5

14 2 0
                                    

Ini sudah seminggu semenjak kejadian tumpengan kecil kecilan yang dilakukan Raja dan Andini.
Semenjak kejadian itu, Andini dan Raja tidak saling sapa. Andini sering berpas pasan dengan Raja di koridor sekolah. Alih alih menoleh, Raja malah melanjutkan perjalanan tanpa memperdulikan adanya Andini. Andini dan Raja seolah dua orang yang tidak saling kenal.

Tiba-tiba saja suasana kantin menjadi sangat ribut. Ternyata ada motor salah satu murid yang dibawa ketengah lapangan oleh guru kesiswaan. Motor itu dibawa ketengah lapangan karena alasan knalpot motor tersebut sangat berisik. Razia knalpot seperti ini biasa dilakukan menjelang ujian.

Semua orang berebut melihat motor siapa yang menjadi korban kali ini. Hanya dengan sekali lihat, semua orang sudah tahu motor siapa itu. Motor paling mencolok di parkiran sekolahan.

"Sialan, mati gue" umpat Raja yang langsung berlari ke lapangan.
Ternyata motor tersebut adalah motor Raja, sang ketua geng motor. Raja langsung dibawa ke ruang BK.
--
"Kamu lagi kamu lagi. Kamu kapan sih Raja engga buat ulah." ujar guru BK dengan nada tinggi.
Raja hanya diam sambil memainkan dasinya.
"Jangan mentang mentang kamu cucu ketua yayasan terus kamu bisa berulah seenaknya." lanjut guru BK yang membuat Raja naik darah tiba tiba.
"Sifat saya memang sudah begini bu. Ini semua sama sekali engga ada hubungannya dengan saya cucu ketua yayasan atau tidak." ujar Raja penuh penekanan dan langsung meninggalkan ruang BK.

Raja butuh tempat untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau. Ia terus memikirkan apa reaksi bundanya ketika tau ia masuk BK untuk kesekian kalinya dengan alasan yang sama.

Taman belakang menjadi pilihan Raja untuk mengistirahatkan sejenak pikirannya.
Ternyata dia tidak sendiri di sana, ia melihat Andini sedang membaca novelnya sambil memainkan rambutnya yang dibiarkan tergerai.

"Duduk sini boleh?" tanya Raja yang sudah duduk disamping Andini tanpa menunggu persetujuan.

"Loh? Seorang ketua geng motor suka ke taman juga?" sindir Andini sambil menutup novel yang sebenarnya masih ingin dia baca.

"Gue kalo lagi banyak pikiran emang suka ke sini." ujar Raja.
"Eh lo mau ngapain?" tanya Andini panik yang melihat Raja mengeluarkan sebatang rokok dan korek.
"Nyebat dulu lah." ujar Raja santai.
"Gue pergi kalo lo mau ngerokok"
"Jangan deh. Buat sekarang gue lebih butuh lo dari pada rokok" ujar Raja sambil membuang rokok nya ke tempat sampah.

Sontak pipi Andini berubah menjadi merah tidak karuan. Raja memang paling bisa memporak porandakan keadaan hatinya.

"Kusut amat mukanya." sindin Andini sambil menyenggol lengan Raja.
"Biasalah masalah motor." ujar Raja sambil menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal.
"Emang main motor motoran tuh bawa untung yaa?" tanya Andini yang sebenarnya lebih menegaskan bahwa motor motoran tidak membawa untung sama sekali.
"Lo gabakal ngerti deh." cibir Raja.

Keduanya diam selama hampir lima menit lamanya. Sampai akhirnya Raja menyerahkan sebuah surat kepada Andini.

"Gue nemu ini. Jatoh dari tas lo pas kita makan minggu lagu" ujar Raja.

Dan ternyata itu adalah puisi buatan Andini tentang Raja.
Andini bodoh, ujar Andini.

Isi puisi tersebut benar benar mengutarakan perasaan Andini kepada Raja.

'Aku benci diriku yang selalu mengecek handphone setiap waktu, berharap kamu akan mengirimku pesan.
Aku sampai lupa, kamu bahkan tak memiliki kontakku.

Aku benci diriku yang mendadak diam kala kamu melintas di hadapanku.
Sumpah, jantungku aneh.'

"Lo jago bikin puisi juga yaa ternyata." ujar Raja yang baru saja selesai membaca puisi Andini.

"Eh iya iseng aja sih gue kalau lagi engga ada kerjaan hehe." ujar Andini yang tentu saja berbohong.

"Boleh buat gue engga puisinya? Gue suka." pinta Raja yang tentu saja langsung Andini iyakan permintaannya.

Bel tanda masuk setelah istirahat terdengar sangat kencang di penjuru sekolah. Anak anak yang sedang melakukan aktivitas di luar kelas langsung berlarian masuk ke dalam kelas nya masing masing.

"Eh udah bel. Gue duluan ya Raja!!" ujar Andini sambil berlari ke arah kelasnya.
Raja tersenyum dan kemudian memasukkan puisi Andini ke dalam saku celananya.

puisinya cantik,mirip orangnya, batin Raja.

Invisible GirlHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin