BAB 1

248 19 17
                                    

Suara televisi memenuhi indra
pendengaran ku. Seperti biasa, aku adalah seorang yang suka menonton berita daripada gosip infotaiment. Menurutku menonton berita adalah sesuatu yang nyata, sesuatu yang benar-benar terjadi di luar sana.
Dan kita bisa mengambil hikmah nya dari kejadian buruk yang di alami seorang di luar sana, ku pandangi televisi yang sedang menyala di hadapan ku sambil memakan jagung rebus kesukaan ku,

"Pemirsa, seorang wanita remaja SMA telah di perkosa. Dan di tinggalkan di sebuah semak-semak di pedesaan. Awal nya gadis malang tersebut hanya mengenal seorang yang memperkosa nya dari sosial media. Dan sang pria mengajak bertemu gadis malang itu, dan gadis malang itu menerima ajakan pria tersebut tanpa merasa curiga sedikut. awal nya sang wanita hanya di ajak berkeliling saja. Hingga sang pria membawanya ke semak-semak kemudian di perdaya. setelah itu di tinggalkan. Pemirsa pelecehan sexsual pada wanita dan anak-anak makin hari makin meningkat. Bisa terjadi dimanapun dan kapanpaun. bahkan lingkungan sekolah sekalipun. Berhati-hati lah terutama pada orang yang anda kenal maupun yang tidak anda kenal, jangan mudah percaya pada orang asing. Terutama yang anda kenal dari sosial media. Karna anda titak pernah tau kejahatan yang selalu mengintai anda dimanapun dan kapanpun. sekian dan terimakasih."

" Kau bisa kecilkan Volume nya Zahra?" Teriak ibu ku dari dapur. "Kau membuat ibu tidak bisa mendengar apapun,"

"Oky, oky. aku kecilkan." Jawab ku dari arah ruang tamu. Bukan ruang tamu yang mewah seperti yang kalian kira, melainkan ruang tamu yang sangat sederhana. Hanya ada sofa yang robek di sana sini. Di depan nya terdapat meja sederhana. Dan telefisi butut.

Tak lama kemudian adikku datang dan langsung merampas remot yang ada di tangan ku. Dan langsung mengganti nya dengan flm kesukaan nya. "Kau--" Ucapku sambil melotot ke arah nya.

"Apa." Jawab adik ku yang bernama radit dan langsung duduk di sampingku.

"Ibu!!!!!!! Radit mengambil remot ku," teriakku merengek ke arah ibuku.

"Sudah lah zahra, kau mengalah saja, bukankah sedaritadi kamu yang dari tadi menonton telefisi, Sekarang. biar adikmu yang menonton nya."
Jawab ibu ku dari arah dapur. Menengahi pertengkaran kami.

"Kau lihat kata ibu, kau harus mengalah padaku kak." Ucap adik ku sambil menjulurkan lidah ke arahku.

Maklum, kami hanya selisih 2 tahun lebih. dan kelakuan kami selalu seperti tikus dan kucing setiap hari nya.

"Dasar kau." Ucap ku sambil melempar bantal yang ku pegang ke arah nya. Dan berlari menjauh.

"KAKAK!!!" teriak adikku mengejarku.

"Ayo tanggap aku kalo bisa!." Ucap ku sambil berlari dan bersembunyi ke arah punggung ibuku. Adik ku yang sudah berada di hadapan ibu ku pun berusaha meraih ku.

"Hentikan kalian membuat kepala ibu pusing saja! Dan kau Zahra, Kau sudah besar. Tapi kau tidak mau mengalah. Dan kau Radit, Jangan suka mengganggu kakak mu." Ucap ibuku sambil melotot. aku dan radit hanya bisa saling pandang dan saling menyalahkan lewat pelolotan kami.

"Contoh adik mu Fanya itu yang sedang belajar, tidak berantem seperti kalian." Ucap ibu ku. Sambil melirik adik ku yang sedang belajar di lantai bawah. Tidak terganggu oleh pertengkaran kami, aku dan radit hanya mengangguk patuh. Dan radit pun langsung kembali ke sofa menonton bola kesukaan nya,

"Zahra tolong kamu goreng telur ini. Ibu akan kekamar. Sepertinya ada orang yang menelpon." Ucap ibu ku dan melangkah pergi.

Ketika aku sedang menggoreng telur dadar. ibu ku memanggilku dari arah kamar. "Zahra, ibu nya Mikaila ingin bicara dengan mu" Ucap ibu dari kamar. Dan aku pun menghampirinya dan mengambil ponsel dari tangan nya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ZAHRA (BATASAN) Where stories live. Discover now