untuk menghapus jejak noda tersebut.

"Makasih..." seru Zia dengan nada imut lalu sama-sama melangkah ke dalam lift.

"Besok-besok bangunnya lebih pagi. Makan dulu baru berangkat. Jangan berangkat sambil makan."

Zia hanya menyengir. "Tadi kelamaan di kamar mandi." Akunya.

"Ngapain aja, kok lama di kamar mandi."

Mata Zia mengerling jahil. "Duh... Mas penasaran ya..." godanya. Adam terkekeh dan menjawil hidung Zia. "Kan kamu yang bilang tadi. Nggak salah dong Mas tanya."

"Um... iya juga. Tadi maskeran, luluran... biar kulitnya bersih. Biar kalau ketemu Mas nggak malu-maluin."

Adam benar-benar tak bisa menahan tawanya. Ia lalu mengecup kepala Zia. "Nggak perlu pake acara gitu-gitu pun udah cantik." Gumam Adam yang terdengar samar di telinga Zia.

"Hah.. Mas bilang apa?" Pintu lift terbuka, Adam langsung menarik tangan Zia melangkah keluar. "Bukan apa-apa," sahutnya.

Kerucutan di bibir Zia tak terelakkan. "Curang!" gerutunya.

"Udah cepet habisin, malu diliat orang kayak anak kecil makan belepotan."

Zia tidak bicara lagi, ia melahap makanannya hingga mulutnya penuh. Mengunyah dengan gerak cepat. Adam juga membantunya membuka kembali tutup botol minuman.

Adam mengangguk singkat pada satpam apartemen yang selalu tersenyum penuh arti melihat kemesraan mereka.

Sampai di jalanan yang ramai orang, Zia menghentikan langkahnya. Merengut sambil menatap Adam dan memasukkan botol minumannya ke dalam tas. "Mas duluan..." ujarnya dengan setengah hati, meminta Adam berjalan lebih dulu, agar tak terlihat mereka berangkat bersama.

"Kamu aja duluan."

Zia mencebik, "hari ini gantian," tukas Zia, karena biasanya selalu dia yang pergi lebih dulu.

Adam menghela napas dan langsung memutar langkahnya, berjalan beberapa langkah lebih dulu dari Zia. Ikut bergabung dengan pejalan kaki lain.

Adam sekali lagi menoleh ke belakang sebelum masuk ke dalam pintu kantor yang telah terbuka lebar. Zia masih berada di seberang jalan. Sedetik kemudian Adam melanjutkan langkahnya lebarnya menghampiri lift yang terlihat masih terbuka.

Adam mengangguk sopan pada orang-orang yang dikenalnya, termasuk Rico. Ia sungguh tak enak hati pada Rico, bagaimanapun temannya itu terang-terangan menyatakan kalau ia suka pada Zia. Begitu lift berhenti ke lantai yang dituju beberapa orang keluar dari sana, termasuk Rico dan juga Adam yang berkerja pada lantai yang sama.

SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang