Prologue

48.6K 2.2K 44
                                    

Tak percaya apa yang sedang mereka lihat ketika sepasang suami isteri masuk ke dalam sebuah restoran kelas atas mengingat keduanya begitu menarik perhatian setiap mata dari para pengunjung yang ada. Seolah menghipnotis mereka untuk tak bisa tak melihatnya.

Benar-benar sempurna!

Sang suami menarik sebuah kursi untuk sang istri yang tengah hamil tua. Perlakuan manis itu justru membuat para wanita disekitarnya langsung memekik tanpa suara. Menatap iri pada isterinya yang terlihat begitu istimewa di mata sang suami.

"Terima kasih," Sang istri yang bernama Keeyna bergumam pelan sambil tersipu malu. Wajahnya memerah apalagi saat mereka menjadi perhatian seluruh pengunjung cafe.

Sang suami hanya tersenyum kemudian memilih duduk tepat dihadapan sang isteri. Ia memanggil pelayan untuk memesan makanan keduanya.

"Arghh..." Rintihan Keeyna membuat suaminya langsung menoleh cepat. Dilihatnya sang isteri sedang mencengkeram perut buncitnya.

"Sayang, kau kenapa?" Tanyanya panik. Apalagi ketika buliran keringat mulai menjalari wajah isteri cantiknya.

Saat hendak berkata kembali, sang pelayan yang memakai seragam menegur keduanya. "Maaf sir, sepertinya istri anda ingin melahirkan."

Mata lelaki bernama Willy tersebut langsung terbelalak mendengar penuturan dari pelayan laki-laki ini. Tanpa berpikir panjang ia segera mengangkat dan menggendong Keeyna dengan lembut lalu membawanya ke tempat parkir dimana mobil sport-nya berada.

Dengan hati-hati, Willy memasukkan isterinya yang dibantu oleh pelayan untuk membukakan pintu. Willy mengucapkan terima kasih dengan tulus lalu tanpa menunggu lama, ia segera mengendarai mobil sedikit kencang dan membawanya kerumah sakit dimana ia bekerja selama ini.

Sesampainya dirumah sakit, ia segera menggendong dan membawa isterinya ke ruang UGD. Disana banyak suster yang berlalu lalang. Namun, saat mereka melihat anak pemilik rumah sakit itu berwajah kalut, seketika kegiatan mereka terhenti. Mereka tak pernah melihat atasannya sepanik ini.

"Dok, istri anda.." seorang suster yang menghampiri Willy tak sempat melanjutkan omongannya karena Willy segera menyuruh suster itu memanggil dokter spesialis kandungan.

"Panggilkan dokter David." Willy membaringkan isterinya perlahan. Menggenggam erat jemari wanitanya.

"Apa yang terjadi?" Suara bariton memecah keheningan serta pemikiran Willy yang sedang kacau.

"Isteriku, tolong dia David. Cepat!" Titahnya panik.

"Sebentar, aku periksa dulu." Gumam David yang merupakan sahabat Willy ketika Senior High School dan juga sama-sama lulusan dari Harvard University dengan nilai distinction tertinggi.

"Sayang, bertahanlah untukku dan anak kita." Bisik Willy yang masih dapat didengar oleh David dan suster di sekitarnya. Suster-suster tersebut merasa iri pada Keeyna karena Willy merupakan lelaki paket sempurna. Baik, kaya, ramah, dan tentu saja tampan.

David menepuk punggung Willy pelan, sesaat dirinya melihat jelas kepanikan dan ketakutan di mata sahabatnya tersebut. "Isterimu harus di operasi, karena jika tidak kita takut akan membahayakan janin dan juga dirinya sendiri."

Willy menyugar rambut hitam pekatnya frustasi. "Lakukan apapun, Dav. Asalkan isteri dan anakku bisa selamat."

"Kami harus segera membawanya. Berdoalah, semoga isterimu baik-baik saja." Kemudian, David menyuruh para suster untuk menyiapkan tuang operasi. Lalu, membawa Keeyna agar segera bertemu dengan benda-benda tajam tersebut. Membuat Willy merasakan ketakutan yang nyata.

Willy mengikuti isterinya yang sedang berbaring di atas brankar lalu memegang tangan Keeyna lembut, "Bertahanlah sayang.." Mengecup punggung tangan isterinya yang sudah dingin dengan sayang.

Kemudian, pintu operasi pun ditutup. Willy segera menghubungi keluarganya dan keluarga Keeyna untuk memberitahukan keadaan isterinya.

Sejam berlalu ketika kedua keluarga tersebut datang dan menghampiri Willy.

"Bagaimana keadaannya, Nak?" Tanya perempuan separuh baya yang merupakan orang tua Willy bernama Eliza.

"Entahlah, Mi. Dia di dalam dan harus di operasi." Willy berkata lirih tak sanggup melihat kedua orang tua Keeyna yang sedih mendengar hal itu.

"Astaga..." Jerit Cassandra yang merupakan Ibu mertua Willy.

"Maafkan Willy, Ma." Willy menghampiri mertuanya lalu berlutut didepan mereka.

"Tidak, apa-apa, Son." Papa Keeyna memeluk Willy seolah memberikan kekuatan kepada menantunya itu.

Sudah dua jam lamanya mereka menunggu akhirnya tangisan bayi terdengar membuat mereka menghela napas lega. Lalu, ketika sosok David keluar dari ruangan operasi sambil membuka maskernya, mereka kompak berdiri.

"Pak Henderson.." sapa David hormat sedikit membungkuk saat melihat pemilik rumah sakit itu di depannya.

Henderson hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

Pandangan David beralih pada sahabatnya yang menunggu kabarnya dengan harap-harap cemas. "Selamat! Anakmu laki-laki, Wil." David berkata pelan dan tersenyum getir. Lalu suster membawa bayi yang mungil nan tampan persis seperti Willy kecil kecuali matanya yang mirip dengan mata Keeyna berwarna coklat ke hadapan seluruh keluarganya.

Sesaat mereka terpana melihat bayi tersebut, namun semua tersadar saat Willy bertanya. "Bagaimana dengan isteriku?"

David menatap satu per satu keluarga itu, lalu tersenyum pedih, "Aku minta maaf sebesar-besarnya. Isterimu terkena ruptur uteri, Wil."

"Apa?! Jangan bercanda. Ini tidak lucu, David!" Desis Willy marah dan menarik kerah David, lalu Henderson mencoba melerai mereka.

"Apa itu maksudnya?" Tanya Cassandra, Mama Keeyna.

David menghela nafas berat dan mengatakan, "Kondisi ini merupakan robeknya dinding rahim pada Keeyna saat melahirkan dan resiko robeknya dinding rahim pada persalinan caesar mencapai 4,5 persen. Keeyna pendarahan hebat karena ia telat ditangani. Keeyna.." ada keraguan saat ingin David mengatakannya.

"Ada apa dengannya?" Charly, Papa Keeyna bertanya gusar.

"Keeyna tidak bisa kami selamatkan."

Buggh!

Layangan tinju berhasil mengenai wajah tampan David.

"Hentikan, Willy!" Henderson menahan puteranya yang hendak kembali memukul David.

"Tidak mungkin. Anakku..." Cassandra langsung histeris. Dirinya lunglai dan untung saja, Charly menangkap isterinya cepat. Begitu juga dengan Eliza yang langsung berada dalam dekapan sang suami.

"Maafkan aku, Wil. Aku sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain." David berkata lirih penuh penyesalan.

Willy tak menghiraukan siapapun. Ia begitu terpukul, frustasi, dan kacau mendengar berita kematian sang isteri. Tanpa kata, dirinya segera keluar dari rumah sakit dan mengendalikan mobilnya ugal-ugalan tak tahu arah.

Seketika Willy merasa lelah. Menepikan mobilnya tiba-tiba membuat pengendara lain memaki dan meng-klakson-nya tanpa henti. Willy tak perduli karena hatinya sudah terlanjur kacau.

"Aaaarrgh!" teriaknya sekeras mungkin, berharap bahwa sakit dihatinya menghilang. Hingga tanpa ia sadari, setetes bening kristal jatuh dari sudut matanya.






-END OF PROLOGUE-

Revise, 6/10/18

Mika 💕

DOCTOR, I'M YOURS! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang