15. Sesuatu tentang masa lalu

Начните с самого начала
                                    

Pandangan mereka akhirnya bertemu ketika gadis kecil itu menoleh ke arah Sekai. Mereka diam. Gadis kecil itu melihatnya dengan bingung. Seolah berpikir apa yang sedang dilakukan Sekai di depan rumah.

Gadis kecil itu tak lama di sana. Ia lekas pergi ketika menyadari namanya dipanggil samar-samar oleh ayahnya.

"Raina..." pelan Sekai bergumam lalu ia beranjak masuk ke dalam rumahnya.

Lalu beberapa hari kemudian, tetangga baru itu mengunjungi rumah Sekai. Ia dikenalkan dengan gadis kecil itu. Namanya Jia. Sekai awalnya tak begitu ingin berteman, namun ia tak bisa menahan dirinya yang penasaran. Ia terus memperhatikan Jia diam-diam. Tawa kecil Jia benar-benar mengingatkannya pada Raina. Rasa rindunya pada Raina mencuat. Disusul penyesalannya.

"Mau jadi temanku?" tanya Sekai setelah ia memberanikan diri mengajak Jia berkenalan secara langsung—bukan melalui orangtuanya.

Jia tampak bingung. Ia hanya memandang Sekai dalam diamnya.

"Kamu nggak mau?" tangan Sekai masih terulur. Untuk pertama kali Jia melihat anak cowok itu tersenyum ke arahnya. Ia kemudian mengangguk lalu menyambut uluran tangannya.

Sekai tersenyum lebar. Ia sudah memutuskan. Ia akan memulai semuanya dari awal.

Sekai terbangun dari lamunannya tentang masa lalu. Ia mendorong laci setelah mengembalikan foto adiknya ke dalam. Ia kembali memandang fotonya dengan Jia di atas meja belajar.

"Aku memang egois, Zee." Ia bergumam.

"Kamu sahabatku. Tapi selama ini aku juga nganggap kamu sebagai kesempatanku, untuk jaga Raina sekali lagi." Sekai memejamkan matanya. Setetes air mata turun dari salah satu sudut matanya.

***

"Se..." Jia menahan panggilannya ketika Sekai masih bersikap dingin padanya. Gadis itu menghela napas. Nyaris seminggu dan ia tak punya ide untuk mengajak Sekai bicara. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan. Dan apa yang harus dijelaskan.

Sekai meletakkan tasnya di atas meja. Kinal sudah berada di sana, sedang membaca buku pelajaran. Ia begitu serius untuk menyambut ujian study exchange sebulan lagi.

Jia melewati mereka, menuju mejanya sendiri. Alden belum datang. Tobi dan Alin juga.

"Nal, bisa kita bicara sebentar?" tanya Sekai. Kinal menoleh. "Ya udah bicara aja."

"Nggak di sini. Ikut aku."

Jia hanya memandang keduanya yang berjalan ke luar kelas. Tak lama Alden tiba dan menghampiri Jia. Ia berkata kalau barusan Sekai dan Kinal pergi berdua. Namun Jia tak menyahut. Bukan cemburu yang penting saat ini. Tetapi hubungannya dengan Sekai.

"Aku sayang sama Zee." ucap Sekai, ketika ia dan Kinal berada di belakang sekolah. Kinal memandangnya skeptis. Sebenarnya ia tak tahu kenapa mau menuruti permintaan Sekai. Apa mungkin tanpa ia sadari ia memang telah peduli, pada orang lain. Tadinya yang terlintas dalam benak Kinal adalah Sekai butuh teman bicara.

"Tapi bukan jenis sayang yang dirasain Jia ke aku. Bukan." Sekai membuang napas berat. Matanya menerawang. Bayangan Raina dan Jia kecil silih berganti muncul di benaknya. Ia tersenyum samar.

"Aku peduli sama kamu. Awalnya cuma sekedar peduli, tapi aku sadar ternyata aku suka sama kamu."

Kinal kaget. Apa Sekai sedang membuat lelucon? Sikapnya sesantai itu mengakui perasaannya?

LOOKING FOR MOONLIGHTМесто, где живут истории. Откройте их для себя