Day Two

15.7K 2K 154
                                    

Al merenggangkan tubuhnya yang kaku. Dia tak bisa tidur tadi malam. Bagaimana mungkin dia bisa tidur dengan nyaman jika dia harus tidur di lantai beralaskan bed cover yang dilipat dua padahal ada kasur empuk, hangat, nyaman, untuk dipakai tidur atau bercinta dan berharga hampir seratus juta di sebelahnya namun tak bisa dia pakai karena ada mak lampir yang menguasainya.

Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil sesekali mengeluhkan punggungnya yang terasa sakit. Dilihatnya makhluk mistis pembajak kasur orang sedang berdiri di dapurnya, menyiapkan entah apapun itu.

"Oppaaaa... selamat pagi," sapa Gemma ceria.

"Apa, Oma? Sakit nih punggung gue! Pulang loe, ah!  Jangan nginep lagi! Masuk angin juga gue kayaknya," keluh Al

"Halahhh, baru sehari melantai aja langsung sakit. Cemen loe! Percuma sering mampir ke gym kalau itu badan letoy, kayak lele."

Al bangkit tanpa membereskan bekas tempat tidurnya kemudian menyempatkan diri untuk menjambak rambut Gemma sebelum dia pergi ke kamar mandi.

Dia keluar dari kamar mandi 10 menit kemudian hanya berbalut handuk di pinggang. Lupa untuk membawa pakaian ganti padahal ada Gemma di apartmentnya. Dengan terburu-buru Al mengambil pakaian, namun ketika membuka laci berisi pakaian dalamnya, seluruh isinya sudah raib entah ke mana berganti dengan pakaian Gemma yang ditumpuk dengan rapi.

"Nenek Grandong! Kolor gue loe kemanain?" omel Al.

"Penting ya? Ga usah dipake gapapa bukan? Kan masih pake celana panjang," ledek Gemma sambil tertawa-tawa.

"Loe mau otong gue kejepit resleting emang? Tega banget loe jadi manusia!" gerutu Al.

"Balikin kolor gue! Kalo gak, ntar gue buka handuk sekalian di depan loe nih!" ancam Al.

"Dih, ogah banget ngeliatnya. Pasti ga segede bintang bokep! Rugi! Tuh, gue pindahin ke laci ke tiga."

Al mengumpati Gemma dengan kata-kata yang tak layak lolos sensor kemudian melesat kembali ke kamar mandi bersama dengan pakaiannya.

"Gue buatin sarapan tuh. Makan gih," tawar Gemma saat Al keluar dari kamar mandi dan sudah memakai pakaian lengkap.

"Loe buat apaan?" tanya Al yang duduk di meja makan menunggu Gemma membawakan sarapan dari dapur.

"Roti panggang pakai selai srikaya, telur setengah mateng dua biji sama vietnamese coffee tanpa sianida, cuma pakai racun tikus doang," ucap Gemma sambil meletakkan nampan berisi seluruh makanan yang disebutkan tadi di depan Al.

"Thanks, Gem. Beneran pakai racun nih? Tuker kalo gitu sama kopi loe," kata Al seraya menukar gelas mereka sementara Gemma hanya tertawa dan menggigit roti panggangnya.

"Al, nanti nebeng ya, gue kan gak bawa mobil ke sini," ucap Gemma di sela-sela makannya.

"Dih, udah bajak kasur, pake minta gue supirin pula. Ogah!" tolak Al tanpa berpikir.

"Gue yang nyetir deh," bujuk Gemma.

"Lebih ogah lagi! Setir si Audi ga boleh disentuh sama Mak Lampir macem loe! Gaya nyetir loe udah kayak supir metromini tau ga? Gue gak rela kalau mobil gue kenapa-kenapa."

"Ya makanya anterin dong. Lagian loe kenapa ga pake supir lagi sih?" bujuk Gemma lagi kali ini sambil mengedip-ngedipkan matanya layaknya orang kelilipan.

"Jarak apartment ke kantor deket. Lagian itu supir kantor, mendingan di pake buat keperluan kantor aja," jelas Al.

"Jadiin supir gue aja boleh gak?"

"Loe beneran minta gue tebas, Gem."

Setelah selesai makan, Al membawa seluruh bekas piring dan gelas untuk dicuci sementara Gemma sibuk mematut-matut diri di depan cermin mengeluarkan alat make-up-nya yang muat dalam satu kopor kecil. Dia bermain dengan kuas, bedak, atau entah apapun itu namanya yang membuat dia terlihat lebih cantik lagi. Padahal wajah asli Gemma tanpa make-up saja sudah cantik seperti layaknya artis dengan darah kaukasian.

7 Days With AlWhere stories live. Discover now