Part 4

7.7K 804 9
                                    

Pukul 17.00 Reno sedang berada di dalam mobil yang tengah mengantri di kemacetan ibu kota. Kaca mobil sampai berembun karena  hujan. Telunjuknya mengetuk-ngetuk stir mobil miliknya tidak sabar. Jakarta terkenal macetnya apalagi di jam pulang kantor seperti ini. Ia mendesah kesal. Mengangkat kepalanya tanpa sengaja menatap arah depan sekelebat motor sport memaksa menyalip mobilnya. Reno tertegun sebentar meniliti wanita yang ada dibonceng pengendara motor itu mirip dengan istrinya. Ia semakin mempertajam penglihatannya namun motor itu melesat ke arah kiri dan menghilang.

"Itu tidak mungkinkan? Tiara pasti ada dirumah," batinnya menyakinkan diri bahwa itu mustahil. Tiara tidak punya teman di Jakarta dan tidak tau seluk beluk kota ini. Hatinya menjadi tidak tenang. Ia semakin ingin segera sampai di apartemen. Reno semakin penasaran, tangannya menekan klakson berkali-kali. Sedikit demi sedikit mobilnya bergerak merayap.

Tiara tidak menyangka pria yang baru dikenalnya mau membantu mengantarkannya pulang. Ia menunjukan alamat apartemennya. Untung saja pria itu tau alamat yang diberikannya. Motor sport berwarna hitam melaju di tengah guyuran air hujan. Tiara mendesak Gilang supaya cepat mengantarkannya pulang. Ia takut Reno keburu pulang kerja.

"Terimakasih, sudah mengantarkanku pulang." Tiara memberikan helm yang dipinjamkan teman Gilang. Pria itu meraih helm lalu di taruhnya di atas jok motor.

"Sama-sama, ini tempat tinggalmu?"

Tiara tersenyum lalu mengangguk, "iya, kalau begitu aku ke atas dulu. Maaf kita jadi kehujanan, sampai dirumah jangan sampai tidak mandi ya. Nanti kamu sakit." Suara lembutnya menghantarkan kehangatan dalam relung hati Gilang. Seraya bibir tipis melebar tersenyum manis. Pria itu tertegun atas perhatian yang diberikan gadis yang baru dikenalnya. "Terimakasih, Gilang." Ia melambaikan tangannya segera berlari masuk ke lobi apartement.

Gilang menatap kepergian Tiara dengan penuh keingintauan. Kesan pertama terpesona akan kecantikan dan keramahan Tiara. Tiba-tiba jantung Gilang berdegup kencang dan refleks tangan menyentuh dadanya ada sesuatu yang menggetarkan hatinya. Tatapannya tak lepas dari sosok itu yang menghilang masuk ke apartemennya. Sepertinya panah cinta telah tertancap dihatinya tanpa ia sadari.

Gadis itu..

***
Reno dengan gelisah membuka pintu apartement mencari istrinya. Ia melangkahkan kakinya ke kamar. Belum juga sampai tangannya menyentuh knop pintu Tiara lebih dulu membukanya. Kedua alis Tiara naik menanyakan keanehan pria tersebut. Reno memandangi istrinya yang baru selesai mandi. Air menetes dari rambut panjangnya basah.

"Kamu selesai mandi?" dahi Reno mengerut. Padahal tanpa menjawab pun ia sudah tau jawabannya. Namun Reno memikil Tiara yang menjawabnya.

"Bukan, aku habis berenang!" Tiara sebal, pulang bekerja bukan menciumnya malah menanyakan hal tidak penting. Bibir Reno berkedut antara ingin tertawa dan kesal.

"Apa kamu tidak bisa bersikap sopan pada suami mu?" tukas Reno.

"Apa kamu bisa bersikap manis pada istrimu?" di dalam dadanya bergejolak, ia menarik napas panjang.

"Aku mau istirahat," ucapnya seraya melewati Tiara masuk ke dalam kamar. Kini Tiara lah yang menarik napas panjang. Ia mengikuti Reno.

"Hari ini bagaimana pekerjaannya?" Tiara mencoba mengakrabkan diri. Masa iya suami-istri tapi seperti orang baru pertama kali bertemu.

"Biasa saja." Reno membuka kancing kemejanya. Tau ada yang seseorang yang sedang memandanginya dari belakang ia pun berbalik. "Hari ini kamu pergi ke suatu tempat?" dada bidangnya terlihat sexy. Tiara bisa mengintipnya dari balik kemeja yang terbuka di kancing ketiga.

"Apa Reno tau aku pergi?" seru batinnya.

"Tentu saja tidak," jawabnya meragu. Kedua bola mata Tiara bergerak seolah mencari alasan. Ia gelisah, dalam hati bertanya-tanya. Apa di apartementnya memasang cctv?. Reno merentangkan tangan melepaskan kemejanya. Pipi Tiara merona, menunduk berharap Reno tidak mengetahuinya.

Remember Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang