2

37 2 0
                                    

Andini berjalan di koridor sekolah sambil sibuk membaca sebuah novel yang tebal dan tanpa mempedulikan jalanan tiba-tiba saja
Bruk!!
Ia menabrak seorang Raja. Diulangi, ia menabrak seorang Raja Putra Erlangga, cowo yang sudah menjadi alasannya untuk tetap berangkat sekolah selama 1 tahun belakangan ini.

"Ehh....maaf...kaa tadi saya..jalan...galiat kedepan.." Ujar Andini dengan terbata bata.
Bayangkan saja, ini pertama kalinya ia berurusan langsung dengan Raja setelah hampir satu tahun ia mengagumi Raja.
Yang ditabrak hanya mencibirkan bibirnya sedikit,sangat sedikit sampai hampir tidak terlihat.
Teman-teman Raja yang menyadari keadaan yang tidak mengenakan ini langsung menarik raja untuk pergi sambil mengacungkan jempolnya ke arah Andini. Andini hanya memandang punggung Raja yang berjalan menjauh. First impression sudah jelek begini, batin Andini.

Bel tanda istirahat menggema dengan kencang. Seperti gunung yang baru saja memuntahkan api apinya,seluruh murid berhamburan keluar kelas. Berbeda dengan Andini, ia lebih memilih menghabiskan waktu di kelas dengan novel tebal yang belum selesai ia baca.
"Andini ayolah ke kantin. Lo mau jamuran diem terus disitu?" ajak Viola yang geram melihat tingkah sahabatnya yang sudah seperti patung.
Mau tau mau Andini mengikuti Viola ke kantin karena enggan untuk mendenger celoteh Viola.
Diperjalanan ke kantin mata Andini tidak sengaja berpas pasan dengan mata tajam Raja.Andini menunduk lesu mengingat kejadian tadi pagi.

"Kenapa?gabiasanya liat Raja malah lesu" tanya Viola yang jelas melihat perubahan raut wajah Andini.

"Tadi pagi gue nabrak Raja"
"ASTAGA LO NABRAK SEORANG RAJA!?!?" teriak Viola yang dengan cepat mulutnya sudah disumpal tisu oleh Andini.
"Yaa bagus dong penantian lo selama setahun akhirnya ada hasilnya juga" lanjut Viola
Yang disindir hanya tersenyum kecut dan memilih untuk diam.

--

"Gue duluan yaa din!!" ujar Viola sambil melambaikan tangan dan berlari ke arah mobilnya.
Seperti biasa Andini harus menunggu mamahnya lebih lama karena setiap hari Selasa mamahnya harus mengajar nari di salah satu sanggar di daerahnya.

Tiba-tiba saja sebuah motor besar lewat dengan kecepetan diatas batas wajar dan menyebabkan rok Andini kotor terkena cipratan air jalanan.

"WOI BAWA MOTOR BIASA AJA DONG." teriak Andini dengan penuh emosi.

Siapa sangka yang diteriaki malah memutar balik motornya dan menghampiri Andini. Andini yang menyadari siapa pemilik motor tersebut jantungan setengah mati. Dua kali dalam sehari ia harus berurusan dengan orang itu, Raja.

"Buru naik." ujar Raja dengan nada dinginnya yang membuat atmosfer disekitar mereka berubah dengan sangat cepat. Andini malah bengong dan tidak mendengarkan omongan Raja.

"Gue harap lo gacukup budeg buat denger omongan gue." ujar Raja tajam.

Mau tak mau Andini naik ke motor Raja. Mimpi apa dia semalam, abis menabrak Raja eh diajak naik motor.

Setelah hampir sekitar sepuluh menit motor itu melaju berulang ulang kali di rute yang sama. Andini bingung sebenarnya Raja ingin kemana? Ini bukan rute rumah Andini bukan juga rute untuk pergi ke sebuah jalan besar, mereka hanya stuck di tempat yang sama, tetapi Andini enggan untuk bertanya kemana sebenarnya mereka akan pergi. Bertanya kepada Raja sama saja seperti membangunkan singa.

"Turun." suara sinis Raja membuyarkan lamunan Andini.

"Loh?" Andini bingung karena sekarang ia di turunkan di tempat semula saat Raja menyuruhnya menaiki motornya.

"Udah kering kan?yauda turun" ujar Raja penuh penegasan.
Andini yang mulai sadar apa yang Raja lalukan tadi langsung turun dari motor Raja.
"Makasih.udah.ngeringin.rok.gue.make.angin." ujar Andini penuh penekanan disetiap kata-katanya.
"Gue duluan" ujar Raja singkat yang kemudian langsung melaju kencang dengan motornya. Meninggalkan Andini yang sudah tidak tahan ingin berteriak dibuat kesal dan senang pada saat yang bersamaan.

Invisible GirlHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin